Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Stres karena tekanan pekerjaan: Bagaimana mengatasinya?

Pernahkah Anda merasa kewalahan dengan tumpukan pekerjaan yang seolah tak ada habisnya? Jantung berdebar kencang, pikiran kalut, dan tubuh terasa lelah. Itulah tanda-tanda stres akibat tekanan pekerjaan yang kian menjadi momok bagi banyak orang.

 

Tulisan ini membahas tentang penyebab stres di tempat kerja, dampaknya terhadap kesehatan fisik dan mental, serta solusi praktis untuk mengelola stres berdasarkan tuntunan Islam. Berikut uraiannya:

 

Apa penyebab utama stres di tempat kerja?

 

Beban kerja yang berlebihan sering menjadi pemicu utama stres. Bayangkan seorang karyawan yang harus menyelesaikan proyek besar dalam tenggat waktu singkat. Ia terpaksa lembur hingga larut malam, mengorbankan waktu istirahat dan kebersamaan dengan keluarga.

 

Tekanan semacam ini bisa memicu berbagai gejala stres. Mulai dari sakit kepala, gangguan tidur, hingga penurunan motivasi kerja. Jika dibiarkan, dampaknya bisa sangat serius bagi kesehatan dan produktivitas.

 

Al-Qur’an mengingatkan kita untuk tidak membebani diri melampaui batas kemampuan. Allah SWT berfirman:

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ

 

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)

 

Ayat ini mengajarkan kita untuk mengenali batasan diri dan tidak memaksakan hal-hal di luar kemampuan. Kita perlu belajar mengelola beban kerja dengan bijak.

 

Rasulullah SAW juga mengingatkan pentingnya keseimbangan dalam bekerja. Beliau bersabda:

 

“Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atasmu, matamu memiliki hak atasmu, dan keluargamu memiliki hak atasmu.” (HR. Bukhari no. 1975)

 

Hadits ini mengajarkan kita untuk tidak mengabaikan kesehatan dan keluarga demi pekerjaan. Keseimbangan adalah kunci.

 

Bagaimana dampak stres terhadap kinerja?

 

Stres berlebihan bisa menurunkan kualitas kerja secara drastis. Seorang pegawai bank yang terus-menerus dikejar target, misalnya, mungkin akan kehilangan fokus dan melakukan kesalahan fatal dalam transaksi nasabah.

 

Konsentrasi terganggu, kreativitas menurun, dan semangat kerja pun merosot. Akibatnya, produktivitas perusahaan ikut terdampak. Ini tentu merugikan semua pihak.

 

Allah SWT memerintahkan kita untuk bekerja dengan sebaik-baiknya. Firman-Nya:

 

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ

 

“Dan katakanlah: ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu.'” (QS. At-Taubah: 105)

 

Ayat ini mendorong kita untuk bekerja secara optimal. Namun, tentu dengan cara yang sehat dan seimbang.

 

Nabi Muhammad SAW mengajarkan pentingnya istirahat yang cukup agar bisa bekerja dengan baik. Beliau bersabda:

 

“Sesungguhnya Allah mencintai jika salah seorang di antara kalian melakukan suatu pekerjaan, ia melakukannya dengan profesional.” (HR. Baihaqi no. 4930)

 

Profesionalitas dalam bekerja membutuhkan kondisi fisik dan mental yang prima. Karenanya, mengelola stres adalah bagian dari upaya meningkatkan kualitas kerja.

 

Bagaimana tanda-tanda stres berlebihan?

 

Stres yang tak terkendali bisa memicu berbagai gejala fisik dan mental. Seorang manajer proyek yang terus dikejar deadline mungkin akan mengalami insomnia, sakit kepala berkepanjangan, atau bahkan serangan panik.

 

Gejala lain bisa berupa mudah marah, sulit berkonsentrasi, atau kehilangan nafsu makan. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa berujung pada masalah kesehatan yang lebih serius.

 

Al-Qur’an mengingatkan kita untuk menjaga kesehatan sebagai amanah dari Allah. Firman-Nya:

 

وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ

 

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.” (QS. Al-Baqarah: 195)

 

Ayat ini bisa dipahami sebagai peringatan untuk tidak membahayakan diri, termasuk dengan membiarkan stres merusak kesehatan.

 

Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya menjaga kesehatan. Beliau bersabda:

 

“Ada dua nikmat yang banyak dilalaikan manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari no. 6412)

 

Hadits ini mengingatkan kita untuk tidak mengabaikan kesehatan demi pekerjaan. Mengenali tanda-tanda stres adalah langkah awal menjaga kesehatan.

 

Bagaimana cara mengelola stres kerja?

 

Salah satu kunci mengelola stres adalah manajemen waktu yang baik. Cobalah teknik Pomodoro: bekerja fokus selama 25 menit, lalu istirahat 5 menit. Ulangi siklus ini beberapa kali.

 

Jangan lupa sisihkan waktu untuk olahraga ringan di sela-sela kerja. Peregangan sederhana atau jalan kaki singkat bisa menyegarkan pikiran dan tubuh.

 

Al-Qur’an mengajarkan kita untuk mengatur waktu dengan bijak. Allah SWT berfirman:

 

وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﴿٣

 

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Asr: 1-3)

 

Surah ini mengingatkan kita akan pentingnya memanfaatkan waktu dengan baik, termasuk dalam bekerja.

 

Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan pentingnya istirahat yang cukup. Beliau bersabda:

 

“Berikanlah kepada setiap yang berhak akan haknya.” (HR. Bukhari no. 2783)

 

Hadits ini bisa dimaknai bahwa tubuh kita pun memiliki hak untuk beristirahat. Jangan ragu untuk mengambil jeda saat bekerja.

 

Apa peran mindfulness dalam mengatasi stres?

 

Praktik mindfulness bisa sangat membantu meredakan stres. Cobalah teknik meditasi sederhana: fokus pada nafas selama beberapa menit. Ini bisa menenangkan pikiran yang kalut.

 

Saat merasa tertekan, ambil jeda sejenak. Rasakan sensasi kaki menyentuh lantai, atau tangan menyentuh meja. Ini bisa mengembalikan fokus ke saat ini.

 

Al-Qur’an mengajak kita untuk senantiasa mengingat Allah sebagai cara menenangkan hati. Firman-Nya:

 

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

 

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

 

Ayat ini menunjukkan bahwa mengingat Allah bisa menjadi bentuk ‘mindfulness’ yang menenangkan jiwa.

 

Rasulullah SAW juga mengajarkan pentingnya ketenangan dalam bekerja. Beliau bersabda:

 

“Sesungguhnya Allah menyukai jika salah seorang di antara kalian melakukan suatu pekerjaan, ia melakukannya dengan teliti.” (HR. Baihaqi no. 4931)

 

Ketelitian dalam bekerja membutuhkan ketenangan pikiran. Praktik mindfulness bisa membantu mencapai hal ini.

 

Bagaimana membangun resiliensi terhadap stres?

 

Membangun resiliensi atau ketahanan terhadap stres sangat penting. Mulailah dengan mengembangkan pola pikir positif. Lihat tantangan sebagai kesempatan untuk berkembang, bukan ancaman.

 

Jangan ragu untuk meminta bantuan saat merasa kewalahan. Berbagi beban dengan rekan kerja atau atasan bisa sangat membantu. Ingat, kita tidak perlu menghadapi semuanya sendirian.

 

Al-Qur’an mengajarkan kita untuk bersabar dan tabah menghadapi kesulitan. Allah SWT berfirman:

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

 

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali ‘Imran: 200)

 

Ayat ini mendorong kita untuk membangun ketahanan dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk stres kerja.

 

Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan pentingnya optimisme. Beliau bersabda:

 

“Sesungguhnya pertolongan itu datangnya bersama kesabaran, kelapangan datang bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.” (HR. Ahmad no. 2803)

 

Hadits ini mengingatkan kita bahwa setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya. Sikap optimis ini bisa membantu membangun resiliensi terhadap stres.

 

Bagaimana menjaga keseimbangan hidup-kerja?

 

Menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sangatlah penting. Tetapkan batasan yang jelas. Misalnya, hindari membuka email kerja saat waktu bersama keluarga.

 

Jangan lupa meluangkan waktu untuk hobi atau aktivitas yang menyenangkan. Ini bisa menjadi katup pelepas stres yang efektif.

 

Al-Qur’an mengajarkan kita untuk tidak berlebih-lebihan dalam segala hal. Allah SWT berfirman:

 

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

 

“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)

 

Ayat ini bisa diterapkan dalam konteks bekerja. Kita perlu bekerja secukupnya, tidak berlebihan hingga mengabaikan aspek kehidupan lain.

 

Rasulullah SAW juga mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan. Beliau bersabda:

 

“Berikanlah setiap orang yang memiliki hak akan haknya.” (HR. Bukhari no. 2419)

 

Hadits ini mengingatkan kita bahwa selain pekerjaan, aspek lain dalam hidup juga memiliki hak untuk diperhatikan.

 

Stres kerja memang tak bisa dihindari sepenuhnya. Namun dengan menerapkan prinsip-prinsip yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah, kita bisa mengelolanya dengan lebih baik. Mulailah dengan langkah-langkah kecil. Tetapkan prioritas, jaga keseimbangan, dan selalu ingat bahwa kesehatan adalah nikmat yang tak ternilai.

 

Mari kita jadikan pekerjaan sebagai sarana ibadah dan pengembangan diri, bukan sumber stres yang merusak. Dengan mengelola stres secara bijak, kita bisa mencapai produktivitas optimal tanpa mengorbankan kesehatan dan kebahagiaan. Mulailah menerapkan tips-tips di atas dan rasakan perbedaannya dalam kehidupan kerja Anda.

 

Pendaftaran Santri Baru