Alhamdulillah, Pimpinan Annur Ust H.Hadiyanto baru saja melakukan perjalanan sebelas hari ke Turki dan Qatar. Fokus kunjungan yang dilakukan bersama pengurus Yayasan Darunnajah Jakarta adalah dalam rangka mengadakan kerja-sama dengan beberapa perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lain.
Pimpinan bersyukur bahwa lawatan tersebut telah terlaksana dengan baik. Kemudian beliau menceritakan kondisi Turki terkini yang sangat berbeda dengan beberapa tahun silam. (Kunjungan pertama ke Turki beliau pada tahun 1997). Di bawah kepemimpinan Endorgan, Turki berhasil menjadi salah-satu negara maju dan makmur, sehingga peluang beasisiwa pendidikan diberikan kepada ribuan mahasiswa dalam dan luar Turkey.
Kesan Turki yang dulu identik dengan sekulerisme pada masa Musthafa Attaturk, sekarang sudah tergantikan dengan nuansa islami. Kalau dulu ada istilah adzan saja tidak boleh dengan bahasa arab, maka hal tersebut sudah tidak dijumpai lagi.
Dalam kesempatan yang juga dihadiri beberapa tamu dan atau wali santri itu, pimpinan pesantren mengingatkan seluruh santri tentang urgensi bahasa Arab dan Inggris. “ Rasanya tidak lucu kalau seorang muslim tidak mampu Bahasa Arab!”. Pimpinan juga memaparkan pengalamannya bahwa komunikasi di Turki dn Qatar cenderung menggunakan Bahasa Inggris.
Poin penting lainnya, paska penandatangan Memorendum of Understanding (MoU) dengan beberapa Universitas di Turki dan Qatar. Beberapa diantaranya adalah Marmara University di Istanbul, Ankara Univeraity, Erciyes University di Kayseri, Istanbul Foundation, hamad bin Khalifa Qatar Foundation dll.
Diharapkan banyak santri, alumni bahkan guru yang akan meneruskan study di luar negri. “Kalau bisa belajar di luar negri dengan beasiswa, mengapa harus di dalam negri yang pakai biaya!”. tegas pimpinan.
Tampak sekali kesan mendalam pak kyai akan fungsi bahasa arab dan inggris dalam lawatan. Sehingga di ujung pembicaraannya, pak kyai kembali berpesan agar ada upaya serius dan sistematis untuk peningkatan kemahiran warga pesantren dalam bilingual Arabic and English. Semoga