Dakwah menempati bagian penting dalam sejarah perkembangan agama Islam, baik di Indonesia maupun di Dunia. Posisi dakwah sebagai wajah Islam menampilkan citra Islam yang ‘Rahmatan lil ‘alamin’. Seiring dengan perkembangan zaman, ruang dakwah semakin luas. Bahkan mengusung dakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim dengan kemampuan yang dimilikinya. Dakwah, seharusnya adalah aplikasi dari keberislaman seseorang dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dakwah bukanlah sebuah tugas yang menjadi beban.
Pada kondisi tertentu, dakwah menjadi jalan pilihan. Artinya, sebagian orang memilih dakwah melalui bagian yang menjadi konsentrasinya. Sebagai contoh, dakwah melalui ceramah (dakwah bil-lisan), dakwah melalui tulisan (dakwah bil-qolam), dakwah dengan menggunakan harta (dakwah bil-maal), dan bagian-bagian dakwah lain. Di sisi lain, dalam rangka menggairahkan dakwah, dakwah dibuat secara momental dan terjadwal. Seperti dilakukan oleh pesantren Darunnajah Cipining dalam mendidik para santri berkaitan dengan dakwah.
Sekurang-kurangnya, ada 2 program dakwah yang melibatkan santri secara langsung, yakni safari dakwah (safdak) serta Praktik Dakwah & Pengembangan Masyarakat (PDPM). Safari dakwah dilakukan oleh santri yang dibagi secara merata dari kelas VII MTs/SMP hingga XI MA/SMK. Safari dakwah dilaksanakan selama 2 hari, biasanya santri berangkat pada hari Kamis Siang dan kembali lagi ke pesantren pada Jum’at sorenya. Lokasi safari dakwah mengambil tempat di rumah salah satu anggota kelompok yang siap ditempati-setelah koordinasi dengan walinya.
Di lain waktu itu, safari dakwah juga dilakukan secara massal oleh seluruh santri dengan mengambil waktu nonaktif belajar formal. Seringnya, menggunakan waktu awal liburan santri. Pada saat ini, safari dakwah dialokasikan selama 3 hari.
Selanjutnya, program PDPM dilaksanakan hanya oleh santri senior yang duduk di kelas XII MA. Santri ini biasa disebut santri Niha’i. Lama pelaksanaan adalah 10 hari. Program yang diagendakan juga lebih banyak dan variatif. PDPM dilakukan 1 kali dalam 1 tahun ajaran. Seperti yang dilakukan pada tahun ajaran 2011-2012 ini, pelaksanaan PDPM dilaksanakan pada 25 April s.d. 4 Mei 2012.
PDPM tahun 2012 dilaksanakan oleh santri angkatan XXVIX, bernama Blizartium. Mereka terbagi menjadi 7 kelompok, dengan anggota berkisar 10 santri. Untuk memudahkan kegiatan selama pelaksanaan PDPM, anggota kelompok dibagi secara merata pada bidang masing-masing keahlian. Jadi, sebagai contoh, dalam satu kelompoknya, terdapat santri yang mampu di bidang pramuka, olah raga, dan kompetensi lain.
Kegiatan PDPM dibawah tanggung jawab Biro dakwah dan Humas yang dikepalai oleh Ustadz Katena, S. Pd.I. Biro ini kemudian menunjuk Ustadz Husnul Mubarok dan Ustadz Imam Ghozali, S.Pd.I sebagai ketua dan wakil panitia pelaksana. Keduanya dibantu oleh jajaran staf biro untuk menjadi pembimbing kelompok.
Lokasi PDPM jatuh di 2 kelurahan yang berada di Kecamatan Sawangan, Depok, yaitu Kelurahan Cinangka untuk 5 kelompok dan Kelurahan Kedaung untuk 2 kelompok. Sebelum terjun ke dua kelurahan ini, peserta PDPM dibekali tentang karakteristik dan budaya masyarakat setempat oleh Ustadzah Muthmainnah, guru MI Darunnajah Cipining yang kebetulan berasal dari lokasi PDPM. Hal itu disampaikannya dalam agenda pembekalan umum beberapa hari sebelum peserta diberangkatkan. Pada kesempatan itu pula, pembekalan mengenai beberapa hal terkait teknis dan tips kesuksesan PDPM dipaparkan oleh para nara sumber.
Setelah semua persiapan dan pembekalan sesuai dengan agenda, pada Rabu tanggal 25 April 2012, peserta PDPM dilepas secara langsung oleh keluarga besar Darunnajah Cipining melalui upacara pelepasan. Dalam moment ini, upacara dihadiri oleh pimpinan pesantren Darunnajah Cipining, KH Jamhari Abdul Jalal, Lc beserta dewan guru. Dalam kesempatan itu, Bapak Kyai memberikan motivasi dan arahan guna membakar gelora dakwah para santri.
Usai acara pelepasan, pihak panitia dan guru pembimbing menyertai peserta ke lokasi. Kepada pihak masyarakat, dalam hal ini staf kelurahan—Bapak Lurah dan staf-stafnya, peserta PDPM diserahkan. Alhamdulillah, dengan tangan terbuka, mereka disambut dan diterima. Seperti diungkapkan oleh lurah Cinangka, Bapak Drs. Abdul Manaf yang mengaku senang dan bersyukur atas kepercayaan pesantren menempatkan kegiatan dakwah di kelurahannya. Saat sambutannya itu, beliau mendukung penuh bahkan akan sangat terbuka jika dimintai bantuan oleh para santri guna mensukseskan program kerja dan kegiatan PDPM.
Sesampainya di lokasi, peserta PDPM langsung menjalankan misinya. Diawali dengan melakukan silaturahmi dan perkenalan kepada tokoh-tokoh masyarakat setempat. Dari pejabat RT, RW, pengurus DKM, ketua Pemuda, alim ulama hingga kepala-kepala sekolah, mereka kunjungi guna menyampaikan salam dari pengasuh pesantren Darunnajah Cipining sekaligus mensosialisasikan kegiatan PDPM.
Hari kedua, mereka sudah aktif dalam berbagai kegiatan seperti membantu mengajar anak-anak di TPA/TPQ dan pengajian-pengajian setelah Maghrib atau sore hari. Selain itu mereka juga menggelar berbagai macam kursus dari olah raga, seni, atau bimbingan pelajaran. Tidak ketinggalan, mereka turut menghadiri majelis-majelis ta’lim, pengajian remaja masjid, atau bhakti sosial bersama masyarakat. Kegiatan tersebut kian hari kian meningkat, baik kuantitas kegiatan maupun pesertanya.
Tiada terasa, keakraban dan kekeluargaan antara peserta PDPM dengan masyarakat terbangun harmonis serta romantis. Bagi mereka, masyarakat kelurahan Cinangka dan Kedaung adalah keluarga barunya. Hal ini dapat terealisasi, salah satunya karena mereka mengamalkan wasiat Bapak Kyai, Kepada yang lebih tua mereka belajar, kepada yang sebaya mereka bergaul, dan kepada yang lebih muda mereka mengajar.
Hingga di penghujung hari, sebagai kegiatan pamungkas adalah acara panggung gembira (PG). Pada moment ini, hasil kerja keras peserta PDPM diperlihatkan. Di atas panggung, ditampilkanlah aneka penampilan, dari hapalan doa harian, hapan surat-surat pendek, pembacaan puisi, koor, nasyid islami, hingga drama kolosal. Semua atraksi tersebut dimainkan oleh anak-anak asuhan peserta PDPM. Moment ini pula yang menjadi tanda bahwa perpisahan akan terjadi. Terasa berat memang, karena saat keakraban tengah dibangun dengan keceriaan dan kebahagiaan, namun waktu jualah yang menjadi pemisah. Peserta PDPM harus kembali ke pesantren, berarti meninggalkan masyarakat Kelurahan Cinangka dan Kedaung yang dalam 10 hari telah bersamanya.
Air mata dan isak tangis menggambarkan betapa dalam arti peserta PDPM bagi masyarakat. Namun, apa hendak dikata, setiap ada pertemuan, pasti akan ada perpisahan. Moment ini terulang kedua kalinya di saat para peserta PDPM bersilaturahmi untuk pamitan dan undur dulu. Anak-anak didik mereka seakan tak rela melepas peserta PDPM. Hingga saat kendaraan yang membawa peserta PDPM melaju meninggalkan lokasi, beberapa anak masih berusaha mengejar dengan tetap terisak dan berteriak, “Kakaaaaakkkkkkkkkk………………………..” . Kisah itu, akan tetap teringat segar bagi para peserta PDPM, selamanya. (Wardan/Billah)