blank

Kisah Sahabat, Julaibib (3): Dia Bagian Dariku dan Aku Bagian Darinya

Kisah Sahabat, Julaibib (3): Dia Bagian Dariku dan Aku Bagian Darinya

blank

Tsabit menceritakan: “Sesudah itu, Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam menikahkannya dengan Julaibib. Pada salah satu peperangan yang diikuti Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam, seusai peperangan tersebut, beliau menanyakan: “Apakah kalian kehilangan seseorang?.”

 

Mereka memberitahu: “Kami kehilangan fulan dan fulan.”

Beliau bertanya lagi: “Apakah kalian kehilangan seseorang (yang lain)?”

Mereka menjawab: “Kami juga kehilangan fulan dan fulan.”

Kemudian beliau bertanya lagi: “Apakah kalian kehilangan seseorang (lainnya)?”

Mereka menjawab: “Tidak.”

 

Lalu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Sungguh aku kehilangan Julaibib. Carilah dia di antara mereka yang terbunuh.”

Para Sahabat mencarinya, kemudian menemukan jasad Julaibib di antara tujuh musuhnya yang berhasil dia bunuh, sebelum mereka membunuhnya.

Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Dia (Julaibib) bagian dariku dan aku bagian darinya. Apakah dia telah membunuh tujuh orang kafir, kemudian mereka (tujuh orang kafir tersebut) membunuhnya? Dia bagian dariku dan aku bagian darinya. Apakah dia telah membunuh tujuh orang kafir, kemudian mereka membunuhnya? Dia bagian dariku dan aku bagian darinya.”

 

Setelah itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam meletakkan jasad Julaibib di atas kedua lengannya; sementara, para Sahabat menggalikan kubur untuknya.

Pada saat itu, Julaibib tidak diletakkan di atas tempat pembaringan jenazah melainkan di atas kedua lengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam, sebelum beliau meletakkannya di dalam kuburnya.

 

Tsabit berkata: “Tiada seorang janda Anshar yang lebih banyak berinfak daripada dirinya (istri Julaibib).”

Di dalam riwayat al-Bazzar disebutkan:

“Seakan-akan wanita itu telah melepaskan belenggu yang mengikat kedua orang tuanya.”

 

Semua ini merupakan buah dari ketundukan dan ketaatan!

Adapun Julaibib, maka Allah menolak kecuali menganugerahkan kepadanya mati syahid di jalan-Nya; untuk kemudian dia dinikahkan dengan bidadari.

Sebab, begitu ia mendengar seruan jihad:

“Wahai para penunggang kuda Allah, naikilah kudamu!”

 

Sementara hari itu adalah hari pertama dia menemui istrinya yang cantik, namun dia meninggalkannya dan tidak jadi menyentuhnya.

Ia lebih mengutamakan jihad di jalan-Nya, maka dia meraih mati syahid untuk kemudian Allah menikahkannya dengan bidadari di Surga yang keindahannya tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, ataupun terlintas dalam hati manusia mana pun.

 

Semoga Allah dan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam selalu meridhoi kita semua, Aamiin.

**

Hadits di atas di riwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya, kitab Musnad Abi Dawud, kitab Musnad Imam Ahmad, Syu’abul Iman al-Baihaqi.

**

Rabi’ul Awwal 1445 Hijriyyah.

(Anisrullah)

Pendaftaran Siswa Baru Pesantren Darunnajah