Workshop Manajemen Kepengasuhan Santri yang diselenggarakan Universitas Darunnajah Jakarta berhasil mengumpulkan 232 guru dari berbagai pesantren di Indonesia, Kamis (24/10/2024). Kegiatan ini menghadirkan dua tokoh nasional, Dr. Adian Husaini, Ketua Dewan Dakwah Indonesia, dan Ustaz Bendri Jaisyurrahman, penulis buku Fatherman.
Pimpinan Darunnajah sekaligus Presiden Universitas Darunnajah dalam sambutannya menekankan urgensi peningkatan kualitas pengasuhan di era digital. “Tantangan pendidikan pesantren semakin kompleks. Guru tidak hanya dituntut mengajar, tetapi juga menjadi teladan dalam pembentukan karakter,” ujarnya.
Dr. Adian Husaini menggarisbawahi pentingnya sinergitas antara pesantren dan orang tua. “Pendidikan anak bukan sepenuhnya tanggung jawab pesantren. Orang tua justru memegang peran kunci dalam pembentukan karakter,” tegasnya di hadapan para peserta yang datang dari berbagai daerah.
Ustaz Bendri Jaisyurrahman dalam sesinya membahas strategi menciptakan lingkungan pesantren yang nyaman. “Kenyamanan santri di pesantren berbanding lurus dengan kualitas pengasuhan. Guru harus memahami psikologi santri dan menciptakan atmosfer kekeluargaan,” jelasnya.
Workshop ini menjadi istimewa karena berhasil menghadirkan peserta terbanyak dibanding kegiatan serupa sebelumnya. Para pimpinan dan wakil pengasuh pesantren yang hadir menunjukkan antusiasme tinggi, tercermin dari keaktifan dalam sesi tanya jawab.
Rektor Universitas Darunnajah mengapresiasi semangat para peserta yang rela menempuh perjalanan jauh. “Kehadiran Bapak/Ibu membuktikan komitmen tinggi untuk meningkatkan kualitas pengasuhan di pesantren masing-masing,” ungkapnya.
Sebagai tindak lanjut, peserta akan mengimplementasikan program pembetahan santri, pencegahan bullying, sistem tahkim yang adil, serta penguatan adab melalui ta’lim praktis. Upaya ini diharapkan menciptakan ekosistem pesantren yang kondusif bagi pengembangan karakter santri.
Workshop ini menegaskan bahwa pengasuhan santri bukan sekadar rutinitas, melainkan seni membentuk generasi beradab yang membutuhkan kolaborasi semua pihak. Karena sejatinya, pesantren adalah rumah kedua yang harus memberikan kehangatan dan kenyamanan bagi para santri.
Tulisan terkait:



