Kompetensi guru harus terus ditingkatkan dan dikembangkan agar menjadi guru yang professional. Dalam Persepektif Pendidikan Islam kompetensi guru meliputi: kompetensi personal religious, kompetensi sosial religious, dan kompetensi professional religious. Professional bukan hanya mempunyai arti berkualitas tinggi, namun dapat diartikan secara luas sebagai ekspert (ahli), responsibility (rasa tanggung jawab), dan rasa kesejawatan.
Metode penyampaian lebih penting dari materi, materi apapun yang disampaikan jika menggunakan metode yang benar maka akan dapat diterima dengan baik oleh para siswa. Namun sebaliknya, materi yang telah dipesiapkan dengan baik dan matang akan menjadi hampa tanpa metode yang baik.
Dalam sebuah seminar, motivator itu tiba-tiba memberikan instruksi kepada para hadirin untuk mengangkat kursinya masing-masing dengan satu tangan pada hitungan ketiga pada saat pelatihan baru berjalan sekitar 10 menit. Para hadirin banyak yang begumam “ngapain sih angkat-angkat kursi segala kan berat, kurang kerjaan nih, berat tau” dan masih banyak lagi celetukan para hadirin lainya.
Bapak ibu guru belum mengangkat kursi tapi kenapa sudah bilang capai? mengapa belum mengerjakan sudah bilang berat? Dan mengapa pekerjaan yang belum dilaksanakan sudah mengeluh duluan. Inilah mental yang harus dikikis habis agar para guru dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan perubahan zaman.
Kebiasaan mengeluh dan menyerah duluan sebelum mencoba hal baru adalah penghambat dan musuh nyata bagi kemajuan seseorang. Seorang guru yang mendapatkan tugas baru untuk mengajar kelas yang lebih tinggi kemudian tidak mau dengan tugas tersebut dengan alasan tidak mampu atau sudah nyaman mengajar di kelas yang lalu.
Bagaimana seorang guru akan meningkatkan kompetensinya jika menerima tantangan baru “ogah” menerimanya? Bagaimana seorang guru akan meningkatkan kapasitas keilmuannya jika terus merasa “nyaman” dengan kondisi saat ini? Ketahuilah bapak ibu guru rasa “nyaman” itu dapat mematikan semangat dan kreatifitas.
Ringan atau beratnya mengajar pada suatu kelas yang diamanahkan kepada guru bukan pada kondisi siswa, seperti latar belakang siswa, kemampuan siswa, ataupun jumlah siswa dalam satu kelas, melainkan pada kompetensi guru meramu strategi dan inovasi dalam mengolah keberagaman siswa dan menjadikan mereka dapat dengan mudah memahami dan menyerap apa yang disampaikan oleh guru tersebut.
Ada sebuah kisah dimana pada suatu saat kondisi sebuah kelas gaduh tidak beraturan, dengan berbagai cara sang guru mencoba meneritbkan para siswa agar kelas menjadi kondusif. “ayo anak-anak perhatikan pak guru, pada hitungan ketiga semua siswa harus sudah berada di tempat duduk masing-masing”, anak-anak kemudian hanya bisa tertib sebentar kemudian gaduh lagi.
Tatapan mata sang guru tertuju ke luar kelas melihat aktifitas guru olehrarga yang sedang mengumpulkan dan membariskan anaknya di lapangan, dalam beberapa menit para siswa sudah rapi membentuk barisan di depan sang guru. Ternyata guru olahraga tersebut menggunakan peluit sebagai media untuk memfokuskan perhatian agar memperhatikan penjelasan guru.
Guru itu pun mencoba cara yang dilakukan guru olahraga tersebut saat itu juga, dan benar saja kelas yang tadinya gadung dan tidak tertib serta merta menjadi tertib dan kondusif sehingga guru itu dapat menerangkan pelajaran selanjutnya.
Dari cerita di atas dapat disimpulkan bahwa guru harus kreatif dan inovatif dalam mengajar siswa, baik dalam setrategi atau cara penyampaian materi dan juga media serta konten yang digunakan untuk mendukung materi yang akan diajarkan. Kemampuan guru untuk selalu kreatif dan inovatif akan dengan mudah menemukan setrategi mengajar yang tepat sesuai dengan kondisi siswa dan lingkungan sekitar sehingga penyampaiannya akan tepat sasaran.
Teringat kembali pelajaran Tarbiyah kelas V TMI tentang sebuah kalimat “Attoriqotu ahammu minal maddah” yang artinya metode lebih penting dari materi. Bahwa materi apapun yang disampaikan, jika menggunakan metode yang benar, maka akan diterima dengan baik oleh siswa. dan sebaliknya materi yang telah dipesiapkan dengan matang akan hampa tanpa metode yang baik.
Oleh karena itu seorang guru harus terus meningkatkan kompetensinya agar dapat mengikuti perkembangan zaman. Dimana ilmu pengetahuan terus berkembang, keadaan social ekonomi masyarakat yang terus bergeser dan bergerak mengikuti pola perkembangan zaman yang menyebabkan perubahan prilaku anak-anak.
Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh DR. KH. Sofwan Manaf, M.Si Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta yang menaungi 17 pesantren dengan 75 satuan Pendidikan di dalamnya saat memberikan sambutaan dihadapan para guru TK dan SD bahwa guru harus terus meningkatkan kompetensinya. Yang baru S1 lanjutkan ke S2, dan yang sudah S2 lanjutkan kembali sampai S3. Kompetensi Bahasa Arab dan Inggris juga harus ditingkatkan, adakan pelatihan tiap minggu dan targetkan apa yang ingin dicapai.
Adapun beberapa program pengembangan dan peningkatan komptensi guru yang sudah dilaksanakan di SD Islam Darunnajah antara lain:
- Pelatihan Bahasa Arab dan Inggris setiap hari Sabtu jam 09.00 -12.00
- Mengikuti penataran guru
- Mengirim beberapa guru mengikuti seminar dan workshop
- Mengadakan pelatihan penilaian kurikulum 2013
- Mengadakan workshop pemanfaatan tekologi IT untuk Pendidikan
- Mengikuti MGBS (Musyawarah Guru Bidang Studi)
Selain mengadakan kegiatan-kegiatan seperti yang disebutkan diatas, setiap guru juga akan mendapatkan gilirian untuk peer teaching setiap dua minggu sekali, yaitu praktik mengajar didepan para guru sebagai latihan. Dimana para guru akan memberikan masukan dan penilaian tentang tahapan proses pengajaran, metode pengajaran, materi yang disampaikan, dan juga media yang digunakan, sehingga setiap guru akan mengetahui kekurangan dan kelebihananya dalam proses belajar mengajar yang ia laksanakan.
Seorang guru dalam meningkatkan pengetahuan keilmuannya tidak cukup dengan membaca buku-buku pustaka yang ada, melainkan juga memerlukan media tambahan sebagai pendukung dalam proses belajar mengajar. Dan salah satu media yang cukup membantu meningkatkan profesionalisme guru adalah media cetak dan media elektronik karena membawa pemikiran-pemikiran baru dan wawasan baru dalam pengajaran.
SD Islam Darunnajah sebagai sekolah yang berada di kawasan ibukota Jakarta dengan beragam kemudahan akses teknologi dan informasi, tentu memanfaatkanya dengan maksimal untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan para guru. Seperti penggunaan internet untuk mendapatkan konten media yang dibutuhkan sesuai materi yang akan disampaikan seperti gambar, video, dan audio.
Siswa juga dapat memanfaatkan teknologi internet untuk mendapatkan tambahan materi pelajaran, seperti pemberian tugas pelajaran IPS tentang pengetahuan negara-negara di kawasan Asia Tenggara seperti system pemerintahan, luas negara, tempat wisata dll. Dan salah satu materi pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) adalah praktik membuat email dan mengerjakan soal secara online di website yang dikelola oleh guru TIK, dimana para siswa dapat mengejakan soal dimanapun dan kapanpun melalui berbagai macam gadet sepeti notebook, telepon pintar/smartphone, laptop, dan computer yang terhubung dengan internet.
Kembali lagi kepada peningkatan kompetensi guru, upaya peningkatan kompetensi guru terletak pada profesionalismenya dalam proses belajar mengajar. Guru yang hanya mentrasfer dan menerangkan pengetahuannya kepada peserta didik tanpa memperhatikan skill atau fitrah peserta didiknya belum bisa dikatakan professional. Sebab pengetahuan yang diberikan adalah untuk membentuk pribadi yang utuh (insan kamil)