Pada malam Isra Mi’raj, Rasulullah saw melihat sekelompok manusia yang bibirnya digunting-gunting dengan gunting dari api yang membara. Beliau saw bertanya, “Siapakah orang-orang itu?”Jibril a.s. menjawab, “Mereka adalah para Mubaligh dari umatmu yang tidak mengamalkan apa yang mereka dakwahkan.”
Sebuah hadits lain menyebutkan, “Sebagian ahli surga akan mendatangi sebagian ahli neraka dan bertanya, ‘Mengapa kalian berada di neraka, padahal kami telah mengikuti ajaran-ajaranmu, sehingga kami berada di surga?’ mereka menjawab, ‘Karena kami tidak mengamalkan apa yang kami sampaikan kepada orang lain.’”
Hadits lain berbunyi, Adzab Allah akan lebih cepat diturunkan ke atas ulama yang jahat.” Mereka sangat terkejut dan bertanya, “Mengapa Adzab Allah lebih dahulu menimpa kami dari pada menimpa para penyembah berhala?” lalu dijawab, “Orang-orang berilmu yang berbuat maksiat tidak mungkin disamakan dengan orang yang tidak berilmu yang berbuat maksiat.”
Alim Ulama yang Mukhlis menulis bahwa nasehat-nasehat agama yang tidak diamalkan oleh orang yang memberi nasehat itu tidak akan memberi manfaat kepada orang lain. Itulah sebabnya walaupun pada zaman ini setiap hari ada bermacam-macam nasehat, ceramah, majelis ta’lim, dan tulis-tulisan semuanya kurang berpengaruh terhadap amalan para pendengar dan pembacanya.
Allah swt berfirman di dalam Al-Qur’an;
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ (٤٤)
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS Al-Baqarah: 44)
Rasulullah saw bersabda;
لَنْ تَزُوْلَ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ اَرْبَعِ خِصَالٍ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا اَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا اَبْلاَهُ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ اَيْنَ اَكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا اَنْفَقَهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ
“Tidak dapat bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat, sehingga ia ditanya empat perkara: Tentang umurnya, untuk apa ia dihabiskan? Tentang masa mudanya, untuk apa ia digunakan? Tentang hartanya, dari mana ia didapatkan dan kemana ia dibelanjakan? Dan tentang ilmunya, apakah ia mengamalkannya.” (HR Al Bazzar dan Thabrani)
Abu darda r.a. seorang sahabat yang terkenal, berkata, “Yang paling aku takuti ialah pertanyaan yang akan ditanyakan kepadaku pada hari kiamat didepan seluruh umat manusia, yaitu: “Apakah kamu telah mengamalkan ilmu-ilmu yang kamu miliki?” seseorang sahabat bertanya kepada nabi saw, “Siapakah Makhluk yang paling buruk?” beliau menjawab, “Jangan bertanya kepadaku mengenai hal-hal buruk, bertanyalah mengenai yang baik. Makhluk yang paling buruk adalah ulama yang jahat.”
Dalam Hadits lain beliau saw bersabda, “Ilmu itu ada dua macam, Pertama; Ilmu yang hanya ada di dalam ucapan, ini pembungkam Allah (terhadap pemiliknya) dan akan menuntut ulama itu. Kedua; Ilmu yang memberi kesan dalam hati yang akan memberi manfaat.” Maksudnya seseorang dalam menuntut Ilmu agama hendaknya tidak hanya yang bersangkutan dengan masalah lahiriyah, tetapi juga ruhaniyah, supaya berkesan di dalam hati. Kalau ilmu tidak berkesan di hati, maka Allah swt akan menuntut pada hari kiamat, “Apakah kamu mengamalkan ilmu yang kamu miliki?”
Masih banyak lagi hadits lain yang menyebutkan betapa kerasnya ancaman Allah bagi orang-orang seperti ini. Oleh sebab itu, saya memohon kepada para penceramah dan mubaligh agar terlebih dahulu memperbaiki diri sendiri, baik secara lahir maupun batin, dan mengamalkan apa yang telah disampaikan kepada orang lain. Jika hanya menyampaikan tetapi tidak mengamalkan, maka akan masuk kedalam golongan orang-orang yang mendapat ancaman-ancaman tersebut. Semoga Allah swt mengaruniakan kepada kita taufiq untuk memperbaiki diri kita lahir dan batin, serta dapat mengamalkan apa yang telah kita sampaikan.
[WARDAN/@abuadara]