Tibalah waktu kita menyelami kehidupan Julaibib melalui ketaatannya terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya.
Inilah Julaibib, saat hendak menikah dengan seorang wanita dunia, Allah menolak dan hanya ingin menikahkannya dengan “bidadari”.
Dari Abu Barzah al-Aslami radiyallahu’anhu, dia menyebutkan bahwasanya Julaibib termasuk golongan kaum Anshar. Dan sudah menjadi kebiasaan para Sahabat, bahwasanya apabila seseorang dari mereka mempunyai anak perempuan, dia tidak akan menikahkannya sebelum menawarkannya kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam, apakah beliau ingin menikahinya ataukah tidak.
Pada suatu hari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda kepada salah seorang laki-laki Anshar:
“Nikahkanlah aku dengan anak wanitamu!”
Lalu, laki-laki itu menjawab: “Baiklah, dengan senang hati wahai Rasulullah.”
Beliau pun bersabda: “Aku menginginkannya bukan untukku.”
Orang itu bertanya: “Lalu untuk siapa, wahai Rasulullah?”
Beliau memberitahukan: “Untuk Julaibib.”
Dia menjawab: “Wahai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam, aku akan berunding dahulu dengan ibunya.”
Orang Anshar itu menemui istrinya lalu mengatakan kepadanya: “Rasulullah melamar putrimu.”
Istrinya menjawab: “Baiklah, dengan senang hati.”
Suaminya berkata: “Tetapi bukan untuk beliau.”
Istrinya bertanya: “Lantas, untuk siapa?”
Suaminya memberitahukan: “Beliau melamarnya untuk Julaibib.”
Istrinya menanggapi: “Untuk Julaibib?! (ia mengulangi sebanyak 3 kali) Sungguh, aku tidak akan menikahkan putriku dengan Julaibib.”
Ketika ayah wanita itu ingin beranjak menemui Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam, dia (putri laki-laki Anshar tadi) bertanya dari ruangan kamarnya:
“Siapa yang meminangku kepada kalian?”
Kedua orang tuanya pun menjawab: “Rasulullah.”
Putrinya menyahut: “Apakah kalian hendak mengabaikan perintah Rasulullah? Bawalah aku kepada Rasulullah, karena beliau tidak akan menyengsarakan aku.”
Ayahnya pun datang kepada Rasulullah dan berkata: “Engkau boleh mengambilnya.”
Lalu Rasulullah menikahkannya dengan Julaibib.
Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah berkata kepada Tsabit (salah seorang perawi hadits):
“Tahukah kamu doa yang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam panjatkan untuk wanita tersebut?”
Tsabit bertanya: “Apa yang beliau panjatkan untuknya?”
Ishaq menjawab: Beliau berdoa: “Ya Allah, limpahkanlah kebaikan kepadanya dan janganlah Engkau jadikan hidupnya penuh kesengsaraan.”
(Anisrullah)
Baca juga:
“Kisah Sahabat, Julaibib (3): Dia Bagian Dariku dan Aku Bagian Darinya.“
Kisah Sahabat, Julaibib (3): Dia Bagian Dariku dan Aku Bagian Darinya