PROGRAM SOCIAL AND CULTURAL VISIT TO AUSTRALIA
Melbourne adalah salah satu kota terbaik layak huni di dunia mengalahkan kota-kota lain. Demikian hasil survei majalah The Economist. Hal ini dilihat dari sisi pelayanan kesehatan, pendidikan, infrastruktur, stabilitas, budaya, dan lingkungan. Untuk membuktikan hal itu, para Pimpinan Pondok Pesantren yang mengikuti program Social and Cultural Visit ini diajak untuk melihat secara langsung bagaimana kondisi, fasilitas kota tersebut, salah satunya pelayanan perpustakaan pemerintah.
Mereka berkunjung ke State Library of Victoria di akhir pekan. Tempat ini adalah perpustakaan terdiri dari lima lantai, yang menampung ribuan koleksi buku bagi para pengunjungnya. Di tempat ini pula dibuka berbagai kegiatan pameran. Saat para delegasi Pondok Pesantren berkunjung, sedang berlangsung pameran sejarah, yang menjelaskan bagaimana awal mula Bangsa Inggris masuk ke Australia dan bersentuhan dengan suku asli Aborigin. Perpustakaan ini menyediakan berbagai fasilitas bagi semua kalangan dari anak-anak, remaja, dewasa, dan golongan orang tua. Para pengunjung cukup ramai apalagi untuk mengisi akhir pekan warga kota Victoria. Selain itu, para pimpinan Pesantren juga dibawa untuk berkunjung ke Kathleen Syme Library and Community Centre. Tempat ini merupakan fasilitas perpustakaan dan pusat program pengembangan masyarakat. Di dalamnya terdiri dari perpustakaan, ruang pertemuan berbagai ukuran, studio rekaman, ruang seni, ruang pelatihan, komunitas pemasak, ruang kontemplasi, jadwal berbagai program yang mencakup kegiatan sosial, training dan workshop bagi seluruh umur (all ages program). Tempat ini merupakan hasil donasi seseorang untuk kesejahteraan warga yang dikelola oleh pemerintah kota Carlton, salah satu daerah di Melbourne. Dari sini terlihat bahwa penyediaan fasilitas untuk membangun tradisi pengembangan manusia sangat diprioritaskan. Para pengunjungnya juga datang dari berbagai latar belakang dan umur. Di tempat ini juga ada kegiatan dan aktifitas khusus bagi warga usia lanjut. Dari kunjungan ke kedua tempat ini nampaknya Melbourne layak disebut sebagai State of Literature (kota literatur) yang memberikan pelayanan warganya untuk melek huruf dan pengembangan diri.
Pada hari berikutnya, delegasi para Kiai diundang makan siang bersama Ibu Konsul Jendral Republik Indonesia di Melbourne Ibu Spica A. Tutuhatunewa. Undangan ini sebagai sambutan dan penghormatan bagi para Kiai. Dalam pertemuan ini, Ibu Konjen menjelaskan tentang hubungan kerjasama Indonesia-Australia yang berlangsung sudah cukup lama. Indonesia dan Australia adalah negara bertetangga dan saling membutuhkan. Untuk itu perlu menjaga hubungan bilateral kedua negara ini yang diwujudkan dalam berbagai aspek; sosial, politik, dan budaya. Banyak warga negara Indonesia yang tinggal di Melbourne Australia. Jumlah mereka mencapai sekitar 15 ribu orang tersebar di berbagai wilayah. Untuk itu, perwakilan pemerintah Republik Indonesia berkepentingan membantu warganya yang ada di sana. Demikian laporan perjalanan para Pimpinan Pesantren di hari kedua dan ketiga. (Much Hasan Darojat)