Search
Close this search box.
blank

Pendidikan Islam Harus Meninggalkan Metode Hafalan

Pendidikan Islam Harus Meninggalkan Metode Hafalan

blank
KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur)
blank
KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur)

Mantan presiden Indonesia (Alm) KH. Abdurahman Wahid (Gusdur) dalam sambutannya saat pengkuhan gelar Doctor Honoris Causa (DHC) dalam bidang pendidikan islam di auditorium UIN Jakarta 30 April 2005 menyatakan pendidikan Islam agar tidak terpaku pada metode hafalan, tetapi harus mengembangkan metode pemahaman. Dengan demikian, pengetahuan agama dapat diapliksikan dalam kehidupan bermasyakrakat.

Selain itu, ilmu pengetahuan islam dapat dikembangkan melalui tradisi perdebatan atau perbenturan gagasan. Tradisi ini sudah ada sejak masa permulaan islam dan merupakan hal yang biasa.

“Sudah sejak zaman dari zaman Nabi dulu, orang berbantah bantahan. Itu hal biasa. Tetapi intinya adalah untuk perkembangan ilmu dan agama,” ujar Gudur.

Bahkan menurut pandangan Gusdur, ia menilai tradisi berbeda dalam kehidupan islam adalah suatu hal yang indah. Beliau mencontohkan perbedaan pendapat yang ada dalam kitab al-Risalah karya Imam Muhammad bin Idris Al-Syafi’i.

Dalam penjelasannya, ada ungkapan yang menggambarkan sikap salang berbantahan ini. Misalnya, Imam al-Syafi’I seringkali menuliskan kata qulta yang dalam artian aku berkata begini-begini. Dan yang ditentang atau dibantahnya adalah guru-guru nya sendiri. Menurutnya hal itu diperbolehkan dan layak untuk ditiru karena sebagai salah satu cara melanggengkan pendidikan agama Islam.

Selanjutnya ia mengingatkan kepada seluruh sarjana atau alumni pendidikan islam bahwa ilmu tidak dapat dibatasi hanya dengan kemampuan melakukan penelaahan dan pendalaman. “Ilmu pengetahuan keagamaan tidak akan berguna, bila tidak diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat,” tutur Gusdur.

Akibat dari tidak paham akan pentingnya penerapan nilai-nilai keagamaan itu, menurut Gus Dur, sebagian besar kaum muslim hanya mengejar hal-hal seremonial dan formal.

Seremonial atau formalitas ini dicontohkan Gusdur dengan berangkatnya ribuan orang haji dari Indonesia tiap tahun, ke Makkah untuk umrah dan pergi haji. Namun dari orang-orang yang kembali dari tanah suci itu masih ada saja yang melakukan korupsi.

Yang berarti umat islam terpaku kepada soal-soal yang dianggap besar, tapi sebenarnya berdimensi sangat kecil. Pendidikan yang baik dan benar akan memberikan derajat keilmiahan yang tinggi yang dapat membentuk jiwa, pengetahuan dan sikap hidup kita.

(Santri Tv/Rafi)

Editor Pick

Pendaftaran Siswa Baru Pesantren Darunnajah