Search
Close this search box.

PELAKSANAAN UN DI TENGAH PRO KONTRA

blank

Senin (22/03/2010), sebanyak 71 siswa hari ini yang mengikuti UN di MA Darunnajah 2 Bogor, 71 peserta tersebut terdiri dari 35 santri putra dan 36 santri putri, mereka dibagi ke dalam 4 ruang ujian, dimana salah satu ruang berjumlah ganjil yaitu 11 siswa. Dari unsur pengawas ruangan sendiri yang sebanyak 8 pengawas, sebagaimana peraturan pemerintah, tidak ada yang berasal dari guru MA Darunnajah, melainkan 4 orang dari MAN Parung Panjang Bogor, 2 orang dari MA Muhajirin Cigudeg-Bogor  dan 2 orang pengawas dari MA Muhammadiyyah Jasinga-Bogor. Sedangkan pengawas dari Darunnajah yang berjumlah 8 orang bertugas mengawas di MAN Parung Panjang-Bogor.

Suasana beda langsung terasa dari hari biasanya, begitu memasuki gerbang langsung ada peringatan “Jaga Ketenangan, demi lancarnya Ujian”. Arena parkir kendaraan juga dikosongkan, tetapi dialihkan ke tempat lain di Darunnajah demi ketenangan UN. Sebagaimana dituturkan oleh TPI (Tim Pemantau Independen), yang biasa dipanggil Mbak Riri “masih ada 2 orang siswa datang terlambat beberapa menit di saat siswa lain mulai mengerjakan LJU” lebih lanjut Mahasiswi tingkat akhir Universitas Djuanda bogor ini menuturkan “sempat terjadi kesalahan distribusi LJU, ada salah satu ruang yang kurang LJU ternyata terbawa tidak sengaja oleh pengawas ruang lain, tapi tidak mengganggu pelaksanaan UN hari ini, bahkan terlihat lancar-lancar saja”.

Jika di beberapa lembaga pendidikan mengunakan CCTV (Closed Sircuit Television) sebagai alat pengawas ujian selain juga pengawas guru, tanpa CCTVpun, siswaDarunnajah  secara psikologis kebanyakan sudah merasakan ketegangan sebelum menjawab soal, salah satunya dengan kehadiran TPI yang  siap siaga memantau jalannya UN hari pertama ini.  Selain itu juga guru-guru pengawas tidak merasa familiar karena berasal dari lembaga lain,  ditambah kehadiran 2 orang polisi yang sempat mondar mandir semakin menambah populasi wajah-wajah serius di semua ruangan. diperparah juga dengan passing grade 5,50 sebagai syarat kelulusan dirasa siswa bukan hal yang mudah mencapai itu, meskipun selama berbulan-bulan siswa Darunnajah terus menerus dibekali dengan Bimbel (bimbingan belajar) khusus.

Kondisi sebagaimana dialami siswa di atas, tidak hanya menjadi milik mereka hari ini, para orang tuapun merasakan hal yang sama, khawatir putra-putrinya tidak lulus, gagal, dan berbagai macam kekhawatiran lainnya. Padahal gugatan di pengadilan dimenangkan oleh para orang tua agar Pemerintah meninjau ulang kembali kebijakan tersebut, yang dianggap tidak memiliki keberpihakan terhadap siswa, tidak objektif dalam mengukur siswa dari beberapa mata pelajaran saja, dan terkesan dipaksakan, merugikan siswa yang biasa bermuara pada beban psikologis yang tinggi ketika siswa gagal.

Namun pemerintah sendiri memiliki tujuan yang positif dengan pelaksanaan UN ini, salah satunya sebagai upaya memperbaiki kwalitas pendidikan Indonesia yang tertinggal jauh oleh negara-negara tetangga, menuntut keseriusan siswa dalam belajar, keseriusan semua lembaga pendidikan dalam KBM juga sarana evaluasi bagi pemerintah sendiri ke depan dalam membuat political will di bidang pendidikan. Meski begitu Pemerintah masih memberi kesempatan tahap ke dua, yaitu ujian ulang bagi yang tidak lulus.(WARDAN/Ela H)

Pendaftaran Siswa Baru Pesantren Darunnajah