قال الإمام الشافعي:
أُحِبُّ الصَّـالِحِينَ وَلَسْتُ مِنْـهُمْ
لَعَلِّي أَنْ أَنَـالَ بِـهِـمْ شَـفَـاعَــــهْ
وَأَكْرَهُ مَنْ بِضَـاعَتُـهُ الْمَعَـاصِي
وَإِنْ كُـنَّـا سَـوَاءً فِي الْبِـضَـاعَـــهْ
وَأَكْرَهُ مَنْ يُضِـيعُ الْعُمْرَ لَـهْـواً
وَلَوْ كُـنْـتُ امْرَءاً جَـمَّ الإِضَـاعَـــهْ
Imam Syafi’I rohimahulloh wa ardhoh berkata:
Aku mencintai orang-orang sholeh meskipun aku bukan termasuk di antara mereka.
Semoga bersama mereka aku bisa mendapatkan syafa’at kelak.
Aku membenci para pelaku maksiat, meskipun aku tak berbeda dengan mereka.
Aku membenci orang yang membuang-buang usianya dalam kesia-siaan walaupun aku sendiri adalah orang yang banyak menyia-nyiakan usia.
Cinta kepada orang-orang sholeh adalah salah satu tanda keimanan seseorang. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda, “Agama seseorang itu tergantung pada agama temannya. Maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa yang menjadi temannya.” (HR. Abu Dawud no. 4833, Tirmidzi no. 2378. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Orang yang mencintai orang-orang sholeh akan mendapatkan banyak manfaat, baik di dunia maupun di akhirat. Mereka akan mendapatkan ilmu, nasihat, doa, dan syafaat dari orang-orang sholeh tersebut.
Mengapa Kita Harus Mencintai Orang Sholeh Meski Bukan Bagian dari Mereka?
Dalam bait syairnya, Imam Syafi’i mengajarkan kita untuk mencintai orang-orang sholeh meskipun kita merasa belum bisa menjadi seperti mereka. Karena dengan mencintai mereka, kita berharap bisa mendapatkan syafaat dan barokah dari keshalihan mereka.
Nabi ﷺ bersabda:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله ﷺ المَرءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
“Seseorang itu akan bersama dengan orang yang dicintainya.” (HR. Bukhari no. 6168, Muslim no. 2640)
Maka mencintai orang-orang sholeh akan membuat kita dikumpulkan bersama mereka di hari kiamat, meskipun amalan kita belum bisa menyamai amalan mereka.
Bagaimana Cara Mendapatkan Syafa’at dari Orang-orang Sholeh?
Untuk mendapatkan syafa’at dari orang-orang sholeh, ada beberapa hal yang perlu kita lakukan:
- Meneladani akhlak dan ibadah mereka
- Mendoakan mereka dan memohonkan ampunan untuk mereka
- Membantu dan menolong mereka dalam kebaikan
Allah ﷻ berfirman:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. Ath-Thur: 21)
Apa Pentingnya Syafa’at di Akhirat Kelak?
Syafaat sangat dibutuhkan oleh setiap orang di hari kiamat. Karena pada hari itu, manusia akan menghadapi hisab dan pertanggungjawaban atas semua amal perbuatannya di dunia.
Orang-orang yang berhak memberikan syafaat di akhirat adalah para nabi, para syuhada, orang-orang sholeh, dan anak-anak kecil yang meninggal sebelum baligh. Mereka diizinkan Allah untuk memberikan syafaat kepada keluarga dan orang-orang yang mereka cintai.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَهِيَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
“Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah ﷺ bersabda: “Setiap nabi mempunyai doa yang dikabulkan, lalu setiap nabi segera meminta dengan doanya, sedangkan aku menyimpan doaku sebagai syafa’at bagi umatku pada hari kiamat, InsyaAllah doa itu akan berguna bagi umatku yang meninggal dunia dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun.”” (HR. Bukhari no. 4739, Muslim no. 199)
Maka kita harus berusaha untuk menjadi hamba Allah yang sholeh agar bisa mendapatkan syafa’at tersebut. Dan sebaik-baik syafa’at adalah syafa’at Nabi Muhammad ﷺ yang selalu kita harapkan.
Mengapa Kita Harus Membenci Perbuatan Maksiat?
Dalam syairnya, Imam Syafi’i juga mengajarkan kita untuk membenci perbuatan maksiat, meskipun kita sendiri terkadang juga terjatuh dalam kemaksiatan. Karena maksiat adalah perbuatan yang dibenci Allah dan akan mendatangkan keburukan bagi pelakunya.
Allah ﷻ berfirman:
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Katakanlah (Muhammad), “Tuhanku hanya mengharamkan segala perbuatan keji yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan dzalim tanpa alasan yang benar, dan (mengharamkan) kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu, sedangkan Dia tidak menurunkan alasan untuk itu, dan (mengharamkan) kamu membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui.”” (QS. Al-A’raf: 33)
Perbuatan maksiat akan mengotori hati, merusak iman, dan menjauhkan diri dari rahmat Allah. Maka kita harus berusaha menjauhi dan membenci segala bentuk kemaksiatan.
Bagaimana Jika Kita Juga Terjebak dalam Perbuatan Maksiat?
Manusia tidak luput dari kesalahan dan dosa. Bahkan para nabi dan rasul pun pernah melakukan kesalahan, hanya saja mereka segera bertaubat dan tidak mengulanginya.
Jika kita terjatuh dalam perbuatan dosa dan maksiat, maka hendaknya kita segera beristighfar, bertaubat, memperbanyak amal sholeh, dan tidak berputus asa dari rahmat Allah.
Allah ﷻ berfirman:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)
Dan janganlah kita menganggap remeh dosa-dosa kecil, karena dosa kecil jika dilakukan terus-menerus akan menjadi besar. Nabi ﷺ bersabda:
عن سهل بن سعد الساعدي رضي الله عنه عن النبي ﷺ قال إياكم ومحقرات الذنوب فإن مثل محقرات الذنوب كمثل قوم نزلوا بطن واد فجاء ذا بعود وجاء ذا بعود حتى أنضجوا خبزتهم وإن محقرات الذنوب متى يؤخذ بها صاحبها تهلكه
“Dari Sahl bin Sa’d As-Sa’idi ra, dari Nabi ﷺ bersabda, “Jauhilah oleh kalian dosa-dosa kecil, sesungguhnya perumpamaan dosa-dosa kecil itu seperti kaum yang singgah di sebuah lembah, lalu datanglah seseorang membawa sebatang kayu, dan datang pula yang lain membawa sebatang kayu sampai mereka dapat membakar roti mereka. Sesungguhnya dosa-dosa kecil itu apabila seseorang diperhitungkan dengannya akan membinasakannya.” (HR. Ahmad 22:414. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim).
Mengapa Membuang-buang Waktu Itu Dilarang dalam Islam?
Selain membenci maksiat, Imam Syafi’i juga mengajarkan kita untuk membenci perbuatan sia-sia yang membuang-buang waktu.
Waktu adalah nikmat yang sangat berharga yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Allah ﷻ bahkan bersumpah dengan waktu dalam firman-Nya:
وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sungguh manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3)
Dalam surat ini, Allah mengabarkan bahwa manusia benar-benar berada dalam kerugian jika tidak memanfaatkan waktunya untuk beriman, beramal sholeh, dan saling menasihati dalam kebaikan. Karena waktu yang telah berlalu tidak bisa kembali lagi. Nabi ﷺ mengingatkan tentang lima perkara yang harus kita perhatikan:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغُلِكَ وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda, “Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu dan hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al-Hakim no. 7846, ia berkata hadits ini sahih sanadnya dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Bagaimana Mengisi Waktu dengan Kegiatan yang Bermanfaat?
Agar waktu kita tidak terbuang sia-sia, mari kita isi dengan kegiatan yang bermanfaat, di antaranya:
- Mempelajari dan mengajarkan ilmu agama
- Melaksanakan amalan sunnah seperti sholat dhuha, sedekah, puasa sunnah, dzikir pagi petang, dll.
- Menyambung silaturahmi dan berbuat baik kepada sesama
- Bekerja, belajar, atau berkarya sesuai bidang dan kemampuan masing-masing
- Beristirahat secukupnya untuk menjaga kesehatan
Nabi ﷺ juga mengajarkan doa memohon waktu yang berkah:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ وَفِيمَا مَنَعْتَ وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ فَإِنَّكَ تَقْضِي بِالْحَقِّ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَإِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ
“Ya Allah, berkahilah apa yang Engkau berikan kepadaku, dan apa yang Engkau tahan dariku. Lindungilah aku dari keburukan yang Engkau tetapkan. Sesungguhnya Engkau menetapkan dengan hak dan tidak ditetapkan atas-Mu. Sesungguhnya tidak hina orang yang Engkau jaga. Mahasuci Engkau wahai Rabb kami dan Mahatinggi.” (HR. Abu Daud no. 1427, Tirmidzi no. 3488, Ahmad 4:318, dan An-Nasa’i 3:52. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Bagaimana Menerapkan Nasihat Imam Syafi’i ini dalam Kehidupan Sehari-hari?
Nasihat Imam Syafi’i ini sangat berharga untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita bisa mulai dengan hal-hal kecil seperti:
- Meluangkan waktu untuk belajar agama dan mengikuti majelis ilmu
- Bergaul dengan orang-orang sholeh dan menjadikan mereka sebagai teman dekat
- Berusaha menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan hal-hal yang tidak bermanfaat
- Disiplin dalam mengatur waktu antara ibadah, belajar, bekerja, istirahat, dll.
- Saling mengingatkan dengan cara yang baik jika ada saudara kita yang lalai
Semoga Allah memberikan kita kemampuan untuk mengamalkan nasihat berharga ini. Aamiin.
Penutup
Demikianlah pembahasan singkat tentang makna syair Imam Syafi’i rahimahullah yang sarat hikmah dan pelajaran berharga. Semoga kita bisa meneladani akhlak dan kecintaan beliau kepada orang-orang sholeh. Semoga kita juga bisa menghindari perbuatan maksiat dan sia-sia yang hanya akan merugikan diri sendiri. Mari kita tingkatkan kualitas keimanan dan amal sholeh kita agar kelak mendapatkan syafa’at di hari kiamat. Aamiin ya rabbal ‘aalamiin.
Mari Kita Amalkan Ilmu yang Bermanfaat!
Setelah membaca artikel ini, mari kita amalkan ilmu yang bermanfaat dengan mencintai orang-orang sholeh, menjauhi maksiat, dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk beribadah dan berbuat kebaikan. Ingatlah selalu pesan Rasulullah ﷺ:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلاَهُ
“Dari Anas bin Malik ra, Nabi ﷺ bersabda: “Tidak akan bergeser kedua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya tentang umurnya untuk apa dia habiskan, tentang ilmunya untuk apa dia amalkan, tentang hartanya darimana dia dapatkan dan untuk apa dia belanjakan, serta tentang tubuhnya untuk apa dia gunakan.” (HR. Tirmidzi no. 2417. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini hasan)
Selamat mengamalkan dan semoga kita termasuk hamba Allah yang bisa mempertanggungjawabkan semua nikmat yang telah diberikan. Semoga artikel ini bermanfaat untuk mengingatkan kita pada kebaikan. Mohon maaf bila ada kesalahan. Wallahu a’lam.