Suasana sore hari di Pesantren Al-Barokah Darunnajah 11 selalu diisi dengan gelak tawa dan semangat para santri yang bermain sepak bola di lapangan pesantren. Kegiatan ini telah menjadi rutinitas yang ditunggu-tunggu oleh banyak santri setelah seharian penuh mengikuti kegiatan belajar mengajar dan mengaji.
Setiap sore, terutama setelah salat Ashar, lapangan di kompleks pesantren berubah menjadi arena pertandingan mini yang penuh semangat. Para santri, yang telah melepas sarung dan baju koko mereka dan menggantinya dengan kaos dan celana pendek, berlarian mengejar bola dengan penuh antusiasme.
“Bermain bola tidak hanya sekadar olahraga, tetapi juga menjadi sarana untuk mempererat persaudaraan di antara kami,” ujar Ahmad, salah satu santri kelas 5 TMI yang aktif bermain bola setiap sore.
Kegiatan bermain bola ini memang didukung penuh oleh pihak pesantren. Ustadz Narson Yusuf, M.Pd., selaku Wakil Pengasuh Pesantren Al-Barokah Darunnajah 11, menjelaskan bahwa aktivitas olahraga seperti bermain bola sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara aktivitas belajar dan fisik para santri.
“Dalam Islam, menjaga kesehatan jasmani sama pentingnya dengan mengasah kecerdasan dan spiritualitas. Bermain bola membantu santri menyalurkan energi mereka secara positif dan mengajarkan nilai-nilai seperti kerjasama tim, sportivitas, dan disiplin,” jelasnya.
Tidak jarang, para ustadz juga ikut bergabung bermain bersama santri, menciptakan suasana akrab yang menghilangkan sekat antara guru dan murid. Kebersamaan ini menjadi nilai tambah yang membuat aktivitas bermain bola di sore hari menjadi lebih bermakna.
Selain sebagai hiburan dan sarana olahraga, kegiatan bermain bola ini juga menjadi ajang untuk menemukan bakat-bakat dalam bidang sepak bola. Beberapa santri yang menunjukkan kemampuan di atas rata-rata akan dilatih secara khusus untuk mewakili pesantren dalam pertandingan antar pesantren atau kompetisi tingkat kecamatan dan kabupaten.
“Alhamdulillah, tim sepak bola Pesantren Al-Barokah Darunnajah 11 pernah menjuarai kompetisi antar pesantren se-kabupaten tahun lalu. Ini membuktikan bahwa keseimbangan antara pendidikan agama dan aktivitas fisik dapat menghasilkan prestasi yang membanggakan,” tambah Ustadz Fauzi, salah satu pembina olahraga di pesantren.
Rutinitas bermain bola di sore hari ini biasanya berlangsung sekitar 1-2 jam, sebelum para santri kembali ke aktivitas berikutnya, yaitu persiapan salat Maghrib berjamaah. Meski singkat, waktu bermain yang konsisten setiap hari ini memberikan dampak positif pada kesehatan dan semangat belajar para santri.
Kegiatan semacam ini menunjukkan bahwa pendidikan di pesantren tidak hanya fokus pada aspek keagamaan, tetapi juga memperhatikan kesehatan fisik dan keseimbangan hidup para santrinya. Bermain bola di sore hari telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan pesantren yang membantu membentuk karakter santri yang tidak hanya cerdas secara spiritual dan intelektual, tetapi juga sehat dan bugar secara jasmani.