Apa Makna Menjulurkan Pakaian Karena Kesombongan dalam Islam?

لَا يَنْظُرُ اللَّهُ يَومَ القِيَامَةِ إلى مَن جَرَّ إِزَارَهُ بَطَرًا

“Allah tidak akan memandang pada hari kiamat kepada orang yang menjulurkan pakaiannya karena kesombongan.” (HR. Bukhari no. 5788)

Pernahkah kita memikirkan bagaimana cara berpakaian kita dapat mempengaruhi hubungan kita dengan Allah? Hadits di atas membuka mata kita tentang pentingnya niat dan sikap dalam berpakaian.

Tulisan ini membahas tentang makna hadits larangan menjulurkan pakaian karena kesombongan, konsep kesombongan dalam Islam, perbedaan antara kebutuhan dan kesombongan dalam berpakaian, serta cara menghindari sikap sombong. Kita juga akan mengulas dampak kesombongan terhadap kehidupan sosial, ajaran Islam tentang kesederhanaan dalam berpakaian, dan bagaimana menyikapi tren fashion modern dalam konteks hadits ini.

Berikut uraiannya:

Apa Makna “Allah Tidak Akan Memandang” dalam Hadits?

Ketika kita membaca hadits tersebut, mungkin kita bertanya-tanya, apa sebenarnya makna “Allah tidak akan memandang”? Apakah ini berarti Allah mengabaikan kita sepenuhnya?

Para ulama menjelaskan bahwa ungkapan ini adalah bentuk kiasan yang menunjukkan ketidakridaan Allah. Ini bukan berarti Allah tidak melihat hamba-Nya, karena Allah Maha Melihat segala sesuatu.

Imam An-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim mengatakan, “Makna ‘Allah tidak akan memandang’ adalah Allah tidak akan memandangnya dengan pandangan kasih sayang dan keridhaan.”

Ini menunjukkan betapa seriusnya masalah kesombongan dalam berpakaian di mata Allah. Kita diingatkan untuk selalu introspeksi diri dan menjaga niat kita dalam berpakaian.

Mengapa Menjulurkan Pakaian Karena Kesombongan Dilarang?

Larangan menjulurkan pakaian karena kesombongan bukan tanpa alasan. Islam sangat menekankan pentingnya kerendahan hati dan menghindari sikap sombong dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam berpakaian.

Kesombongan dapat menghalangi seseorang dari menghargai orang lain dan membuat mereka merasa lebih tinggi dari yang lain. Ini bertentangan dengan prinsip kesetaraan dan persaudaraan dalam Islam.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)

Bagaimana Memahami Konsep Kesombongan dalam Islam?

Kesombongan atau dalam bahasa Arab disebut “kibr” adalah sikap merasa diri lebih baik atau lebih tinggi dari orang lain. Dalam Islam, kesombongan dianggap sebagai penyakit hati yang berbahaya.

Nabi Muhammad SAW bersabda:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan seberat biji sawi.” (HR. Muslim no. 91)

Kesombongan bisa muncul dalam berbagai bentuk, termasuk dalam cara berpakaian. Menjulurkan pakaian melebihi batas yang diperlukan dengan niat untuk pamer atau merasa lebih tinggi dari orang lain termasuk dalam kategori ini.

Apa Perbedaan Antara Menjulurkan Pakaian Karena Kebutuhan dan Kesombongan?

Penting bagi kita untuk memahami bahwa tidak semua tindakan menjulurkan pakaian dianggap sebagai kesombongan. Ada perbedaan antara menjulurkan pakaian karena kebutuhan dan karena kesombongan.

Ketika seseorang menjulurkan pakaiannya karena kebutuhan, misalnya untuk menutupi aurat atau karena alasan kesehatan, ini tidak termasuk dalam larangan. Yang menjadi masalah adalah ketika seseorang melakukannya dengan niat untuk pamer atau merasa lebih baik dari orang lain.

Dalam sebuah riwayat, Abu Bakar As-Siddiq ra bertanya kepada Nabi SAW tentang pakaiannya yang kadang menjulur. Nabi menjawab bahwa Abu Bakar tidak termasuk orang yang melakukannya karena kesombongan.

Bagaimana Cara Menghindari Sikap Sombong dalam Berpakaian?

Untuk menghindari sikap sombong dalam berpakaian, kita perlu selalu menjaga niat dan kesadaran diri. Beberapa cara yang bisa kita lakukan:

1. Selalu ingat bahwa pakaian adalah nikmat dari Allah dan kita akan dimintai pertanggungjawaban atas penggunaannya.

2. Berpakaian sesuai kebutuhan, tidak berlebihan atau untuk pamer.

3. Memilih pakaian yang sederhana namun tetap sopan dan menutup aurat.

4. Menghindari penggunaan aksesori atau perhiasan yang berlebihan.

5. Selalu introspeksi diri dan memohon perlindungan Allah dari sifat sombong.

Apa Dampak Kesombongan Terhadap Kehidupan Sosial?

Kesombongan, termasuk dalam berpakaian, dapat memiliki dampak negatif terhadap kehidupan sosial. Beberapa dampaknya antara lain:

1. Merusak hubungan dengan sesama manusia karena orang sombong cenderung merendahkan orang lain.

2. Menimbulkan rasa iri dan dengki di masyarakat.

3. Menciptakan jarak sosial dan menghambat terciptanya persatuan dalam masyarakat.

4. Dapat menyebabkan seseorang dijauhi atau tidak disukai oleh lingkungannya.

5. Berpotensi menimbulkan konflik sosial.

Bagaimana Islam Mengajarkan Kesederhanaan dalam Berpakaian?

Islam mengajarkan kesederhanaan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam berpakaian. Nabi Muhammad SAW adalah teladan utama dalam hal ini. Beliau selalu berpakaian sederhana namun tetap bersih dan rapi.

Allah berfirman:

يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا ۖ وَلِبَاسُ التَّقْوَىٰ ذَٰلِكَ خَيْرٌ

“Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik.” (QS. Al-A’raf: 26)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa pakaian terbaik adalah pakaian takwa, yaitu ketaatan dan keimanan kepada Allah.

Bagaimana Menyikapi Tren Fashion Modern dalam Konteks Hadits Ini?

Menyikapi tren fashion modern dalam konteks hadits larangan menjulurkan pakaian karena kesombongan memerlukan kebijaksanaan. Kita perlu memahami bahwa Islam tidak melarang kita untuk berpenampilan menarik, selama tetap dalam batas-batas syariat dan tidak dimaksudkan untuk kesombongan.

Beberapa hal yang bisa kita lakukan:

1. Memilih pakaian yang modis namun tetap menutup aurat dengan baik.

2. Menghindari pakaian yang terlalu mencolok atau berlebihan.

3. Selalu menjaga niat dalam berpakaian untuk menutupi aurat dan bukan untuk pamer.

4. Mempertimbangkan kesesuaian pakaian dengan situasi dan kondisi.

5. Tidak memaksakan diri mengikuti tren yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.

Bagaimana Memahami Makna “Khuyala'” (Kesombongan) dalam Konteks Modern?

Memahami makna “khuyala'” atau kesombongan dalam konteks modern memerlukan pemahaman yang mendalam tentang niat dan sikap seseorang. Dalam masyarakat modern, kesombongan bisa muncul dalam berbagai bentuk, tidak hanya dalam hal pakaian.

Beberapa contoh kesombongan dalam konteks modern:

1. Pamer gaya hidup mewah di media sosial.

2. Membeli barang-barang bermerek mahal hanya untuk menunjukkan status sosial.

3. Merendahkan orang lain yang dianggap tidak setara secara ekonomi atau sosial.

4. Merasa lebih baik karena memiliki gelar atau jabatan tertentu.

5. Enggan bergaul dengan orang-orang yang dianggap “lebih rendah”.

Dr. Yusuf Al-Qaradawi, seorang ulama kontemporer, mengatakan, “Kesombongan dalam era modern bisa muncul dalam bentuk yang lebih halus dan tidak disadari. Kita perlu selalu introspeksi diri dan memohon perlindungan Allah dari sifat ini.”

Kesimpulan

Hadits larangan menjulurkan pakaian karena kesombongan mengajarkan kita pentingnya menjaga niat dan sikap dalam berpakaian. Kesombongan, dalam bentuk apapun, adalah sifat yang dibenci Allah dan dapat berdampak negatif pada kehidupan sosial kita.

Islam mengajarkan kesederhanaan dan kerendahan hati, termasuk dalam berpakaian. Meskipun kita hidup di era modern dengan berbagai tren fashion, kita tetap perlu menjaga keseimbangan antara mengikuti perkembangan zaman dan mematuhi prinsip-prinsip Islam.

Memahami makna “khuyala'” atau kesombongan dalam konteks modern membantu kita untuk lebih waspada terhadap bentuk-bentuk kesombongan yang mungkin tidak kita sadari. Dengan terus menjaga niat dan introspeksi diri, kita dapat berharap untuk terhindar dari sikap sombong dan lebih dekat kepada Allah SWT.

Penutup

Marilah kita terus bersemangat dalam mempelajari dan mengamalkan ajaran Islam, termasuk dalam hal berpakaian. Setiap aspek kehidupan kita, bahkan hal yang mungkin terlihat sepele seperti cara berpakaian, memiliki nilai ibadah jika dilakukan dengan niat yang benar dan sesuai dengan tuntunan agama.

Semoga dengan memahami dan mengamalkan hadits ini, kita dapat semakin meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dan memperbaiki hubungan kita dengan sesama manusia. Semoga Allah senantiasa membimbing kita ke jalan yang lurus dan diridhai-Nya.

Bagaimana Kita Bisa Menerapkan Ajaran Ini dalam Kehidupan Sehari-hari?

Mari kita mulai dengan introspeksi diri tentang cara berpakaian kita. Apakah ada unsur kesombongan dalam pilihan pakaian kita? Jika ya, mari kita perbaiki niat dan cara berpakaian kita. Selain itu, kita juga bisa mulai mengedukasi keluarga dan teman-teman kita tentang pentingnya berpakaian dengan niat yang benar dan menghindari kesombongan. Ingatlah, perubahan dimulai dari diri sendiri. Mari kita jadikan hadits ini sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari kita.

Pendaftaran Santri Baru