Peristiwa Isra’ Mi’raj mengandung banyak hikmah dan i’tibar. Meskipun para muarrikh (ahli sejarah) tidak ada yang menetapkan secara persis kapan terjadinya peristiwa agung itu, namun sangat banyak pelajaran dan inspirasi yang bisa digali. Berikut ini akan dipaparkan 3 hal terilhami dari peristiwa yang terjadi pada ‘aamul huzni (tahun kesedihan) tersebut.
Masjid.
Rangkaian Isra’ (perjalanan malam hari) Rasulullah Muhammad ﷺ dimulai dari Masjidil Haram di Makkah Al Mukarramah sampai ke Masjid Baitul Maqdis di Palestina. Pemilihan masjid sebagai start dan finish dalam Isra’ ini tentu mengandung pesan terkait kemuliaan masjid sebagai rumah Allah ﷻ.
Masjid merupakan tempat suci, seorang muslim yang akan masuk masjid maka diwajibkan bersuci dengan berwudhu. Di masjid seorang hamba melakukan berbagai macam ibadah kepad ilahi Rabbi; sholat, i’tikaf, ta’lim, musyawarah agama, hingga akad nikah.
Upaya dan usaha nyata untuk memakmurkan masjid menjadi indikator keimanan seseorang kepada Allah ﷻ dan hari Akhir. Sebagaimana firman Allah ﷻ dalam Al Qur’an surat At Taubah ayat 18:
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
“Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Maka hendaknya setiap muslim multazim selalu memautkan hatinya dengan masjid, sehingga akan termasuk ke dalam 7 golongan orang yang akan mendapat perlindungan dari Allah ﷻ pada hari yang tiada lagi perlindungan kecuali perlindunganNya (pada hari Qiyamat). Sehebat dan sebanyak serta setinggi apapun kedudukan serta keilmuan seorang muslin namun jika ia termasuk kelompok anti masjid maka sia-sia sajalah apa-apa yang ada padanya.
Sholat.
Sholat merupakan ‘oleh-oleh’ terbesar dari perjalanan Rasulullah Muhammad ﷺ dari dunia hingga ke Sidratul Muntaha yang keindahan serta keagungannya tidak mampu dilukiskan dengan kata-kata. Dalam perjumpaan dengan Allah ﷻ itulah, Rasululllah Muhammad ﷺ secara langsung mendapatkan perintah Sholat yang awalnya berjumlah 50 kali kemudian diringankan hingga 5 kali berkat usulan Nabi Musa kepada Rasulullah Muhammad ﷺ untuk meminta keringanan kepada Allah ﷻ.
Sholat merupakan solusi dari berbagai problematika kehidupan. Setiap permaslahan yang dihadapi manusia sudah disediakan jenis sholatnya. Sebagai contoh kita sebutkan beberapa jenis sholat: sholat Tahajud untuk meminta posisi yang tinggi lagi mulia (maqamam mahmuda), sholat Dhuha untuk kemudahan rezeki, sholat Istisqa untuk meminta hujan, sholat Istikharah untuk memantapkan pilihan, sholat Tasbih untuk pengampunan dosa-dosa, hingga bagi yang ingin mendapatkan pahala haji dan umrah sempurna, sempurna, sempurna maka ada sholat Isyraq. Masih juga ada sholat hajat, sholat Awwabin dan sebagainya.
Bahkan sholat juga merupakan mi’rajnya orang yang beriman. Dalam hadits Qudsi dijelaskan bahwa ketika seorang muslim membaca Al Fatihah dalam sholat, maka ia sedang ‘berdialog’ dengan Allah ﷻ karena setiap bacaanya dijawab dengan jawaban khusus seperti berikut ini:
Apabila hamba-KU mengucapkan:
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
(segala puji tertentu bagi allah,tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam)
Allah سُبْحَانَهُ وتَعَالَى menjawab: حمدني عبدي (hambaku memujiku)
Apabila hamba-KU mengucapkan:
ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
(Yang maha pengasih lagi maha penyanyang)
Allah سُبْحَانَهُ وتَعَالَى menjawab: أثنى علي عبدي(hambaku menyanjungiku)
Apabila hamba-KU mengucapkan:
مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ
(Maha Penguasa hari kemudian)
Allah سُبْحَانَهُ وتَعَالَى menjawab: مجّدني عبدي(hambaku mengagungkanku)
Apabila hamba-KU mengucapkan:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
(kepada engkau kami menyembah dan kepada engkau kami minta pertolongan)
Allah سُبْحَانَهُ وتَعَالَى menjawab: هذا بيني و بين عبدي ولعبدي ما سأل(inilah bahagianku dan bahagian hambaku yg dimintanya)
Apabila hamba-KU mengucapkan:
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
(pimpinlah kami ke jalan yang lurus,yakni jalan yang tidak engkau murkai dan tidak pula jalan orang yang sesat)
Allah سُبْحَانَهُ وتَعَالَى menjawab: هذا لعبدي و لعبدي ما سأل (inilah bahagian hambaku,untuk apa yang dimintanya).
Maka hendaknya setiap kita menjadikan sholat sebagai program kerja utama. Hidup ini adalah dari sholat ke sholat lainnya, selebihnya merupakan mengisi waktu dan kesempatan dengan berbagai kebajikan lainnya.
Sunnah Rasul.
Sunnah Rasul maksudnya jalan hidup yang dipilih dan ditempuh oleh Rasulullah Muhammad ﷺ. Beliau adalah uswah hasanah bagi orang yang berharap Keridhaan Allah ﷻ ketika berjumpa denganNya pada hari Akhir kelak. Dalam segala aspek kehidupan kita bisa meneladani Rasulullah Muhammad ﷺdari hal yang sifatnya privacy/private seperti pola komunikasi suami-istri hingga public interest seperti menjadi seorang pemimpin Negara. Segala ucapan, tindakan, ketetapan Rasulullah Muhammad ﷻ merupakan contoh sempurna bagi umatnya.
Ada tiga macam Sunnah Rasul: صورة، سيرة، سريرة.
Sunna Rasul yang bersifat Shurah artinya bagimana penampakan, penampilan dan perilaku Rasulullah Muhammad ﷺ yang memang ada anjuran untuk mengikutinya maka hendaknya diikuti semaksimal mungkin. Contoh dalam Sunnah Shuroh ini adalah Bagaimana Rasulullah memanjangkan jenggotnya dan menipiskan kumisnya, memakai Siwak ketika hendak sholat, memakai sipat/celak di mata, merapikan rambut, memotong kuku dan sebagainya.
Sunnah Siirah maksudnya bagaimana perjalanan hidup Rasulullah Muhammad ﷺ sepanjang hayat di dunia didedikasikan untuk Dakwah Islamiyah menjadi inspirasi abadi setiap muslim. Jadi, apapun profesi dan tugas pekerjaan kita hendaknya menjadi jalan serta wahana dakwah fi sabilillah. Dakwah tidak melulu harus dengan ceramah dan khitabah. Justru seringkali dakwah dengan contoh nyata akan lebih mengena seperti pepatah Arah لسان الحال أفصح من لسان القول
Sunnah Sariirah maksudnya fikir dan risau Rasulullah Muhammad ﷻ agar umat manusia ini bisa diselamatkan dari Adzab Allah ﷻ dan dimasukkan ke dalam surgaNya haruslah menjadi fikir dan risau setiap umatnya. Inilah visi sekaligus misi utama dan paripurna setiap umat Islam, karena umat Islam yang hidup di akhir zaman ini tidak saja menjadi umat ‘abid (ahli ibadah) sebagaimana umat para Nabi terdahulu, namun juga menjadi umat da’i (juru dakwah). Sepeninggal Rasulullah, Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, ulama salaf maka setiap generasi berikutnya berkewajiban meneruskan estafet dakwah Islamiyah. الله أعلم بالصوابو
Disampaikan dengan sedikit tambahan pada Ta’lim di Masjid At Taqwa Karang Pawitan, Sipak, Jasinga, Bogor Barat pada Kamis, 30 Rajab 1438 H/ 27 April 2017 M oleh Muhlisin Ibnu Muhtarom.