Mengupas Tuntas Hadits ‘Sepertiga untuk Makanan’: Solusi Islami Atasi Perut Buncit

Pict. by Freepik

Pernahkah kita mendengar pepatah “kita adalah apa yang kita makan”?Ternyata, jauh sebelum ilmu gizi modern berkembang, Islam telah memberikan panduan yang luar biasa tentang pola makan sehat.

Melalui hadits yang dikenal sebagai “Sepertiga untuk Makanan”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan kita sebuah prinsip sederhana namun powerful dalam menjaga kesehatan.

Tulisan ini membahas tentang makna di balik hadits tersebut, pola makan sehat ala Rasulullah, hubungan antara kekenyangan dan penyakit, serta cara praktis menerapkan prinsip sepertiga dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut uraiannya:

Apa Makna di Balik Hadits “Sepertiga untuk Makanan”?

Hadits yang kita bahas berasal dari riwayat Al-Miqdam bin Ma’dikarib radhiyallahu ‘anhu.

Beliau menuturkan bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ

“Tidak ada tempat yang lebih jelek daripada memenuhi perut keturunan Adam. Cukup keturunan Adam mengonsumsi yang dapat menegakkan tulangnya. Kalau memang menjadi suatu keharusan untuk diisi, maka sepertiga untuk makannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk nafasnya.” (HR. Ahmad, 4:132; Tirmidzi, no. 2380; Ibnu Majah, no. 3349)

Hadits ini mengandung pesan mendalam tentang moderasi dalam makan.

Rasulullah mengajarkan kita untuk tidak berlebihan dalam mengisi perut.

Beliau menyarankan agar kita makan secukupnya saja, yaitu sekadar yang bisa menopang tubuh kita.

Jika memang harus mengisi perut lebih dari itu, maka pembagiannya adalah sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga sisanya untuk udara atau nafas.

Ini adalah prinsip yang sangat bijaksana dan selaras dengan ilmu kesehatan modern.

Bagaimana Rasulullah Mengajarkan Pola Makan Sehat?

Selain hadits sepertiga makanan, Rasulullah juga memberikan teladan lain dalam hal pola makan sehat.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah bersabda:

كُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (HR. Bukhari, no. 5783)

Hadits ini menegaskan bahwa Islam menganjurkan moderasi dalam segala hal, termasuk dalam hal makan dan minum.

Kita diperbolehkan untuk menikmati makanan dan minuman, namun harus dalam batas yang wajar.

Rasulullah juga mengajarkan kita untuk makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang.

Prinsip ini sejalan dengan konsep mindful eating yang kini banyak dipromosikan oleh para ahli gizi.

Mengapa Kekenyangan Bisa Jadi Sumber Penyakit?

Menariknya, jauh sebelum penelitian modern membuktikannya, Islam telah mengingatkan bahaya kekenyangan.

Ibnu Masawaih, seorang dokter di masa silam, bahkan menyatakan bahwa jika kaum muslimin mengamalkan hadits sepertiga makanan, niscaya mereka akan terhindar dari berbagai penyakit.

Kekenyangan bisa menjadi sumber penyakit karena beberapa alasan:

Pertama, makan berlebihan membebani sistem pencernaan.

Ini bisa menyebabkan gangguan pencernaan seperti mual, kembung, dan asam lambung.

Kedua, kelebihan kalori yang tidak terpakai akan disimpan sebagai lemak.

Ini bisa menyebabkan obesitas yang merupakan faktor risiko berbagai penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit jantung.

Ketiga, makan berlebihan bisa mengganggu kualitas tidur, yang pada gilirannya berdampak negatif pada kesehatan secara keseluruhan.

Imam Syafii pernah berkata, “Aku tidaklah pernah kenyang selama 16 tahun kecuali satu kali saja yang aku berusaha untuk mengeluarkannya.

Kekenyangan itu membuat badan menjadi sulit bergerak, kecerdasan semakin berkurang, jadi sering tidur, dan melemahkan seseorang dari beribadah.”

Pict. by Freepik

Apa Hubungan Antara Makan Berlebihan dan Kesehatan Mental?

Selain berdampak pada kesehatan fisik, makan berlebihan juga memiliki kaitan erat dengan kesehatan mental.

Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Manfaat dari sedikit makan bagi baiknya hati adalah hati akan semakin lembut, pemahaman semakin mantap, jiwa semakin tenang, hawa nafsu jelek tertahan, dan marah semakin terkendali.”

Penelitian modern juga mendukung pandangan ini.

Makan berlebihan, terutama makanan yang tinggi gula dan lemak, dapat mempengaruhi kimia otak dan menyebabkan perubahan mood.

Ini bisa memicu kecemasan dan depresi.

Selain itu, kebiasaan makan berlebihan sering kali terkait dengan emotional eating atau makan karena emosi.

Ini bisa menciptakan siklus negatif di mana seseorang makan untuk meredakan stress, namun kemudian merasa bersalah karena telah makan berlebihan, yang pada gilirannya menciptakan stress baru.

Bagaimana Islam Memandang Obesitas?

Islam mengajarkan kita untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah: 195)

Ayat ini bisa diinterpretasikan sebagai perintah untuk menjaga kesehatan, termasuk menghindari obesitas yang bisa membawa berbagai masalah kesehatan.

Dalam pandangan Islam, obesitas yang disebabkan oleh kebiasaan makan berlebihan bisa dianggap sebagai bentuk israf atau pemborosan.

Ini bertentangan dengan ajaran Islam yang menganjurkan moderasi dalam segala hal.

Apa Rahasia di Balik Anjuran Makan Secukupnya?

Anjuran untuk makan secukupnya dalam Islam mengandung banyak hikmah.

Pertama, ini adalah bentuk syukur atas nikmat Allah.

Dengan makan secukupnya, kita menghargai makanan dan tidak menyia-nyiakannya.

Kedua, makan secukupnya membantu kita tetap bugar dan energik.

Ketika perut tidak terlalu penuh, kita bisa lebih fokus dalam beribadah dan beraktivitas.

Ketiga, ini adalah bentuk pengendalian diri.

Dengan menahan diri dari makan berlebihan, kita melatih kesabaran dan disiplin diri.

Nabi Muhammad SAW bersabda:

نَحْنُ قَوْمٌ لاَ نَأْكُلُ حَتَّى نَجُوعَ وَإِذَا أَكَلْنَا لاَ نَشْبَعُ

“Kami adalah kaum yang tidak makan kecuali lapar dan jika makan tidak sampai kenyang.” (HR. Ibnu Majah, no. 3349)

Hadits ini menekankan pentingnya makan hanya ketika benar-benar lapar dan berhenti sebelum terlalu kenyang.

Bagaimana Cara Menerapkan Prinsip Sepertiga dalam Keseharian?

Menerapkan prinsip sepertiga dalam keseharian memang butuh latihan dan kesabaran.

Namun, dengan tekad yang kuat, kita bisa melakukannya.

Berikut beberapa tips praktis:

Pertama, mulailah dengan piring yang lebih kecil.

Ini akan membantu kita mengontrol porsi makanan.

Kedua, makan perlahan dan kunyah makanan dengan baik.

Ini membantu kita lebih cepat merasa kenyang.

Ketiga, berhentilah makan ketika merasa 80% kenyang.

Ingatlah bahwa rasa kenyang baru akan terasa sekitar 20 menit setelah kita makan.

Keempat, perbanyak minum air putih.

Ini bisa membantu mengisi perut dan mengurangi rasa lapar.

Kelima, atur jadwal makan dengan baik.

Hindari makan larut malam yang bisa memicu penumpukan lemak.

Apa Dampak Positif dari Mengurangi Porsi Makan?

Mengurangi porsi makan sesuai anjuran Rasulullah membawa banyak manfaat.

Pertama, ini bisa membantu menurunkan berat badan dan mencegah obesitas.

Kedua, mengurangi porsi makan bisa meningkatkan kualitas tidur.

Ketika perut tidak terlalu penuh, kita bisa tidur lebih nyenyak.

Ketiga, ini bisa meningkatkan energi dan produktivitas.

Ketika tidak kekenyangan, kita merasa lebih ringan dan bersemangat untuk beraktivitas.

Keempat, mengurangi porsi makan bisa membantu menghemat uang.

Kita jadi tidak perlu membeli makanan dalam jumlah besar.

Kelima, ini bisa membantu menjaga kesehatan jantung dan mencegah penyakit kronis lainnya.

Mengapa Perut Buncit Bisa Jadi Masalah Kesehatan?

Perut buncit bukan hanya masalah estetika, tapi juga bisa menjadi indikator masalah kesehatan yang serius.

Lemak yang menumpuk di area perut, yang dikenal sebagai lemak visceral, sangat berbahaya bagi kesehatan.

Lemak visceral bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan bahkan beberapa jenis kanker.

Ini karena lemak visceral bersifat aktif secara metabolis dan bisa mempengaruhi fungsi hormon dalam tubuh.

Selain itu, perut buncit juga bisa menyebabkan masalah postur tubuh dan nyeri punggung.

Ini karena berat tambahan di area perut bisa menarik tulang belakang ke depan, menciptakan lengkungan yang tidak normal.

Bagaimana Mengatasi Nafsu Makan Berlebihan?

Mengatasi nafsu makan berlebihan memang bukan hal yang mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin.

Berikut beberapa tips yang bisa kita coba:

Pertama, identifikasi pemicu nafsu makan berlebihan.

Apakah itu stress, bosan, atau kebiasaan ngemil saat menonton TV?

Kedua, cari alternatif yang lebih sehat.

Misalnya, jika kita terbiasa ngemil saat stress, coba ganti dengan aktivitas lain seperti berjalan-jalan atau meditasi.

Ketiga, jaga pola makan yang teratur.

Makan di waktu yang sama setiap hari bisa membantu mengontrol nafsu makan.

Keempat, perbanyak makanan tinggi serat dan protein.

Makanan ini bisa membuat kita merasa kenyang lebih lama.

Kelima, praktikkan mindful eating.

Fokus pada makanan yang sedang kita makan, nikmati setiap suapan, dan hargai makanan tersebut.

Bagaimana Mengubah Kebiasaan Makan Menuju Gaya Hidup Sehat?

Mengubah kebiasaan makan memang butuh waktu dan kesabaran.

Namun, dengan niat yang kuat dan strategi yang tepat, kita bisa melakukannya.

Berikut beberapa langkah yang bisa kita ambil:

Pertama, mulailah dengan perubahan kecil. Misalnya, ganti satu camilan tidak sehat dengan buah segar setiap hari.

Kedua, atur lingkungan. Hindari menyimpan makanan tidak sehat di rumah atau tempat kerja.

Ketiga, rencanakan menu makanan. Ini bisa membantu kita menghindari pilihan makanan impulsif yang sering kali tidak sehat.

Keempat, libatkan keluarga atau teman. Dukungan dari orang terdekat bisa sangat membantu dalam proses perubahan.

Kelima, jangan terlalu keras pada diri sendiri. Jika sesekali kita ‘tergelincir’, anggap itu sebagai pembelajaran dan terus lanjutkan usaha kita.

Keenam, ingatlah selalu motivasi kita. Apakah itu untuk kesehatan, ibadah yang lebih baik, atau menjadi teladan bagi anak-anak?

Ketujuh, jadikan ini sebagai perjalanan spiritual. Niatkanlah perubahan ini sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. Al-Baqarah: 172)

Ayat ini mengingatkan kita untuk memilih makanan yang baik dan halal, serta bersyukur atas rezeki yang Allah berikan.

Dr. Mehmet Oz, seorang ahli jantung dan pembawa acara kesehatan terkenal, pernah mengatakan, “Jika Anda ingin hidup sehat, makan separuh dari apa yang Anda makan sekarang, kunyah dua kali lipat lebih lama, dan tertawalah tiga kali lebih banyak.” Pernyataan ini selaras dengan ajaran Islam tentang makan secukupnya dan menikmati hidup dengan penuh syukur.

Kesimpulan

Hadits “Sepertiga untuk Makanan” mengajarkan kita prinsip yang sangat berharga dalam menjaga kesehatan.

Dengan makan secukupnya, kita bisa terhindar dari berbagai penyakit, menjaga kesehatan mental, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Prinsip ini bukan hanya sejalan dengan ajaran Islam, tapi juga didukung oleh ilmu kesehatan modern.

Mengubah kebiasaan makan memang tidak mudah, tapi dengan tekad yang kuat dan strategi yang tepat, kita bisa melakukannya.

Ingatlah selalu bahwa tubuh kita adalah amanah dari Allah SWT yang harus kita jaga sebaik-baiknya.

Penutup

Semoga artikel ini bisa menjadi motivasi bagi kita semua untuk lebih memperhatikan pola makan dan gaya hidup kita.

Mari kita terus belajar dan berusaha untuk menerapkan ajaran Islam dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam hal makan dan minum.

Dengan begitu, insya Allah kita bisa mencapai kesehatan optimal, baik jasmani maupun rohani.

Yuk, Mulai Terapkan Pola Makan Sehat Ala Rasulullah!

Setelah membaca artikel ini, bagaimana kalau kita mulai menerapkan prinsip “Sepertiga untuk Makanan” dalam kehidupan sehari-hari?

Mulailah dengan langkah kecil, seperti mengurangi porsi makan sedikit demi sedikit.

Ajak juga keluarga dan teman-teman untuk ikut menerapkan pola makan sehat ini.

Bersama-sama, kita bisa menciptakan komunitas yang lebih sehat dan bahagia.

Mari kita jadikan makan bukan hanya sebagai kebutuhan fisik, tapi juga sebagai bentuk ibadah dan rasa syukur kepada Allah SWT.

Pendaftaran Santri Baru