Pernahkah kita membayangkan bagaimana pesantren mengajarkan ekonomi syariah kepada para santrinya? Di tengah perkembangan sistem keuangan Islam, pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia turut berperan dalam mencetak generasi yang memahami dan mampu menerapkan prinsip-prinsip ekonomi syariah.
Tulisan ini membahas tentang metode pengajaran ekonomi syariah di pesantren, materi yang diajarkan, serta tantangan dan peluang dalam implementasinya. Berikut uraiannya:
Mengapa Ekonomi Syariah Penting?
Ekonomi syariah menjadi alternatif sistem ekonomi yang berdasarkan prinsip-prinsip Islam. Di tengah ketimpangan ekonomi global, sistem ini menawarkan konsep keadilan dan kesejahteraan bersama.
Pesantren, sebagai lembaga yang mencetak kader ulama, perlu membekali santrinya dengan pemahaman ekonomi syariah. Hal ini penting agar mereka bisa memberi pencerahan kepada masyarakat tentang bermuamalah sesuai syariat Islam.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَن تَكُونَ تِجَارَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu.” (QS. An-Nisa: 29)
Apa Materi Ekonomi Syariah yang Diajarkan?
Pengajaran ekonomi syariah di pesantren mencakup beberapa materi pokok. Pertama, prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam seperti larangan riba, gharar, dan maysir. Santri belajar dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadits terkait hal ini.
Kedua, akad-akad dalam transaksi syariah seperti mudharabah, musyarakah, dan murabahah. Santri mempelajari definisi, rukun, dan syarat masing-masing akad.
Ketiga, lembaga keuangan syariah seperti bank syariah, asuransi syariah, dan pasar modal syariah. Santri belajar operasional lembaga-lembaga ini dan perbedaannya dengan lembaga konvensional.
Keempat, isu-isu kontemporer dalam ekonomi syariah seperti cryptocurrency, fintech syariah, dan sukuk. Santri diajak berpikir kritis menganalisis isu-isu ini dari perspektif syariah.
Bagaimana Metode Pengajaran Ekonomi Syariah?
Pesantren menggunakan berbagai metode dalam mengajarkan ekonomi syariah. Pertama, pengajian kitab kuning terkait fiqh muamalah. Santri mempelajari kitab-kitab klasik seperti Fathul Qorib atau Fathul Mu’in.
Kedua, diskusi dan seminar. Santri diajak mendiskusikan kasus-kasus ekonomi aktual dan menganalisisnya dari sudut pandang syariah. Seminar dengan mengundang praktisi ekonomi syariah juga sering diadakan.
Ketiga, praktik lapangan. Beberapa pesantren memiliki unit usaha syariah seperti koperasi atau BMT yang dikelola santri. Ini menjadi laboratorium praktik ekonomi syariah.
Keempat, studi banding. Santri diajak mengunjungi lembaga keuangan syariah untuk melihat langsung operasionalnya.
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi.” (HR. Bukhari no. 2067)
Apa Tantangan dalam Pengajaran Ekonomi Syariah?
Pengajaran ekonomi syariah di pesantren menghadapi beberapa tantangan. Pertama, keterbatasan sumber daya manusia yang menguasai ekonomi syariah sekaligus ilmu agama secara mendalam.
Kedua, dinamika perkembangan ekonomi syariah yang cepat, sehingga materi pengajaran perlu terus diperbarui. Ketiga, kebutuhan fasilitas praktik seperti laboratorium bank syariah mini yang tidak semua pesantren mampu menyediakannya.
Keempat, pandangan sebagian kalangan yang masih meragukan konsep ekonomi syariah. Kelima, kurangnya link and match antara kurikulum pesantren dengan kebutuhan industri keuangan syariah.
Menghadapi tantangan ini, kita perlu ingat bahwa setiap usaha baik pasti ada tantangannya. Sebagaimana firman Allah SWT:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5-6)
Bagaimana Peluang Pengembangan Ekonomi Syariah di Pesantren?
Di balik tantangan, ada peluang besar dalam pengembangan ekonomi syariah di pesantren. Pertama, potensi pesantren sebagai basis pengembangan ekonomi syariah grassroot. Pesantren bisa menjadi motor penggerak ekonomi syariah di masyarakat.
Kedua, kebutuhan industri keuangan syariah akan SDM yang tidak hanya paham operasional, tapi juga kuat dalam landasan syariahnya. Lulusan pesantren bisa mengisi kebutuhan ini.
Ketiga, peluang pengembangan fintech syariah berbasis pesantren. Beberapa pesantren sudah mulai mengembangkan aplikasi keuangan syariah.
Keempat, potensi pengembangan wakaf produktif berbasis pesantren. Pesantren dengan aset wakafnya bisa menjadi model pengembangan wakaf produktif.
Apa Peran Pemerintah dan Industri?
Pemerintah dan industri keuangan syariah perlu mendukung pengembangan ekonomi syariah di pesantren. Pemerintah bisa memberikan bantuan fasilitas dan pelatihan untuk guru ekonomi syariah di pesantren.
Industri keuangan syariah bisa memberikan kesempatan magang bagi santri dan membuka peluang kerja bagi lulusan pesantren. Kolaborasi dalam pengembangan kurikulum juga penting untuk memastikan relevansi materi dengan kebutuhan industri.
Pengajaran ekonomi syariah di pesantren merupakan langkah strategis dalam mencetak generasi yang tidak hanya paham agama, tapi juga mampu menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan ekonomi. Ini adalah investasi jangka panjang untuk membangun perekonomian yang berkeadilan.
Sebagai umat Islam, kita perlu mendukung upaya pesantren dalam mengembangkan ekonomi syariah. Mari kita mulai dengan meningkatkan literasi keuangan syariah diri sendiri dan keluarga. Pilihlah produk-produk keuangan syariah dan dukung UMKM berbasis syariah.
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita dalam bermuamalah sesuai syariat-Nya. Aamiin. Mari kita ingat pesan Rasulullah SAW:
“Pedagang yang jujur dan terpercaya akan bersama para nabi, orang-orang yang benar dan para syuhada.” (HR. Tirmidzi)