Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Merasa Tidak Puas dengan Pencapaian Hidup: Perspektif dan Solusi Islami

Pernahkah Anda merasa bahwa hidup ini begitu hampa meski telah mencapai banyak hal? Atau mungkin Anda memiliki kerabat yang selalu merasa kurang puas dengan apa yang telah diraihnya? Perasaan tidak puas dengan pencapaian hidup bisa menjadi beban berat yang mengganggu kebahagiaan dan kedamaian batin.

 

Tulisan ini membahas tentang perasaan tidak puas dengan pencapaian hidup, penyebabnya, dampaknya, serta solusi praktis berdasarkan ajaran Islam. Berikut uraiannya:

 

Apa itu perasaan tidak puas dengan pencapaian hidup?

 

Perasaan tidak puas dengan pencapaian hidup adalah kondisi di mana seseorang merasa bahwa apa yang telah dicapainya dalam hidup belum cukup atau tidak sesuai dengan harapannya. Hal ini bisa meliputi karir, hubungan, materi, atau aspek kehidupan lainnya.

 

Contoh kasusnya adalah seorang eksekutif sukses yang merasa hampa meski telah mencapai posisi tinggi dan memiliki kekayaan melimpah. Ia selalu merasa ada yang kurang dalam hidupnya dan terus mengejar pencapaian lebih tinggi tanpa pernah merasa puas.

 

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

 

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

 

“Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. At-Talaq: 2-3)

 

Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang di pagi hari merasa aman dalam rumahnya, sehat badannya, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dia telah diberi seluruh kenikmatan dunia.” (HR. Tirmidzi no. 2346, dishahihkan oleh Al-Albani)

 

Apa penyebab perasaan tidak puas dengan pencapaian hidup?

 

Perasaan tidak puas ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti ekspektasi yang tidak realistis, membandingkan diri dengan orang lain, fokus berlebihan pada materi, atau kurangnya tujuan hidup yang jelas dan bermakna.

 

Seorang sarjana muda merasa tidak puas dengan karirnya karena selalu membandingkan diri dengan teman-teman yang menurutnya lebih sukses. Ia terus merasa gelisah dan tidak bersyukur atas pekerjaan yang telah dimilikinya.

 

Allah SWT berfirman:

 

وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُوا ۖ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ ۚ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِن فَضْلِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

 

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisa: 32)

 

Rasulullah SAW bersabda: “Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu (dalam hal harta dan dunia) dan janganlah engkau melihat kepada orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan kepadamu.” (HR. Bukhari no. 6490 dan Muslim no. 2963)

 

Bagaimana dampak perasaan tidak puas pada kehidupan?

 

Perasaan tidak puas yang berkepanjangan dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan bahkan depresi. Ini juga dapat mengganggu hubungan dengan orang lain, menurunkan produktivitas, dan menjauhkan diri dari rasa syukur atas nikmat Allah SWT.

 

Seorang ibu rumah tangga yang terus merasa tidak puas dengan pencapaiannya menjadi sering marah-marah pada anak-anaknya dan kurang menghargai suaminya. Ia merasa hidupnya tidak berarti dan sering mengabaikan nikmat-nikmat kecil dalam kesehariannya.

 

Allah SWT berfirman:

 

لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

 

“Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim: 7)

 

Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapat kesenangan, dia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika tertimpa kesusahan, dia bersabar, maka itu baik baginya.” (HR. Muslim no. 2999)

 

Bagaimana cara mengatasi perasaan tidak puas secara Islami?

 

Pertama, perkuat hubungan dengan Allah SWT melalui ibadah dan dzikir. Renungkan tujuan hidup yang sebenarnya yaitu beribadah kepada Allah dan meraih ridha-Nya, bukan sekadar pencapaian duniawi.

 

Seorang pengusaha yang merasa hampa dengan kesuksesannya mulai memperbanyak sedekah dan meluangkan waktu untuk mengajar Al-Qur’an di masjid. Ia merasakan ketenangan dan kepuasan batin yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

 

Allah SWT berfirman:

 

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

 

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

 

Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan menjadikan kekayaan di hatinya, menyatukan urusannya, dan dunia akan datang kepadanya dalam keadaan hina. Dan barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan menjadikan kemiskinan di depan matanya, mencerai-beraikan urusannya, dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali sesuai dengan apa yang telah ditetapkan untuknya.” (HR. Tirmidzi no. 2465, dishahihkan oleh Al-Albani)

 

Apa peran syukur dalam mengatasi ketidakpuasan?

 

Praktikkan syukur setiap hari dengan mengingat dan menghargai nikmat-nikmat Allah SWT, baik yang besar maupun yang kecil. Buat jurnal syukur dan rutin mendoakan orang-orang yang kurang beruntung.

 

Seorang karyawan yang selalu merasa kurang dengan gajinya mulai menulis lima hal yang ia syukuri setiap hari. Ia juga rutin menyisihkan sebagian gajinya untuk bersedekah. Perlahan-lahan, ia merasakan kepuasan dan ketenangan dalam hidupnya.

 

Allah SWT berfirman:

 

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

 

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”” (QS. Ibrahim: 7)

 

Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman atau menabur benih, lalu burung, manusia atau binatang memakannya melainkan hal itu menjadi sedekah baginya.” (HR. Bukhari no. 2320)

 

Bagaimana menetapkan tujuan hidup yang bermakna?

 

Tetapkan tujuan hidup yang selaras dengan ajaran Islam, fokus pada peningkatan kualitas diri dan manfaat bagi orang lain. Jadikan ibadah dan amal saleh sebagai prioritas utama dalam setiap pencapaian.

 

Seorang dokter yang merasa tidak puas dengan karirnya mulai menetapkan tujuan untuk menolong lebih banyak pasien kurang mampu. Ia juga aktif memberikan edukasi kesehatan di masyarakat. Hal ini memberinya rasa puas dan bermakna dalam profesinya.

 

Allah SWT berfirman:

 

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

 

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

 

Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Thabrani dan Daruquthni, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 3289)

 

Perasaan tidak puas dengan pencapaian hidup memang bisa menjadi tantangan berat, namun dengan pendekatan yang mengintegrasikan ajaran Islam dan pemahaman diri yang baik, kita dapat mengatasinya. Ingatlah bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada pencapaian duniawi semata, melainkan pada kedekatan dengan Allah SWT dan kemanfaatan bagi sesama.

 

Mari kita mulai dengan memperkuat hubungan kita dengan Allah SWT melalui ibadah dan dzikir. Praktikkan syukur setiap hari dan tetapkan tujuan hidup yang bermakna sesuai ajaran Islam. Fokuskan diri pada peningkatan kualitas diri dan manfaat bagi orang lain, bukan pada perbandingan dengan pencapaian orang lain.

 

Jika diperlukan, jangan ragu untuk berbagi perasaan dengan orang terpercaya atau mencari bimbingan dari ulama. Dengan izin Allah SWT dan usaha yang konsisten, kita dapat meraih kepuasan batin dan kebahagiaan sejati dalam hidup ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan keridhaan dan keberkahan dalam setiap langkah kita. Aamiin.

 

Pendaftaran Siswa Baru Pesantren Darunnajah