Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Apa Makna Toleransi dalam Islam?

Toleransi adalah sikap menghargai dan menghormati perbedaan dalam masyarakat yang majemuk. Islam mengajarkan umatnya untuk bersikap toleran terhadap sesama, baik itu sesama Muslim maupun non-Muslim.

Tulisan ini membahas tentang makna toleransi dalam Islam, dalil Al-Qur’an dan hadits tentang toleransi, contoh sikap toleran Rasulullah saw, serta pentingnya toleransi dalam mencegah konflik dan memperkuat persaudaraan.

Berikut uraiannya:

Toleransi dalam bahasa Arab disebut “tasamuh” yang berarti sikap membiarkan, lapang dada, atau saling memudahkan. Dalam Islam, toleransi bukan berarti membenarkan keyakinan atau ibadah agama lain, melainkan sikap saling menghormati di tengah perbedaan. Allah SWT berfirman:

لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ

“Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 6)

Ayat ini menegaskan bahwa setiap orang bebas menjalankan keyakinan dan ibadah sesuai agamanya masing-masing. Namun bukan berarti umat Islam boleh mencampuradukkan akidah dan ibadahnya dengan agama lain.

Bagaimana Al-Qur’an Mengajarkan Toleransi?

Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam mengajarkan sikap toleransi dalam banyak ayat. Salah satunya:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia dengan berbagai suku, bangsa, dan perbedaan lainnya. Namun perbedaan itu justru agar manusia saling mengenal dan menghormati, bukan untuk saling memusuhi.

Apa Saja Dalil Hadits tentang Toleransi?

Selain Al-Qur’an, sikap toleransi juga banyak diajarkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW. Berikut ini dua di antaranya:

عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Dari Anas ra, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45)

Hadits ini mengajarkan tentang pentingnya memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Sikap ini penting dalam membangun toleransi antar sesama.

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ

Dari Aisyah ra bahwa Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah Maha Lembut, Dia mencintai sikap lemah lembut dalam seluruh perkara.” (HR. Bukhari no. 6024 dan Muslim no. 2165)

Hadits ini menganjurkan untuk bersikap lemah lembut dalam segala hal, termasuk dalam berinteraksi dengan orang lain meskipun berbeda pandangan. Inilah salah satu kunci toleransi.

Bagaimana Rasulullah SAW Mencontohkan Sikap Toleran?

Nabi Muhammad SAW sebagai teladan umat Islam memberikan contoh toleransi yang luar biasa. Beliau menghormati setiap manusia tanpa memandang latar belakang suku, ras, atau agama. Saat Nabi hijrah ke Madinah, beliau membuat perjanjian toleransi dengan penduduk non-Muslim yang dikenal sebagai Piagam Madinah.

Beliau juga menunjukkan sikap santun kepada tamu-tamu non-Muslim. Suatu ketika beliau kedatangan tamu utusan Nasrani dari Najran. Nabi menerima mereka di masjid dan membentangkan jubahnya agar mereka bisa duduk.

Nabi Muhammad saw juga melarang keras umatnya mengganggu rumah ibadah agama lain. Beliau bersabda, “Janganlah kalian memasuki gereja-gereja orang Nasrani kecuali untuk kebaikan. Barangsiapa yang menyakiti mereka maka ia telah menyakitiku.” (HR. Thabrani)

Apa Batasan Toleransi dalam Akidah dan Ibadah?

Toleransi dalam Islam bukanlah toleransi mutlak tanpa batas. Ada batasan toleransi terutama terkait akidah dan ibadah. Dalam hal ini, umat Islam harus memegang teguh prinsip Tauhid dan tidak boleh mencampuradukkan ibadahnya dengan agama lain.

Allah SWT berfirman:

قُلْ يٰٓاَيُّهَا الْكٰفِرُوْنَۙ لَآ اَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَۙ وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۚ وَلَآ اَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْۙ وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۗ لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ

“Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 1-6)

Surah ini menegaskan bahwa Islam tidak menolerir sinkretisme akidah atau ibadah dengan agama lain. Prinsip Tauhid dan ibadah khusus untuk Allah tidak bisa ditoleransi atau dicampur dengan kepercayaan lain.

Bagaimana Toleransi Dapat Mencegah Konflik Antar Umat Beragama?

Toleransi menjadi modal penting dalam membangun kerukunan dan mencegah konflik antar umat beragama. Ketika setiap pemeluk agama bisa saling menghormati dan tidak saling mengganggu, maka kedamaian akan tercipta.

Sebaliknya, intoleransi dan sikap memaksakan keyakinan pada orang lain hanya akan memicu gesekan dan konflik. Allah SWT berfirman:

لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِ ۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ

“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat.” (QS. Al-Baqarah: 256)

Syaikh Yusuf Al-Qardhawi menyatakan, “Toleransi yang diajarkan Islam kepada umatnya tidak bermakna untuk saling melebur dalam keyakinan. Toleransinya Islam adalah sikap saling menghargai dan menghormati di tengah perbedaan keyakinan.”

Bagaimana Menerapkan Toleransi dalam Kehidupan Sehari-hari?

Toleransi perlu dipraktikkan dalam interaksi sosial sehari-hari. Beberapa sikap toleran yang bisa diterapkan antara lain:

1) Menghormati keyakinan dan ibadah orang lain selama tidak mengajak pada syirik.
2) Berbuat baik, adil, dan santun kepada non-Muslim yang tidak memusuhi Islam.
3) Memberikan bantuan sosial yang bersifat umum kepada orang yang membutuhkan tanpa memandang agama.
4) Menjaga lisan dari perkataan yang menyakiti atau melecehkan keyakinan orang lain.
5) Mengedepankan dialog dan jalan damai jika terjadi konflik yang bernuansa agama.

Apa Contoh Sikap Toleran terhadap Non-Muslim Menurut Islam?

Islam menganjurkan umatnya untuk tetap berbuat baik dan bersikap adil terhadap non-Muslim yang tidak memusuhi Islam. Allah SWT berfirman:

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah: 8)

Nabi Muhammad SAW pernah menerima hadiah dari penguasa Mesir (Muqauqis) yang beragama Kristen. Beliau juga bersahabat dekat dengan tetangganya yang Yahudi bernama Abdullah bin Salam.

Beliau juga memerintahkan untuk tetap menjalin silaturahmi dengan kerabat non-Muslim. Asma’ binti Abu Bakar ra berkata,”Ibuku yang masih musyrik datang kepadaku. Aku bertanya kepada Rasulullah, bolehkah aku menyambung silaturahmi dengannya? Beliau menjawab, “Ya, sambunglah silaturahmi dengan ibumu.” (HR. Bukhari no. 2477 dan Muslim no. 1003)

Foto: Suasana haru pada Haflah Takharuj Angkatan ke-31 (2024).

Bagaimana Islam Memandang Perbedaan Suku, Ras, dan Bangsa?

Islam memandang manusia yang beragam suku, ras, dan bangsa sebagai realitas kehidupan. Perbedaan ini bukan untuk saling merendahkan, melainkan saling mengenal dan menghargai.

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW bersabda:

لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَىٰ أَعْجَمِيٍّ وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَىٰ عَرَبِيٍّ وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَىٰ أَسْوَدَ وَلَا أَسْوَدَ عَلَىٰ أَحْمَرَ إِلَّا بِالتَّقْوَىٰ

“Tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas orang non-Arab, orang non-Arab atas orang Arab, orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, orang berkulit hitam atas orang berkulit merah, kecuali karena takwa.” (HR. Ahmad)

Dalam Islam, takwa dan amal shaleh adalah ukuran kemuliaan seseorang, bukan ras, suku, atau warna kulitnya. Rasulullah saw bahkan memuji Bilal bin Rabah, sahabatnya yang berkulit hitam, dengan sabdanya, “Bilal adalah pemimpin para muadzin dan manusia paling mulia di antara mereka di hari kiamat.”

Apa Kaitan Toleransi dengan Konsep Rahmatan Lil ‘Alamin dalam Islam?

Toleransi adalah salah satu manifestasi dari konsep ‘rahmatan lil ‘alamin’ (rahmat bagi seluruh alam) yang dibawa Islam. Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam:

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107)

Sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, Islam mengajarkan belas kasih dan rahmat pada seluruh makhluk. Salah satu wujud rahmat itu adalah bersikap toleran pada sesama manusia tanpa memandang perbedaan.

Dengan toleransi, Islam bertujuan mewujudkan perdamaian dan kemaslahatan bagi seluruh umat manusia. Sebagaimana kata Imam Hasan Al-Bashri, “Barangsiapa ingin Allah merahmatinya maka hendaklah ia merahmati makhluk-Nya.”

Bagaimana Toleransi dapat Memperkuat Persaudaraan Antar Sesama Muslim?

Toleransi tidak hanya berlaku terhadap non-Muslim, tapi juga sesama Muslim yang berbeda pandangan dalam masalah furu’ (cabang). Sikap ini perlu diasah untuk menjaga persatuan umat.

Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR. Muslim no. 2586)

Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Hadits ini menunjukkan keharusan bagi setiap Muslim untuk menjalin ukhuwah, toleransi, dan solidaritas dengan sesama Muslim dalam hal apapun.”

Toleransi antar sesama Muslim akan memperkokoh ukhuwah Islamiyah. Ketika umat bisa saling memahami perbedaan, mereka akan terhindar dari perpecahan. Inilah yang dicontohkan para sahabat Nabi Muhammad SAW.

Bagaimana Sikap yang Tepat Ketika Toleransi Disalahartikan?

Toleransi kadang disalahartikan sebagai pembenaran terhadap segala keyakinan atau dimanfaatkan oknum tertentu untuk kepentingan yang bertentangan dengan Islam. Sikap yang perlu diambil antara lain:

1) Meluruskan pemahaman yang keliru tentang toleransi dengan tetap mengedepankan hikmah dan dialog.
2) Menegaskan batasan toleransi terutama dalam hal akidah dan ibadah.
3) Mengkritisi dengan santun setiap upaya penyalahgunaan toleransi untuk menodai ajaran Islam.
4) Membentengi diri dengan ilmu dan menjalin persatuan umat Islam dalam menyikapi tantangan toleransi.

Syaikh Al-Qaradhawi menegaskan, “Toleransi dalam Islam bukan berarti kompromi akidah. Islam adalah ajaran yang jelas dan tegas, karena itu tidak memerlukan sikap mendua dalam berinteraksi dengan agama lain.”

Apa Peran Lembaga Pendidikan Islam dalam Menumbuhkan Toleransi?

Lembaga pendidikan Islam seperti pesantren, madrasah, dan sekolah Islam memiliki peran strategis dalam menumbuhkan sikap toleran pada generasi muda. Peran yang bisa dilakukan antara lain:

1) Memberikan pemahaman yang benar tentang toleransi sesuai Al-Qur’an dan Sunnah.
2) Menanamkan akhlak mulia dan sikap menghargai perbedaan lewat keteladanan para pendidik.
3) Membekali siswa dengan ilmu-ilmu Islam agar bisa menyikapi isu toleransi dengan bijaksana.
4) Mengenalkan sejarah toleransi dalam peradaban Islam dan relevansinya di masa kini.
5) Memfasilitasi dialog dan kerja sama dengan komunitas agama lain sebagai praktik toleransi.

Pendidikan toleransi sejak dini akan membentuk generasi Muslim yang kuat dalam iman sekaligus mampu menyebarkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin di tengah masyarakat plural.

Bagaimana Toleransi dapat Menjadi Solusi atas Isu Islamofobia?

Sikap toleran komunitas Muslim dapat menjadi respons positif atas isu islamofobia yang berkembang di sebagian negara Barat. Ketika umat Islam tetap mengedepankan toleransi, stigma negatif tentang Islam perlahan bisa terkikis.

Kita bisa menunjukkan wajah Islam yang damai, penuh rahmat, dan menghargai perbedaan. Inilah yang dilakukan komunitas Muslim di berbagai negara saat menghadapi isu islamofobia, antara lain:

1) Mengadakan dialog dan kerja sama dengan berbagai pihak untuk membangun saling pengertian.
2) Aktif berkontribusi positif bagi masyarakat luas dalam bidang sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, dll.
3) Memperkuat branding Islam yang rahmatan lil ‘alamin di ruang publik.
4) Mengedukasi masyarakat tentang toleransi dan nilai-nilai luhur Islam.
5) Merangkul kaum muda muslim agar terhindar dari radikalisme.

Cendekiawan Muslim Tariq Ramadhan mengatakan, “Tugas kita saat ini adalah menjadi saksi bagi nilai-nilai dalam masyarakat: bela yang tertindas, berdiri dengan yang lemah, bicara atas nama mereka yang dibungkam.”

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa toleransi adalah salah satu ajaran mulia dalam Islam. Al-Qur’an, hadits, dan teladan Rasulullah SAW mengajarkan sikap toleran terhadap sesama manusia dalam batas-batas yang dibenarkan syariat.

Toleransi bukan berarti membenarkan keyakinan atau ibadah agama lain, melainkan sikap saling menghormati dalam interaksi sosial. Toleransi memiliki peran penting dalam menjaga kerukunan, mencegah konflik, sekaligus menyebarkan rahmat Islam bagi seluruh alam.

Sikap toleran perlu terus diasah oleh setiap Muslim, baik melalui pendidikan, keteladanan, maupun praktik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, Islam yang rahmatan lil ‘alamin akan semakin bersinar di tengah keberagaman umat manusia.

Penutup

Sebagai Muslim, sudah sepatutnya kita terus mempelajari dan mengamalkan toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Sikap ini akan memperkokoh persaudaraan sesama Muslim, menjaga kerukunan dengan umat agama lain, sekaligus menyebarkan rahmat Islam bagi seluruh alam.

Semoga pembahasan tentang toleransi dalam Islam ini bisa menginspirasi kita untuk bisa bersikap toleran namun tetap menjaga kemurnian akidah dan ibadah kita. Mari kita doakan agar Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk menjadi teladan toleransi Islam yang sejati. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Tunaikan Toleransi Sejati Sesuai Syariat

Yuk, kita perkuat pemahaman tentang toleransi dalam batas koridor Islam. Terapkan sikap toleran ini dalam pergaulan sehari-hari, baik dengan sesama Muslim maupun non-Muslim. Jadilah duta Islam yang membawa kedamaian dan kebaikan bagi semesta alam.

Mari kita saling mengingatkan dan mendukung untuk bisa mengamalkan toleransi sesuai Al-Qur’an dan Sunnah. Semoga kita semua termasuk hamba Allah yang bisa meraih rahmat-Nya dengan menebarkan rahmat bagi sesama.

Pendaftaran Santri Baru