Pernahkah kita merasa tertekan oleh target pekerjaan yang seolah mustahil dicapai? Tuntutan yang tidak realistis di tempat kerja bisa memicu stres berat, mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup kita. Namun, ada cara untuk mengelola situasi ini dengan bijak.
Tulisan ini membahas tentang stres akibat target pekerjaan yang tidak realistis, dampaknya, serta solusi praktis dan spiritual untuk mengatasinya. Berikut uraiannya:
Mengapa Target Tidak Realistis Muncul?
Target tidak realistis bisa muncul karena berbagai alasan. Terkadang manajemen kurang memahami kompleksitas pekerjaan di lapangan. Atau mungkin ada tekanan dari pemegang saham untuk pertumbuhan cepat. Bahkan, budaya kerja yang terlalu kompetitif bisa mendorong penetapan target yang berlebihan.
Seorang sales mungkin diberi target penjualan yang jauh di atas kapasitas pasar. Atau seorang programmer diminta menyelesaikan proyek besar dalam waktu yang sangat singkat.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)
Ayat ini mengingatkan bahwa bahkan Allah tidak membebani hamba-Nya melebihi kemampuannya, prinsip yang seharusnya juga diterapkan dalam dunia kerja.
Bagaimana Dampak Target Tidak Realistis?
Target yang tidak realistis bisa berdampak serius pada kesehatan fisik dan mental karyawan. Stres kronis, kecemasan, dan burnout sering terjadi. Kualitas kerja bisa menurun karena fokus bergeser dari kualitas ke kuantitas. Bahkan, bisa muncul perilaku tidak etis demi mencapai target.
Seorang karyawan mungkin mulai mengalami insomnia, sakit kepala kronis, atau depresi karena terus-menerus merasa gagal mencapai target. Atau mungkin ada yang tergoda untuk memanipulasi data demi terlihat mencapai target.
Rasulullah SAW bersabda:
“Berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah no. 2443)
Hadits ini menekankan pentingnya menghargai usaha pekerja secara adil, bukan membebani mereka dengan tuntutan berlebihan.
Bagaimana Mengkomunikasikan Kekhawatiran?
Komunikasi yang jelas dan profesional adalah langkah penting. Sampaikan kekhawatiran kita kepada atasan dengan data dan fakta yang mendukung. Jelaskan dampak target tidak realistis pada kualitas kerja dan kesejahteraan tim.
Seorang manajer proyek mungkin bisa menyiapkan presentasi yang menunjukkan estimasi waktu realistis berdasarkan proyek serupa di masa lalu. Ia bisa menjelaskan risiko kualitas dan burnout tim jika dipaksa mengejar deadline yang tidak masuk akal.
Allah SWT berfirman:
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
“Dan ucapkanlah perkataan yang benar.” (QS. Al-Ahzab: 70)
Ayat ini mendorong kita untuk berbicara dengan jujur dan benar, termasuk dalam konteks pekerjaan.
Bagaimana Mengelola Ekspektasi?
Penting untuk mengelola ekspektasi, baik dari atasan maupun diri sendiri. Tetapkan prioritas yang jelas dan komunikasikan kemajuan secara teratur. Jika target tetap tidak realistis, negosiasikan untuk penyesuaian atau tambahan sumber daya.
Seorang karyawan mungkin bisa mengusulkan target bertahap yang lebih realistis. Ia juga bisa meminta tambahan anggota tim atau peralatan yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah menyukai jika seseorang melakukan suatu pekerjaan, ia melakukannya dengan itqan (profesional).” (HR. Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman no. 5312)
Hadits ini mengajarkan pentingnya profesionalisme, yang termasuk menetapkan target yang masuk akal dan dapat dicapai dengan baik.
Bagaimana Meningkatkan Produktivitas?
Meskipun target mungkin tidak realistis, kita tetap bisa berusaha meningkatkan produktivitas. Pelajari teknik manajemen waktu yang efektif, eliminasi gangguan, dan fokus pada tugas-tugas prioritas. Jangan lupa untuk beristirahat secara teratur untuk menjaga energi.
Seorang karyawan mungkin bisa menerapkan teknik Pomodoro untuk meningkatkan fokus. Ia juga bisa mematikan notifikasi email saat sedang mengerjakan tugas penting.
Allah SWT berfirman:
وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm: 39)
Ayat ini mengingatkan bahwa hasil yang kita peroleh sesuai dengan usaha yang kita lakukan, mendorong kita untuk bekerja dengan sungguh-sungguh namun tetap dalam batas kemampuan.
Bagaimana Menjaga Kesehatan Mental?
Menjaga kesehatan mental sangat penting saat menghadapi tekanan target. Praktikkan teknik relaksasi seperti meditasi atau deep breathing. Jaga keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi. Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika diperlukan.
Seorang karyawan mungkin bisa mulai melakukan yoga atau meditasi setiap pagi sebelum bekerja. Ia juga bisa menetapkan batas waktu kerja yang jelas dan mematikan notifikasi pekerjaan di luar jam kerja.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atasmu.” (HR. Bukhari no. 1975)
Hadits ini mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan diri, termasuk kesehatan mental, di tengah tuntutan pekerjaan.
Bagaimana Jika Situasi Tidak Berubah?
Jika setelah semua upaya dilakukan situasi tidak membaik, mungkin saatnya mempertimbangkan opsi lain. Ini bisa berarti mencari peran baru dalam organisasi yang sama atau bahkan mencari peluang di tempat lain. Ingatlah bahwa kesehatan dan kesejahteraan kita adalah prioritas.
Seorang karyawan mungkin akhirnya memutuskan untuk berbicara dengan HR tentang kemungkinan transfer ke departemen lain. Atau ia mungkin mulai mencari peluang karir di perusahaan yang dikenal memiliki budaya kerja yang lebih seimbang.
Allah SWT berfirman:
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. At-Talaq: 2-3)
Ayat ini mengingatkan bahwa Allah akan membukakan jalan bagi mereka yang bertakwa, termasuk dalam mencari solusi atas masalah pekerjaan.
Menghadapi target pekerjaan yang tidak realistis memang menantang, tapi bukan tanpa solusi. Dengan pendekatan yang bijak, komunikasi yang baik, dan tetap menjaga kesehatan diri, kita bisa mengelola situasi ini dengan lebih baik.
Marilah kita mulai dengan introspeksi dan perbaikan diri, sambil tetap berusaha mengkomunikasikan kekhawatiran kita secara profesional. Ingatlah bahwa kesuksesan sejati bukan hanya tentang mencapai target, tapi juga tentang menjaga keseimbangan dan kesejahteraan diri. Dengan niat yang baik dan usaha yang bijaksana, insya Allah kita bisa menavigasi tantangan ini dengan baik. Mari bersama-sama menciptakan budaya kerja yang sehat, produktif, dan sesuai dengan ajaran Islam yang mengajarkan keseimbangan dalam segala aspek kehidupan.