Search
Close this search box.

Sudahkah Kita Bertawadhu’?

blank

blank

Tawadhu’

Apa yang kamu ketahui dari Tawadhu’?

Tawadhu’ adalah sikap rendah hati dan tidak sombong. Tawadhu’ adalah antonim dari kata takabbur atau sombong.

Dalam Al-Qur’an Surah al-Hijr ayat 88, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِۦٓ أَزْوَٰجًا مِّنْهُمْ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَٱخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ

“Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.”

Dalam Hadits disebutkan, bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallama bersabda: “Dan sesungguhnya Allah menganjurkan kepadaku untuk selalu merendahkan hati. Agar tidak ada seorang pun yang berbangga pada orang yang lain. Dan supaya tidak ada seorang pun yang berlaku dzalim ataupun menganiaya pada orang lain.” (HR. Muslim No. 2865).

blank
Berdo’a adalah bentuk tawadhu’ kepada takdir Allah.

Tanda Tawadhu’

Seringkali kita menemukan sikap tawadhu’ dalam keseharian manusia, diantaranya:

  1. Rendah Hati
  2. Tidak membeda-bedakan teman
  3. Menjunjung tinggi kebenaran
  4. Tidak Berlebihan
  5. Santun dan bertutur kata yang baik

Beberapa dari kita tidak menyadari bahwa kita merasa lebih baik dari orang lain, merasa cerdas, alim, yang kemudian seenaknya saja menilai bahwa orang yang berbuat kesalahan adalah orang yang tidak akan mendapat rahmat dari Allah. Apa yang kita tau tentang rahmat Allah dan azab Allah? Pahamilah bahwa rahmat Allah lebih luas daripada murka-Nya.

Kisah Tawadhu’

Pada suatu hari beberapa sahabat Al Hasan Al Bashri menyebutkan beberapa definisi tawadhu’, namun beliau diam saja. Ketika definisi semakin banyak disebut, beliau mengatakan, ”aku menilai kalian telah banyak menyebut apa itu tawadhu’.”

Kemudian mereka balik bertanya, “apa tawadhu’ itu menurut anda?” Al Hasan Al Bashri menjawab, “seorang keluar dari rumahnya, maka ia tidak bertemu seorang muslim, kecuali mengira bahwa yang ditemui itu lebih baik dari dirinya.”

Apa yang disebutkan Al Hasan Al Bashri mirip dengan nasihat Imam Al Ghazali mengenai tawadhu’. Beliau mengatakan, ”Janganlah engkau melihat kepada seseorang kecuali engkau menilai bahwa ia lebih baik darimu”.

Jika melihat anak kecil, engkau mengatakan, ’dia belum bermaksiat kepada Allah sedangkan aku telah melakukannya, maka ia lebih baik dariku’.

Jika melihat orang yang lebih tua, engkau mengatakan, ‘orang ini telah melakukan ibadah sebelum aku melakukannya, maka tidak diragukan bahwa ia lebih baik dariku’.

Dan jika ia melihat orang alim (pandai), maka ia berkata, ’dia telah diberi Allah ilmu lebih dibanding aku dan telah sampai pada derajat yang aku belum sampai kepadanya.’

Kalau ia melihat orang bermaksiat, ia berkata, ‘ia melakukannya karena kebodohan, sedangkan aku melakukannya dan tahu bahwa perbuatan itu dilarang. Maka, hujjah Allah kepadaku akan lebih kuat.’

Apa julukan yang pantas untuk diriku ini? selain “Manusia Tidak Tahu Diri”. Belajar banyak ilmu agama bertahun-tahun, diberi nikmat sekolah dan mengaji. Tetapi aku masih saja mewariskan sifat iblis, yaitu SOMBONG. Astaghfirullahal ‘adziim, Semoga kita semua dilimpahkam sikap tawadhu, dijauhkan dari rasa bangga diri dan selalu istiqomah dalam segala kebaikan, aamiin

blank

Pendaftaran Siswa Baru Pesantren Darunnajah