Jauh di benua Afrika tempat mengalirnya 2 sungai Nil di dalamnya dan berkembangnya keilmuan islam, yaitu Negara Sudan. Ratusan bahkan ribuan mahasiwa dari segala pelosok negri menuntut ilmu disana di berbagai universitas, seperti Universitas Internasional of Afrika (IUA), Universitas Khourtum, Perguruan tinggi Omdourman, dan yang lainya.
Pengajaran dan Pembelajaran di Sudan semuanya mengunakan Bahasa Arab sama seperti Bahasa yang digunakan oleh masyarakatnya. Mahasiswa yang belum mampu berbahasa Arab dengan baik, maka dia akan mengikuti kelas Bahasa terlebih dahulu yang disediakan oleh kampus selama setahun.
Namun belajar berbahasa tidak hanya dikelas karena didalam asrama kampus para mahasiswa diajak untuk berkomunikasi dengan Bahasa Arab, jadi membuat mereka semakin lama tinggal semakin menguasai Bahasa yang ada.
“Jika bukan karena para syech maka tidak akan aku pergi ke Sudan” seorang mahasiswa mengungkapkan seperti itu, ya di Sudan terkenal banyaknya Syech yang ahli dalam berbagai ilmu seperti, Nahwu, Sharf, Fiqh, Tauhid, Mawaris, Hadist, Tafsir dan banyak ilmu lainya.
Para Syech begitu ikhlas dan semangat mengajar kami di masjid-masjid mereka menetap, sungguh ketika mereka menyampaikan ilmunya terpancar ketulusan hatinya, terkadang sebagian syech memberikan buku-buku secara gratis, mereka tidak mengharapkan apapun, namun para murid selalu menyediakan minuman dan makanan untuk syech.
Biasanya kajian dengan para syech diadakan setelah shalat fardhu seperti, setelah maghrib dan isya,namun terkadang ada juga yang diadakan pagi hari, dan tidak terbatas hanya di masjid, akan tetapi sering kali berbagai lembaga kekeluarga’an di Sudan mengundang para syech untuk datang ke kediamanya mengisi kajian ilmu Islam.
Setiap perantau dari perbagai negri di Sudan merasa senang karena tidak kesepian, karena semuanya memiliki kekeluarga’an terutama yang berasal dari Negara Indonesia banyak komunitas yang merangkul setiap orang untuk berjalan bersama, saling membantu, seperti perkumpulan dari daerah masing-masing.
Perkumpulan Mahasiswa Aceh, Sumatra Selatan, Lampung, Banten, Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa, dan Indonesia bagian timur yang meliputi Kalimantan, Sulawesi, NTB, NTT dan Papua.
Ormas-ormas pernyatu Mahasiswa juga ada disini seperi PPI ( Persatuan Pelajar Indonesia), Muhammadiyyah, Nahdotul Ulama, Wahdah, IKPM (ikatan Keluarga Pondok Modern), IKPDN ( Ikatan Keluarga Pondok Darunnajah), ISLAH ( Ikatan Alumni Khusnul Khatimah ), dan lain sebagainya.
Indahnya berbagi ilmu di Sudan sungguh menyentuh disetiap mahasiswa, karena disini tidak ada senioritas seperti ditempat lainya, akan tetapi para Mahasiswa yang lebih lama tinggal disini selalu mengajak untuk kebaikan, memberi semangat, dan juga mengingatkan tujuan awal kita disini. Masjid – masjid tidak hanya para syech yang mengadakan kajian ilmu bahkan beberapa senior mengadakan kajian untuk para juniornya dan membuka setoran hafalan.
Para pemburu sanad, itulah istilah bagi mahasiswa yang suka mengikuti kajian bersanad, atau kajian yang silsilah keilmuanya jelas dan yang mengikutinya diakuinya sebagai pewaris ilmu selanjutnya. Biasanya kajian bersanad ini mengkaji sebuah buku bersama – sama hingga selesai dengan waktu yang ditentukan.
Seperti sanad hadist Imam Bukhari, para murid dan syech mengkaji bersama semua hadistnya selama seminggu dimulai dari pagi hingga pukul 10 malam, meski pusing, mengantuk, dan harus sangat fokus mendengarkan, semuanya terbanyar lunas ketika mendapat pengakuan dalam bentuk sanad oleh para syech.
Saling sapa dan menanyakan kabar adalah budaya yang melekat di Sudan dan menular dengan indahnya kepada para Mahasiswa, membuat hati selalu senang. Terkadang tidak semua mahasiswa yang datang kepada kajian syech tidak mengerti yang disampaikanya, mereka hanya berharap keberkahan kajian ilmu dan keikhlasn para syech yang mengajarnya.
Disini para mahasiswa benar benar belajar bersyukur dan bersabar dengan lika-liku rutinitas di Sudan dan juga menjalani semuanya dengan hati yang bahagia sambil menyebut “ Alhamdulilllah Ala kulli hal, in syaa Allah Khair”.
(dn.com/M.Ismail)