Prof. Dr. Aziz ef. Hasanović, Mufti dan Presiden Komunitas Muslim Kroasia berkunjung ke Pondok Pesantren Darunnajah dan Universitas Darunnajah Jakarta, pada Selasa (19/11/2024).
Kedatangan beliau didampingi oleh delegasi dari Kedutaan Besar Kroasia untuk Indonesia dan beberapa tokoh Muslim Kroasia.
Kunjungan ini merupakan bagian dari rangkaian lawatan pertamanya ke Indonesia sebagai upaya mempererat hubungan bilateral kedua negara.
Pimpinan Pesantren Darunnajah, Dr. K.H. Sofwan Manaf, M.Si., beserta jajaran pengasuh memberikan sambutan hangat kepada rombongan Mufti Kroasia setelah menunaikan shalat Zuhur berjamaah di Masjid Jami’ Darunnajah.
Dalam kesempatan tersebut, beliau membagikan banyak pengalaman dan pandangannya tentang perkembangan Islam di Eropa, khususnya Kroasia.
Dalam sambutannya yang hangat, Mufti Aziz menyampaikan kekagumannya terhadap Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia.
“Indonesia adalah negara yang memiliki kekuatan besar dan menjadi contoh bagi dunia,” ungkapnya di hadapan ribuan santri yang memenuhi Masjid Jami’ Darunnajah.
Mufti Aziz menekankan pentingnya keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan akhlak.
Ia mengungkapkan fenomena yang terjadi di Eropa, di mana kemajuan ilmu pengetahuan tidak selalu sejalan dengan perkembangan moral.
“Di Eropa, masyarakat mempelajari ilmu pengetahuan, namun terjadi krisis adab dan akhlak,” jelasnya.
Berbicara tentang eksistensi Islam di Kroasia, Mufti Aziz membagikan harapannya.
“Di Kroasia, Islam diakui sebagai agama resmi, meskipun umat Islam di sana adalah minoritas. Saya tidak merasa sebagai minoritas karena umat Islam di dunia ada 2 miliar,” tegasnya.
Apresiasi khusus disampaikan Mufti kepada para diplomat Indonesia yang aktif di forum internasional.
Ia mencontohkan peran Wakil Menteri Luar Negeri RI dalam KTT Arab-Islam yang mengangkat isu perdamaian dunia dan dukungan untuk Palestina.
Sebelum mengakhiri tausiyahnya, Mufti Aziz berpesan kepada para santri untuk senantiasa mendekatkan diri kepada ulama dan tidak pernah lelah menuntut ilmu.
“Para santri berada di jalan Islam, keilmuan, dan perdamaian. Pelajarilah berbagai ilmu, karena ilmu apapun bermanfaat untuk sesama manusia,” pesannya.
Pertemuan bersejarah ini menjadi bukti nyata bahwa jembatan persaudaraan Islam melampaui batas geografis dan budaya.
Para santri kini memiliki perspektif baru tentang peran mereka dalam membangun peradaban Islam yang lebih baik di masa depan.
Tulisan terkait:



