Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Menjaga Asa Juara Umum Darunnajah Open ke-10

Cidokom – (27/12). “Taharrak Fainna fil harakah barakah”. Bergeraklah karena disetiap pergerakan terdapat berkah. Begitulah sepenggal kalimat yang selalu menemani para santri Annur Darunnajah 8 dalam kompetisi Darunnajah Open 10. Semangat inilah yang terus dipelihara oleh para atlet Annur dalam mempertahankan gelar juara umum yang diraih pada gelaran Darunnajah Open ke-9 pada saat menjadi tuan rumah.

Darunnajah Open atau DNO adalah kegiatan rutinitas Yayasan Darunnajah yang diselenggarakan setiap tahun sekali, dimana tuan rumah kegiatan akan dirandom atau bergantian setiap tahunnya. Sebagai salah satu kegiatan rutin, kegiatan ini sangat berdampak besar bagi seluruh santri Pesantren Darunnajah dan cabang-cabangnya. DNO sendiri merupakan sebuah kompetisi olahraga terbesar Darunajah yang melombakan setiap mata perlombaan dari berbagai cabang olahraga.

Pada tahun ini Darunnajah 2 Cipining mendapat kepercayaan utuh sebagai tuan rumah  Darunnajah Open ke – 10.  Kegiatan ini akan berlangsung selama 3 hari, dimulai pada tanggal 27-29 Desember 2019. Pembukaan pun telah usai dilaksanakan walaupun kondisi lapangan yang kurang baik tetapi hal tersebut tidak mengurangi kelancaran acara. Tercatat sebanyak 1.700 atlet akan saling bersaing meawakili Pesantrennya masing-masing. Sementara itu Pesantren Annur Darunnajah 8 membawa 150 santrinya untuk berntanding serta official sebanyak 4 guru, dan 1 guru sebagai wasit cabang olahraga bela diri.

Adapun rincian Peserta dan Official sebagai berikut :

a. Peserta

  • Putra : 90 Santri
  • Putri : 60 Santri

b. Official

  • Putra : 2 Guru
  • Putri : 2 Guru

c. Tim Wasit

  • Putra : 1 Guru

Kita berdoa yang terbaik demi kelancaran dan juga kemenangan, semoga pada DNO kali ini kita dapat mencatatkan rekor yang sama seperti pada saat Darunnajah Open ke-9 yaitu sebagai Juara Umum. Dengan adanya kegiatan ini juga santri dapat mengenal Pesantren Darunnajah lebih dalam lagi, sehingga santri tidak menjadi seekor monyet makan manggis, yaitu hanya merasakan pahit kulit manggis, tetapi belum merasakan manisnya buah manggis.

 

Pendaftaran Santri Baru