Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، الَّذِيْ ابْتَلَى عِبَادَهُ لِيَرْفَعَ دَرَجَاتِهِمْ وَلِيُمَحِّصَ قُلُوْبَهُمْ، وَجَعَلَ الِابْتِلَاءَ سُنَّةً فِي هٰذِهِ الْحَيَاةِ.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، خَيْرُ خَلْقِهِ وَصَفِيُّهُ وَحَبِيْبُهُ، الَّذِيْ أُرْسِلَ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
وَقَالَ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ، وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ.
وَقَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ، شَاكِرًا لِأَنْعُمِهِ، اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ.
فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ.
وَبِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ، إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيمُ.
Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah
Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sesungguhnya takwa adalah bekal terbaik bagi kita dalam menjalani kehidupan di dunia ini dan untuk kehidupan akhirat kelak.
Kita telah melewati perayaan Idul Adha beberapa waktu lalu, namun hikmah dan pelajarannya selayaknya terus kita gali dan implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hari Raya Idul Adha merupakan momentum yang penuh makna bagi seluruh umat Islam di seluruh dunia. Hari ini mengingatkan kita pada pengorbanan agung yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS.
Hadirin yang Berbahagia
Idul Adha atau Hari Raya Kurban memiliki kaitan erat dengan kisah Nabi Ibrahim AS, seorang nabi yang dijuluki sebagai Khalilullah (kekasih Allah) dan termasuk dalam golongan Ulul Azmi karena keteguhan dan kesabarannya dalam menghadapi ujian-ujian dari Allah SWT.
Tahukah kita bahwa perjalanan hidup Nabi Ibrahim AS penuh dengan ujian dan cobaan? Sejak muda, beliau telah diuji dengan berbagai tantangan berat, mulai dari konfrontasinya dengan ayahnya yang penyembah berhala, hingga menghadapi kekejaman Raja Namrud yang memerintahkan untuk membakarnya hidup-hidup.
Namun ujian terberat yang dihadapi Nabi Ibrahim AS adalah ketika Allah SWT memerintahkannya untuk menyembelih putra kesayangannya, Ismail AS. Allah menguji keimanan Nabi Ibrahim AS melalui mimpi berturut-turut yang memerintahkannya untuk menyembelih putranya yang telah lama didambakan. Betapa beratnya ujian ini!
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Ash-Shaffat ayat 102:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, ‘Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi menyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!’ Dia (Ismail) menjawab, ‘Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.'” (QS. Ash-Shaffat: 102)
Jamaah yang Dimuliakan Allah
Mari kita renungkan secara mendalam respons Nabi Ismail AS terhadap berita yang disampaikan ayahnya. Tanpa ragu, tanpa protes, tanpa berkeluh kesah, beliau justru mendukung ayahnya untuk melaksanakan perintah Allah SWT. Ini menunjukkan kematangan spiritualnya meskipun usianya masih sangat muda.
Saat keduanya telah berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan Nabi Ibrahim AS bersiap melaksanakan perintah tersebut, Allah SWT menggantikan Ismail AS dengan seekor domba besar. Allah SWT berfirman:
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ، وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ، قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ، إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ، وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipisnya, (untuk melaksanakan perintah Allah). Kami panggil dia, ‘Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.’ Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. Ash-Shaffat: 103-107)
Hadirin Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah
Kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS mengajarkan kepada kita beberapa nilai penting yang harus kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari:
Pertama, ketaatan tanpa syarat kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim AS menunjukkan ketaatan total kepada perintah Allah SWT meskipun perintah tersebut bertentangan dengan kecintaannya terhadap putranya. Beliau mengutamakan kecintaan kepada Allah di atas segalanya. Hal ini mengingatkan kita pada firman Allah SWT:
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Katakanlah: ‘Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At-Taubah: 24)
Kedua, keikhlasan dalam beribadah. Apa yang dilakukan Nabi Ibrahim AS merupakan bentuk keikhlasan tertinggi dalam beribadah. Beliau rela mengorbankan apa pun, bahkan anaknya sendiri, demi mendapatkan ridha Allah SWT. Inilah esensi dari ibadah kurban yang kita laksanakan pada hari raya Idul Adha, yaitu keikhlasan dalam berkorban untuk Allah SWT.
Jamaah yang Berbahagia
Kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS juga mengajarkan kita tentang pengasuhan anak yang baik. Perhatikan bagaimana komunikasi yang dibangun antara Nabi Ibrahim AS dan putranya ketika menghadapi ujian berat ini. Beliau tidak memaksakan kehendaknya, melainkan berdiskusi dan meminta pendapat putranya.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: ‘Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.'” (HR. Bukhari)
Hadits ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh orang tua dalam pembentukan karakter dan nilai-nilai anak. Nabi Ibrahim AS telah berhasil menanamkan nilai-nilai ketaatan dan pengorbanan yang begitu kuat pada putranya sehingga ketika dihadapkan pada ujian berat, Nabi Ismail AS siap mengorbankan nyawanya dengan ikhlas.
Jamaah yang Dimuliakan Allah
Selain itu, kisah ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya tawakal atau berserah diri kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim AS menghadapi semua ujian dengan tawakal, yakin bahwa Allah SWT akan memberikan jalan terbaik. Dan memang, Allah SWT tidak menginginkan pengorbanan Ismail AS, melainkan hanya menguji ketaatan dan keikhlasan Nabi Ibrahim AS.
Allah SWT berfirman:
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. At-Talaq: 3)
Hadirin yang Dirahmati Allah
Pengorbanan Nabi Ibrahim AS juga memiliki dimensi sosial. Dalam pelaksanaan ibadah kurban, kita diperintahkan untuk membagikan daging kurban kepada fakir miskin dan kaum yang membutuhkan. Ini mengajarkan kita tentang kepedulian sosial dan berbagi dengan sesama.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا دَخَلَتْ الْعَشْرُ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ فَلَا يَمَسَّ مِنْ شَعْرِهِ وَلَا مِنْ بَشَرِهِ شَيْئًا
Dari Ummu Salamah RA, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: ‘Jika telah masuk sepuluh hari (pertama Dzulhijjah) dan salah seorang di antara kalian ingin berkurban, maka janganlah ia memotong rambut dan kukunya.'” (HR. Muslim)
Hadits ini menunjukkan persiapan spiritual yang harus dilakukan sebelum melaksanakan ibadah kurban, yang menegaskan bahwa kurban bukan sekadar ritual, melainkan bentuk pendekatan diri kepada Allah SWT.
Jamaah Jumat yang Dimuliakan Allah
Dalam kehidupan modern ini, kita sering dihadapkan pada dilema antara ketaatan kepada Allah SWT dan kecintaan pada dunia. Kisah Nabi Ibrahim AS mengingatkan kita untuk senantiasa mendahulukan ketaatan kepada Allah SWT di atas segalanya.
Pengorbanan tidak selalu berarti mengorbankan nyawa seperti yang siap dilakukan oleh Nabi Ismail AS. Dalam konteks kehidupan kita sehari-hari, pengorbanan bisa bermakna:
Mengorbankan waktu untuk beribadah dan berbuat kebaikan.
Mengorbankan harta untuk membantu sesama dan berjuang di jalan Allah.
Mengorbankan keinginan pribadi demi kebaikan keluarga dan masyarakat.
Mengorbankan kesenangan duniawi untuk mendapatkan kebahagiaan akhirat.
Semua bentuk pengorbanan ini memerlukan keikhlasan dan ketaatan kepada Allah SWT, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS.
Hadirin Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah
Marilah kita merefleksikan diri: Sejauh mana kita telah menerapkan nilai-nilai pengorbanan dalam kehidupan kita? Apakah kita sudah siap mengorbankan kepentingan pribadi demi ketaatan kepada Allah SWT? Apakah kita telah menjadi teladan yang baik bagi anak-anak dan keluarga kita dalam hal ketaatan dan pengorbanan?
Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada kita untuk bisa meneladani pengorbanan Nabi Ibrahim AS dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita jadikan momentum Idul Adha yang telah kita lewati sebagai pengingat akan pentingnya nilai-nilai ketaatan, keikhlasan, dan pengorbanan dalam kehidupan kita sebagai hamba Allah SWT.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيمُ.
Khutbah II
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Setelah kita membahas tentang kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan hikmahnya bagi kehidupan kita, marilah kita implementasikan nilai-nilai tersebut dalam keseharian kita. Pengorbanan sejati adalah ketika kita merelakan apa yang kita cintai demi mendapatkan keridhaan Allah SWT.
Dalam kehidupan modern ini, banyak tantangan dan godaan yang dapat mengalihkan kita dari ketaatan kepada Allah SWT. Namun, semangat pengorbanan Nabi Ibrahim AS harus tetap kita jaga dan terapkan. Ketika kita dihadapkan pada pilihan antara menuruti hawa nafsu atau menaati perintah Allah, kita harus memilih ketaatan kepada Allah meskipun itu berarti harus mengorbankan keinginan pribadi kita.
Mari kita teladani pula sikap Nabi Ismail AS yang dengan ikhlas menerima takdir Allah. Dalam kehidupan kita pasti ada ujian dan cobaan, namun dengan keikhlasan dan ketabahan, kita akan mampu melewatinya dengan baik.
Semoga Allah SWT memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua agar bisa meneladani sifat-sifat mulia Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, serta mengamalkan nilai-nilai pengorbanan dalam kehidupan sehari-hari.
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ.
اَللّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي فِيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا، وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
اَللّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُؤْمِنِيْنَ.
اَللّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ، وَاجْعَلْنَا مُخْلِصِيْنَ فِي أَعْمَالِنَا، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ.
اَللّهُمَّ ارْزُقْنَا حُسْنَ الْخَاتِمَةِ، وَنَجِّنَا مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الْفَائِزِيْنَ بِجَنَّاتِكَ يَوْمَ الدِّيْنِ.
اَللّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الَّذِيْنَ يُضَحُّوْنَ بِأَنْفُسِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ فِي سَبِيْلِكَ، وَيُقَدِّمُوْنَ طَاعَتَكَ عَلَى هَوَى أَنْفُسِهِمْ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ يَتَّبِعُوْنَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ.
اَللّهُمَّ أَلْهِمْنَا رُشْدَنَا وَأَعِذْنَا مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا، وَاغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِمَشَايِخِنَا وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ.
اَللّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ.
اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْمَا رَزَقْتَنَا، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَاجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الْمُتَّقِيْنَ الَّذِيْنَ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ.
اَللّهُمَّ ارْزُقْنَا حُسْنَ الْإِتِّبَاعِ لِسُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَاجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ شَفَاعَتِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
اَللّهُمَّ اشْفِ مَرْضَانَا، وَارْحَمْ مَوْتَانَا، وَاغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا، وَصَغِيْرِنَا وَكَبِيْرِنَا، وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا، وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا، أَنْتَ أَعْلَمُ بِحَالِنَا، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.