Bagi umat Islam, akhlak Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam merupakan pedoman hidup setelah Al-Qur’an. Perkataan dan perbuatannya adalah teladan terbaik. Ajarannya adalah bukti cinta kepada umat yang tidak akan pernah putus.
Namun, adakah cinta itu berbalas? Ketika namanya tidak hanya disebut di bibir, atau diingat sebagai seremonial tahunan belaka. Sepatutnya risalah yang dibawa beliau tidak hanya diingat pada momen-momen tertentu saja, melainkan diamalkan dalam tiap sendi kehidupan.
11 November adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW. Seluruh umat Islam di dunia memperingati hari kelahiran beliau. Khususnya di Indonesia, beda daerah beda pula cara merayakannya. Di mana saja dan bagaimana perayaan tersebut berjalan? Simak daftarnya di bawah ini.
1. Grebeg Maulud di Yogyakarta
Warga Yogyakarta selalu merayakan Maulid Nabi dengan Grebeg Maulud. Grebeg sendiri merupakan upacara adat yang diadakan setahun 3 kali untuk 3 hari besar umat Islam yaitu, Grebeg Syawal untuk menyambut bulan Syawal, Grebeg Maulud untuk menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad shallalahu alaihi wa salam, dan Grebeg Besar sebagai perayaan hari Idul Adha.
Prosesi upacara Grebeg mempunya ciri khas tersendiri. Parade prajurit Keraton mengarak 7 buah Gunungan berisi hasil bumi yang menjadi simbol kemakmuran daerah Yogyakarta. Gunungan merupakan tumpukan makanan yang dibagi-bagikan untuk warga, diarak dari Keraton Yogyakarta menuju 3 lokasi, Masjid Gede Kauman, kantor Gubernur DIY Komplek Kepatihan, dan Kadipaten Pura Pakualam.
2. Kirab Ampyang di Kudus
Di kota tempat Sunan Kudus menyebarkan ajaran Islam ini, warga merayakan Maulid Nabi dengan kirab gunungan berisi nasi dan lauk pauk yang dibungkus daun jati. Arakan gunungan ini juga dibagikan kepada warga sekitar, dengan didahului doa bersama yang dipimpin oleh tokoh pemuka agama setempat.
Kegiatan ini berpusat di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus. Menyadari adanya potensi wisata lewat perayaan maulid ini, pemerintah setempat juga mengadakan acara lain sebagai pendukung, seperti Loram Expo dan pentas seni.
3. Muludan Di Madura
Namun yang membedakan dengan perayaan maulid di daerah lain adalah Maulid Agung, saat kaum ibu-ibu beramai-ramai menuju masjid untuk membagikan makanan kepada jamaah yang hadir.
4. Bungo Lado di Sumatera Barat
Tradisi warga Padang Pariaman dalam merayakan maulid adalah dengan membuat bungo lado, sejenis pohon hias dengan uang kertas sebagai daunnya. Pohon hias yang dibuat setiap keluarga di Padang Pariaman ini kemudian akan disumbangkan untuk panti asuhan dan pembangunan masjid.
Makna dari tradisi bungo lado adalah wujud rasa syukur kepada Allah harus senantiasa ditunjukkan dengan berbagi kelebihan rezeki yang diberikan-Nya untuk orang lain.
5. Maudu Lompoa di Sulawesi Selatan
Dalam menyambut hari maulid nabi, warga Desa Cikoang dan sekitarnya punya tradisi unik. Kegiatan perayaan berpusat di Sungai Cikoang dan diiringi dengan berbagai kegiatan, seperti pembuatan dan pengarakan replika kapal Pinisi, perlombaan antar warga, dan pertunjukkan silat.
Tradisi maudu lampoa ini merupakan warisan budaya yang menjadi daya tarik wisatawan. Terutama saat puncak acara, ketika replika kapal yang telah dibuat dilarung ke sepanjang Sungai Cikoang.
(SantriTv/Dzulfaqor)