Dunia terus bergerak maju dengan pesat. Teknologi berkembang semakin canggih. Kita telah memasuki era revolusi industri 5.0. Di tengah arus perubahan ini, pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia menghadapi tantangan besar.
Tulisan ini membahas tentang peran pesantren di era revolusi industri 5.0, tantangan yang dihadapi, serta upaya mempersiapkan santri menghadapi masa depan. Berikut uraiannya:
Apa itu Revolusi Industri 5.0?

Revolusi Industri 5.0 merupakan kelanjutan dari Revolusi Industri 4.0. Era ini ditandai dengan integrasi teknologi canggih ke dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Kecerdasan buatan, robotika, dan internet of things menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian kita.
Di era ini, manusia dan mesin berkolaborasi untuk menciptakan solusi inovatif. Teknologi tidak lagi sekadar alat, tapi menjadi perpanjangan dari kemampuan manusia. Ini membawa perubahan besar dalam cara kita bekerja, belajar, dan berinteraksi.
Pesantren perlu beradaptasi dengan perubahan ini. Santri harus dibekali keterampilan yang relevan agar dapat bersaing di masa depan. Namun, nilai-nilai luhur pesantren tetap harus dipertahankan sebagai fondasi moral dan spiritual.
Bagaimana Tantangan Pesantren?
Pesantren menghadapi dilema antara mempertahankan tradisi dan mengadopsi modernitas. Di satu sisi, ada kekhawatiran nilai-nilai pesantren akan terkikis oleh arus teknologi. Di sisi lain, tanpa adaptasi, lulusan pesantren bisa tertinggal.
Contoh nyata tantangan ini adalah ketika santri kesulitan menggunakan perangkat digital untuk pembelajaran jarak jauh. Mereka terbiasa dengan metode tradisional tatap muka. Akibatnya, efektivitas belajar menurun saat pandemi memaksa pembelajaran online.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
Ayat ini mengingatkan kita untuk selalu mempersiapkan diri menghadapi masa depan. Pesantren perlu memikirkan langkah-langkah konkret dalam membekali santri dengan keterampilan yang dibutuhkan di era revolusi industri 5.0.
Mengapa Integrasi Teknologi Penting?
Integrasi teknologi dalam sistem pendidikan pesantren bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Santri perlu familiar dengan berbagai perangkat digital dan aplikasi yang relevan dengan bidang keilmuan mereka.
Misalnya, dalam pembelajaran ilmu falak (astronomi Islam), santri bisa memanfaatkan software astronomi modern. Ini memudahkan mereka memahami konsep rumit seperti pergerakan benda langit dengan visualisasi yang lebih jelas.
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim No. 2699)
Hadits ini menegaskan pentingnya mencari ilmu. Di era digital, pemanfaatan teknologi menjadi salah satu cara memudahkan proses belajar. Pesantren perlu membuka diri terhadap inovasi pembelajaran berbasis teknologi.
Bagaimana dengan Literasi Digital?
Literasi digital menjadi keterampilan kunci di era revolusi industri 5.0. Santri tidak cukup hanya bisa mengoperasikan gadget. Mereka perlu memahami cara memanfaatkan teknologi secara bijak dan produktif.
Contoh penerapannya adalah mengajarkan santri cara mencari referensi online yang kredibel. Mereka dilatih untuk memverifikasi kebenaran informasi sebelum menyebarkannya. Ini penting di tengah maraknya hoaks dan misinformasi.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6)
Ayat ini mengajarkan pentingnya verifikasi informasi. Di era digital, keterampilan ini menjadi semakin crucial. Pesantren perlu memasukkan literasi digital dalam kurikulumnya.
Apa Peran Soft Skills?
Selain keterampilan teknis, soft skills seperti kreativitas, berpikir kritis, dan kemampuan berkomunikasi menjadi sangat penting. Robotisasi mungkin mengambil alih banyak pekerjaan teknis, tapi kemampuan yang bersifat manusiawi tetap tak tergantikan.
Misalnya, dalam pembelajaran fikih muamalah (hukum transaksi), santri tidak cukup hanya menghafal hukum-hukum. Mereka perlu dilatih menganalisis kasus-kasus kontemporer dan menemukan solusi kreatif yang sesuai syariah.
Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad No. 12495)
Hadits ini menekankan pentingnya memberikan manfaat kepada sesama. Di era revolusi industri 5.0, kemampuan untuk menciptakan solusi inovatif menjadi kunci dalam memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.
Bagaimana dengan Entrepreneurship?
Jiwa kewirausahaan perlu ditanamkan pada santri. Ini bukan hanya tentang membuka usaha, tapi juga tentang memiliki inisiatif dan keberanian mengambil risiko. Di era disrupsi, kemampuan beradaptasi dan menciptakan peluang menjadi sangat berharga.
Contohnya, santri bisa diajarkan cara memanfaatkan platform e-commerce untuk memasarkan produk pesantren. Mereka belajar tentang digital marketing, manajemen keuangan, dan strategi bisnis online.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِن رِّزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
“Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk: 15)
Ayat ini mendorong kita untuk aktif mencari rezeki. Di era digital, peluang usaha semakin luas dan beragam. Pesantren perlu membekali santri dengan keterampilan wirausaha yang relevan dengan zaman.
Bagaimana Mempertahankan Nilai?
Di tengah arus perubahan, nilai-nilai luhur pesantren harus tetap dipertahankan. Kearifan lokal, akhlak mulia, dan spiritualitas menjadi penyeimbang di tengah gempuran teknologi. Inilah yang membedakan lulusan pesantren dengan lulusan lembaga pendidikan lainnya.
Contoh penerapannya adalah mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam pembelajaran teknologi. Misalnya, saat belajar tentang kecerdasan buatan, santri juga diajak merefleksikan konsep khalifah dan amanah dalam penggunaan teknologi.
Pesantren di era revolusi industri 5.0 menghadapi tantangan besar sekaligus peluang luas. Dengan adaptasi cerdas dan inovasi berkelanjutan, pesantren bisa mencetak generasi yang unggul secara intelektual, terampil secara teknologi, dan mulia secara akhlak.
Mari bersama-sama mendukung transformasi pesantren menghadapi era baru ini. Kita bisa mulai dengan membuka diri terhadap perubahan, sambil tetap menjaga nilai-nilai luhur yang menjadi ruh pesantren. Dengan begitu, insya Allah pesantren akan terus relevan dan berkontribusi positif bagi kemajuan umat dan bangsa.