Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Hidup Bebas Untuk Kebahagiaan Mu

Hidup Adalah Pilihan

Hidup adalah pilihan dan manusia yang menentukan pilihannya masing masing,tidak seperti matahari, rembulan, dan samudera, manusia adalah makhluk Allah yang diberikan kebebasan penuh atas pilihan-pilihan hidupnya.

وَقُلِ الْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ فَمَن شَاء فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاء فَلْيَكْفُرْ

“Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.” (QS. Al-Kahfi [18]: 29).

Hidup adalah pilihan, dan apa yang kita alami adalah hasil dari pilihan kita
Hidup adalah pilihan, dan apa yang kita alami adalah hasil dari pilihan kita

Demikianlah Allah, memberikan jalan kepada manusia, untuk memilih sendiri apa yang diinginkan. Tetapi, patut diingat, kebebasan itu Allah berikan setelah Allah memberikan kelebihan bagi manusia atas makhluk yang lain, berupa pendengaran, penglihatan dan hati. Dimana, semua itu akan dimintai pertanggungjawaban.

Orang yang menggunakan pendengaran, penglihatan dan hatinya dengan baik dan benar, tentu tidak akan memilih jalan yang akhirnya menjerumuskannya pada kesengsaraan (Neraka). Tetapi, akan berusaha sekuat tenaga memilih jalan kebenaran, yang mengantarkannya pada kebahagiaan.

Itulah kebebasan yang dipilih oleh para Nabi dan Rasul, beserta orang-orang beriman yang teguh di jalan kebenaran. Mereka membebaskan diri mereka untuk keabadian yang menjanjikan.

Hidup Adalah Kebebasan

Kesempatan hidup mereka gunakan sebebas-bebasnya untuk mengabdi kepada Allah Ta’ala, mendirikan sholat, menegakkan keadilan, menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah kemunkaran. Mereka mensedekahkan sebagian dari rezeki mereka dengan penuh kebebasan. Kebebasan dari rasa takut akan kemiskinan dan kebangkrutan. Bebas, karena hatinya yakin Allah akan memberikan balasan dan pertolongan.

Hidup adalah kebebasan, bebas memilih apa yang di karuniakan Allah untuk mendekatkan diri kepadanya
Hidup adalah kebebasan, bebas memilih apa yang di karuniakan Allah untuk mendekatkan diri kepadanya

Kebebasan itu hadir seperti yang dialami dan dirasakan oleh Bilal bin Rabah. Begitu dirinya mendengar lima ayat dari Surah Al-Alaq yang merupakan wahyu pertama turun kepada Nabi Muhammad Shallallahu alayhi wasallam, seketika ia sadar bahwa dirinya sebagai manusia punya hak asasi, hidup merdeka.

Untuk Kebahagiaan Hidup, Peliharalah Hatimu

Hidup adalah untuk kita nikmati maka sekuat tenaga ia pegang teguh kesadaran relijius yang datang ke dalam sanubarinya, sekalipun untuk hal itu, ia mesti menerima siksaan yang amat sangat memberatkan. Namun, kebebasan dalam dirinya terus menuntun lisannya untuk berkata, “Ahad, Ahad, Ahad.”

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا

فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا

وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا

“Dan (demi) jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya) maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syam [91]: 7-10).

Sekarang, kita bebas menentukan hidup kita. Dalam 24 jam, kita bebas untuk memakmurkan masjid, membantu sesama bahkan ikut serta membangun bangsa dan negara. Pertanyaannya, sudah kah kebebasan yang seperti ini yang kita pilih.

Hidup ini terlalu singkat diisi oleh kesedihan, nikmatilah hidupmu dengan kebahagiaan
Hidup ini terlalu singkat diisi oleh kesedihan, nikmatilah hidupmu dengan kebahagiaan

Atau kebebasan yang semu, kebebasan yang akhirnya menjadikan hidup benar-benar tidak berarti. Kata Buya Hamka, jangan sampai salah pilih, lalu menyalahkan taqdir.

“Banyak sekali di antara manusia yang berperisai pada taqdir Allah, bila dihadapkan pertanyaan pada dirinya: “Mengapa kamu berbuat demikian?” jawabannya: “Karena memang sudah menjadi taqdir Allah.”

Jawaban seperti ini merupakan sikap apologis, upaya pembelaan diri seolah-olah merasa tidak bersalah, walaupun perbuatannya telah jelas kesalahannya dan melanggar ajaran agama” (Taqdir Manusia Dalam Pandangan Hamka Kajian Pemikiran Tafsir Al-Azhar, karya Triyana Harsa halaman 5-6).

Hidup Bukan Untuk Beralasan

Banyak orang dalam hidup nya yang tidak sempat membaca al-Qur’an berdalih kesibukan. Yang ternyata kadang bukan kesibukan dalam artian produktif yang menghalanginya, tapi kegemaran menonton televisi, jalan-jalan yang tak pernah terpuaskan, serta aktivitas-aktivitas hura-hura lainnya.

Suatu waktu, saat dirinya mulai tak muda, kemudian melihat kanan-kiri, teman dan tetangganya meraih bahagia karena usahanya meniti jalan kebenaran, berucaplah lisannya, “Nyesel banget, kenapa dari dulu saya nggak seperti dia. Sekarang semua terlambat. Salah sendiri sih banyak waktu terbuang sia-sia.”

Hidup ini bukan untuk mencari alasan, kenalilah dirimu
Hidup ini bukan untuk mencari alasan, kenalilah dirimu

Pertanyaannya adalah, mengapa waktu itu ia tidak gunakan untuk memilih yang akan membahagiakan hidupnya. Mengapa lebih memilih yang membuatnya menyesal. Bukankah waktu itu adalah sepenuhnya adalah hak dirinya untuk menggunakan kebebasan yang dimilikinya. Pepatah mengatakan, “Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada guna.”

Hidup Tuk Mengendalikan Kemajuan

kendalikanlah kemajuan
kendalikanlah kemajuan

Sekarang dunia memang maju teknololginya, disebut-sebut manusianya adalah generasi millenial, tapi ingat, jika tak sholat, apa guna senyum dan eksismu di media sosial.

Jika tak sedekah, tidak akan berguna harta dan kolega yang selalu menemanimu kian tidak peduli dengan perintah yang orang-orang kikir pun meminta tangguh barang sedetik sebelum meninggal untuk bisa bersedekah.

Jika tidak membela agama Allah, maka masa lemah yang tak lama akan datang kian menyiksa dan menambah beban penderitaan. Itu baru di dunia, belum di akhirat.

 Ikhlas, Sumber Segala Kebahagiaan Hidup

Oleh karena itu, sebelum terlambat, gunakanlah kebebasan yang Allah berikan kepada kita untuk meniti jalan takwa. Yakni dengan menjalani hidup sebagaimana dicontohkan oleh Nabi, mulai dari menebar salam kepada sesama, sholat tepat waktu, membaca al-Qur’an, peduli terhadap sesama, dan jika ada yang menghina agama-Nya, bangkit dan menjadi yang terdepan dalam membela.

Jalanilah kehidupan ini dengan penuh keikhlasan
Jalanilah kehidupan ini dengan penuh keikhlasan

Lihatlah bagaimana Zaid bin Sahal Abu Thalhah Al-Anshari menggunakan kebebasannya.

Abu Thalhah bercerita tentang dirinya sendiri, “Aku Abu Thalhah, namaku Zaid. Setiap hari, senjataku selalu mendapatkan buruan. Wahai Rasulullah Shallallahu alayhi wasallam. Aku kuat dan perkasa. Pergunakanlah aku untuk keperluanmu, dan perintahkanlah aku sesuai kehendakmu.”

Subhanalloh, demikianlah orang-orang yang merdeka dan mengerti akan kebebasan yang Allah anugerahkan, semua itu tidak akan disia-siakan untuk meraih keridhaan Allah Ta’ala.

Sekarang bagaimana dengan kebebasan yang telah Allah berikan kepada kita? Wallahu a’lam

 Tingkatkan Kepedulian dengan Tradisi Hidup Sederhana …

Lebih lanjut pengarang Tafsir Al-Azhar itu menegaskan, “Dibolehkan oleh syara’ beristri sampai berempat, asal saja sanggup, adil, dan mampu. Mentang-mentang mampu dia lupa kesanggupan dan keadilan, dia hanya ingat pada kemampuan, lalu dia beristri dua, tiga, dan empat, salah sedikit ceraikan satu, tingggalkan dua, ganti lagi, cari pula janda muda atau perawan yang lain. Akhirnya tidak ada kesempatan lagi baginya untuk mengurus rohaninya, hidup, jiwa, dan ibadahnya kepada Tuhan. Hanyalah mengurus giliran malam para istrinya. akhirnya anak-anaknya kocar-kacir.”

Kita tak boleh acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar kita
Kita tak boleh acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar kita

Islam menghendaki kehidupan yang sederhana, yang oleh Buya Hamka bisa disebut dengan istilah “istiqomah” yang berarti tegak lurus di tengah-tengah. Dan, “i’tidal” yang berarti sama berat.

Kunci Kesuksesan Hidup Adalah Kejujuran

Buya Hamka pun memberikan tuntunan bagaimana agar bisa menjadi pribadi sederhana, yakni dengan menjadi pribadi yang jujur.

“Kita harus jujur. Karena kejujuran itulah yang sederhana dan yang lurus. Kita tidak boleh bohong, kita mesti lurus, tak boleh menipu. Kita tidak boleh royal dan tidak boleh bakhil. Kita tidak boleh terlalu pendorong dan kita tidak boleh pengecut. Karena semuanya itu merusakkan tali hubungan kita dengan Allah dan dengan insan. Dan menghilangkan sederhana” (halaman 171).

Jujur adalah kunci kesuksesan dalam hidup
Jujur adalah kunci kesuksesan dalam hidup

Dengan demikian, sederhana dalam pribadi Nabi adalah hidup yang seimbang, sama berat, dan tegak lurus di atas landasan syariat. Apapun yang beliau lakukan adalah semata-mata menjalankan titah Ilahi, memberikan keteladanan yang ideal, sehingga tidak ada orang miskin yang bersedih karena Nabi orang yang pernah kaya raya. Juga tidak ada orang kaya yang merasa rugi, hanya karena Nabi pernah tidak makan hingga diganjal perutnya dengan batu.

Kunci Sukses dan Bahagia Para Sahabat Nabi

Semua kondisi, kaya atau miskin disikapi secara sederhana alias tegak lurus dan sama berat. Prinsipnya bagaimana kemiskinan tetap menguatkan ketaqwaan. Dan, kekayaan tidak merusak ketaqwaan kepada Allah Ta’ala.

Buya Hamka kembali memberikan penjelasan. “Yang akan disederhanakan ialah iat dan tujuan, bukan bekas keluar. Banyak orang menyangka, lantaran seseorang berpakaian yang koyak dan murah atau rumahnya kurang indah, orang itu dikatakan sederhana. Kalau dari sana hendak diukur kesederhanaan, kita tidak akan bertemu hakikat yang sebenarnya.

Ada kunci kunci kesuksesan dalam hidup
Ada kunci kunci kesuksesan dalam hidup

Kita tidaklah dapat berpedoman kepada yang lahir menunjukkan kesederhanaan. Banyak orang-orang kaya yang termasyhur, terpandang, terkemuka dalam masyarakat. banyak pula penulis, penganjur, pengarang dan ahli seni yang tidak memperdulikan pakaiannya, rumah tangganya. Bukan karena loba tamak kepada uang dan ingin mengumpul-ngumpulkan harta. Bukan pula karena bakhil, tetapi oleh karena tidak sampai pikirannya hendak menimbang perkara-perkara yang berkecil-kecil.

Bagi mereka asal sudah dapat berkhidmat kepada umum, walaupun pakaian dan kediaman itu tidak bagus kelihatannya, sehingga tidak sepadan dengan kedudukannya yang ditinggikan orang, semuanya itu tidaklah menjadi kenangan kepada mereka.

Pendaftaran Santri Baru