Khutbatul Wada’ pertama di Darunnajah Cipining ini dilaksanakan pada Sabtu, 18 Juni 2022 di Aula Kampus 1. Acara dimulai pukul 08.00 WIB dipandu oleh Pembawa Acara Syah Bisma.
Sebagaimana biasa, setiap awal acara ada lantunan ayat suci Al-Quran, kali ini dibacakan oleh Fikri Zatillah.
Acara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne Oh Pondokku dipandu oleh Fakhrizzaman.
Mata acara berikutnya adalah Sambutan Wakil Direktur TMI, Ust. Katena Putu Gandhi, S.Pd.I
“Khutbatul Wada’ adalah ungkapan perpisahan yang terbangun dari unsur ucapan terima kasih dan mohon maaf kepada Pimpinan Pesantren, dewan guru, juga sekilas kisah mengesankan santri selama di pesantren. Tentu dengan bahasa yang santun.”
Selanjutnya adalah Penyampaian Teknis Pembacaan Teks Khutbatul Wada’ oleh Ust. Haikal Azra.
“Santri Niha’i Putra agar menuju Masjid Jami’ dan Putri menetap di Aula Kampus 1 didampingi para wali kelas.” Papar beliau.
Seluruh santri kelas 6 TMI mengikuti arahan tersebut. Sekira 30 menit mereka (3 terbaik masing-masing kelas) membacakan teks khutbatul Wada’ di hadapan teman sekelas didampingi wali kelas masing-masing.
Kemudian mereka kembali ke posisi semula, sesuai tempat duduk masing-masing di Aula.
Sesi selanjutnya adalah pembacaan teks khutbatul Wada’ terbaik putra dan putri oleh penulisnya.
Teks terbaik putra adalah karya Fikri Zatillah asal Pulau Nias Sumatera Utara.
“Bagi saya pondok adalah wasilah untuk meneruskan dakwah ayah saya, mengembangkan dakwah Islam di Pulau Nias, wasilah bagi saya untuk cinta ulama, cinta Baginda Rasulullah serta dzurriyahnya.” Ungkap Fikri di akhir tulisannya.
Suasana hening, mengharu biru.
Teks terbaik putri adalah karya Reva Mardhiyah asal Pandeglang Banten.
“Tak sedikitpun ada penyesalan di sini, tak ada yang sia-sia, semua bermanfaat disini. Teman-teman, kalian adalah alasan aku bertahan disini. Mengeluhlah tapi jangan menyerah. Semoga kita semua lulus Husnul khatimah.” Tutur Reva dalam tulisannya.
Sesi berikutnya adalah penyampaian wasiat oleh Pembina Pesantren, Ust. Ridha Makky. Dengan maksud agar sanad keilmuan ini tersambung, beliau membacakan tulisan pada era 70-an karya KH. Imam Zarkasyi Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo yang notabene adalah Gurunya Pak Kiai Jamhari.
“Tidak ada orang tua yang bosan terhadap anak-anaknya. Begitulah cerminan kami, para guru kalian. Hendaklah menimbang rasa dengan cara mengamalkan ilmu yang telah didapat. Hargailah dirimu, tapi jangan minta dihargai. Cintailah ilmu lillahi ta’ala, karena ia adalah mustika yang utama, bukan karena ingin dihargai. Mengamalkan ilmu itu tidak mengenal tempat, dimana pun harus siap. Jangan patah semangat dalam memberikan penerangan dan keterangan kepada umat. Harus tahu papan empan, pandai menempatkan dan menyesuaikan diri terhadap berbagai kalangan. Menyayangi yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua.”
Acara diakhiri dengan pembacaan do’a dipimpin oleh Ust. Kamilin. (WARDAN/IG)