Pernahkah kita merasakan ketegangan dengan keluarga atau teman hanya karena berbeda pilihan politik? Fenomena ini semakin terasa menjelang pemilihan umum. Polarisasi politik tak jarang memicu perpecahan di masyarakat, bahkan dalam lingkup keluarga. Padahal, Islam sangat menekankan pentingnya persatuan dan persaudaraan.
Tulisan ini membahas tentang pandangan Islam mengenai persatuan, dampak polarisasi politik, ajaran Al-Quran tentang persaudaraan, serta cara menyikapi perbedaan pilihan politik menurut etika Islam.
Berikut uraiannya:
Bagaimana Islam Memandang Persatuan?
Islam memandang persatuan sebagai hal yang sangat fundamental. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surah Ali Imran ayat 103:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.”
Ayat ini dengan jelas memerintahkan umat Islam untuk bersatu dan melarang perpecahan. Persatuan dalam Islam tidak hanya sebatas slogan, tetapi merupakan perintah langsung dari Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW juga sangat menekankan pentingnya persatuan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (nomor 2586), Rasulullah SAW bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuh akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).”
Apa Dampak Polarisasi Politik terhadap Masyarakat?
Polarisasi politik dapat membawa dampak negatif yang signifikan terhadap masyarakat. Ketika masyarakat terpecah menjadi kubu-kubu yang saling berseberangan, hal ini dapat merusak hubungan sosial yang telah terjalin lama. Keluarga bisa menjadi renggang, pertemanan bisa putus, bahkan hubungan bertetangga pun bisa menjadi tidak harmonis.
Fenomena ini terlihat jelas pada pemilu 2019, di mana muncul istilah “cebong” dan “kadrun” yang sering digunakan untuk saling menyindir antar pendukung calon. Akibatnya, banyak grup media sosial, bahkan grup keluarga, yang menjadi ajang perdebatan sengit hingga memicu konflik.
Apa Ajaran Al-Quran tentang Persaudaraan?
Al-Quran mengajarkan bahwa orang-orang beriman adalah bersaudara. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hujurat ayat 10:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih).”
Ayat ini menegaskan bahwa persaudaraan dalam Islam melampaui ikatan darah atau kesukuan. Sebagai sesama muslim, kita diikat oleh tali persaudaraan yang kuat dalam iman.
Bagaimana Menyikapi Perbedaan Pilihan Politik?
Dalam menyikapi perbedaan pilihan politik, kita perlu mengedepankan sikap dewasa dan bijaksana. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar dalam demokrasi. Yang terpenting adalah bagaimana kita tetap menjaga ukhuwah (persaudaraan) di tengah perbedaan tersebut.
Imam Syafi’i pernah berkata, “Pendapatku benar tapi mungkin salah, pendapat orang lain salah tapi mungkin benar.” Kalimat ini mengajarkan kita untuk selalu rendah hati dan menghargai pendapat orang lain, termasuk dalam hal pilihan politik.
Bagaimana Islam Mengajarkan Etika Berpolitik?
Islam mengajarkan etika berpolitik yang luhur. Politik dalam Islam bukan arena untuk saling menjatuhkan, tetapi sarana untuk mewujudkan kemaslahatan umat. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari (nomor 6018):
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Muslim (yang sejati) adalah orang yang muslim lainnya selamat dari (gangguan) lisan dan tangannya.”
Hadits ini mengajarkan kita untuk selalu menjaga lisan dan perbuatan kita agar tidak menyakiti orang lain, termasuk dalam konteks politik.
Apa Bahaya Perpecahan bagi Umat Islam?
Perpecahan dapat melemahkan umat Islam dari dalam. Ketika energi kita habis untuk saling berselisih, kita kehilangan fokus pada permasalahan yang lebih besar. Perpecahan juga membuka celah bagi pihak luar untuk mengeksploitasi kelemahan internal umat Islam.
Sebagaimana dikatakan oleh Umar bin Khattab, “Tidak ada Islam tanpa jamaah, tidak ada jamaah tanpa kepemimpinan, dan tidak ada kepemimpinan tanpa ketaatan.” Pernyataan ini menekankan pentingnya persatuan dan kepatuhan pada pemimpin yang sah untuk menjaga keutuhan umat.
Bagaimana Menjaga Kerukunan di Tahun Politik?
Untuk menjaga kerukunan di tahun politik, kita perlu mengedepankan sikap tasamuh (toleransi) dan tawazun (keseimbangan). Kita harus bisa membedakan antara perbedaan pendapat politik dengan hubungan sosial kemasyarakatan. Perbedaan pilihan politik seharusnya tidak mempengaruhi hubungan persaudaraan kita.
Kita juga perlu menahan diri dari menyebarkan berita hoax atau ujaran kebencian di media sosial. Sebagai gantinya, mari kita sebarkan pesan-pesan persatuan dan kedamaian.

Apa Pesan Nabi Muhammad tentang Persatuan Umat?
Nabi Muhammad SAW sangat menekankan pentingnya persatuan umat. Dalam khutbah terakhirnya, beliau berpesan:
“Wahai manusia! Sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu, dan bapak kalian (Adam) juga satu. Ingatlah, tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang non-Arab, tidak ada kelebihan orang non-Arab atas orang Arab, tidak ada kelebihan orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, tidak pula orang berkulit hitam atas orang berkulit merah kecuali dengan ketakwaan.”
Pesan ini mengajarkan kita untuk menghargai kesetaraan dan persatuan umat manusia, terlepas dari latar belakang suku atau ras.
Bagaimana Menghindari Konflik akibat Perbedaan Politik?
Untuk menghindari konflik akibat perbedaan politik, kita perlu membangun dialog yang konstruktif. Jangan menjadikan perbedaan pilihan politik sebagai alasan untuk memutus silaturahmi. Sebaliknya, jadikan perbedaan itu sebagai sarana untuk saling memahami dan memperkaya wawasan.
Kita juga perlu mengingat bahwa tujuan politik dalam Islam adalah untuk kemaslahatan umat, bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan. Sebagaimana firman Allah dalam Surah An-Nisa ayat 59:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu.”
Apa Makna Ukhuwah Islamiyah dalam Konteks Pemilu?
Ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan Islam memiliki makna yang mendalam dalam konteks pemilu. Ini berarti bahwa meskipun kita memiliki pilihan politik yang berbeda, kita tetap saudara dalam Islam. Perbedaan pilihan politik seharusnya tidak menggoyahkan ikatan persaudaraan ini.
Dr. Yusuf Al-Qaradawi mengatakan, “Perbedaan pendapat tidak boleh merusak persaudaraan, sebagaimana persaudaraan tidak boleh menghilangkan perbedaan pendapat.” Pernyataan ini mengingatkan kita untuk tetap menjaga keseimbangan antara hak berpendapat dan kewajiban menjaga persaudaraan.
Kesimpulan
Islam sangat menekankan pentingnya persatuan dan persaudaraan, termasuk dalam konteks politik. Polarisasi politik memang bisa membawa dampak negatif, namun dengan pemahaman yang benar tentang ajaran Islam dan etika berpolitik, kita dapat menghindari konflik dan menjaga kerukunan. Perbedaan pilihan politik seharusnya tidak menggoyahkan ikatan persaudaraan kita sebagai sesama muslim dan warga negara.
Penutup
Marilah kita terus belajar dan mengamalkan ajaran Islam tentang persatuan dan persaudaraan. Dengan semangat ukhuwah Islamiyah, kita dapat melewati tahun politik ini dengan damai dan bijaksana. Semoga dengan pemahaman yang lebih baik tentang etika berpolitik dalam Islam, kita dapat berkontribusi positif dalam membangun bangsa dan negara yang lebih baik.
Mari Wujudkan Politik yang Santun dan Beradab!
Sebagai penutup, mari kita sama-sama berkomitmen untuk mewujudkan politik yang santun dan beradab. Mulailah dari diri sendiri dengan menjaga lisan dan perbuatan kita. Sebarkan pesan-pesan perdamaian dan persatuan di media sosial. Ajak keluarga dan teman-teman untuk berdiskusi politik secara sehat tanpa menimbulkan perpecahan. Dengan begitu, kita bisa memberikan contoh nyata bagaimana seharusnya berpolitik yang sesuai dengan ajaran Islam dan nilai-nilai kemanusiaan.