Search
Close this search box.

Indahnya Agama Islam

blank
  •    PENGERTIAN AGAMA ISLAM

blankIslam menurut bahasa memiliki arti selamat, kedamaian, sentausa. Sedangkan dalam istilah syar’I, Islam berarti berserah diri, tunduk, patuh dengan kesadaraan yang tinggi tanpa paksaan. Sedangkan Islam secara makna, maka akan menjadi sangat luas jika dikaitkan dengan beberapa arti di atas.

Makna dalam arti kata selamat, maka Islam adalah jalan hidup (way of life) satu-satunya yang paling selamat mengantarkan manusia sampai tujuan akhirnya yaitu kehidupan akhirat. Dalam konteks perjalanan, tujuan hanya dapat dicapai melalui jalan yang ditempuh. Sedangkan sebuah jalan, ia memiliki cara dan aturan.

Akhirat adalah tujuan akhir dari perjalanan manusia, cara yang terbaik adalah cara Rasulullah, dan aturan yang digunakan adalah berdasarkan Al Quran dan Sunnah, dan Islam adalah bentuk dari gabungan antara aturan dan cara tersebut (Al Quran & Sunnah + Cara Rasulullah) yang membetuk jalan yang paling selamat untuk mencapai tujuan akhir dari perjalanan manusia.

Makna kedamaian, adalah dengan mengikuti jalan Islam untuk mencapai tujuan, seseorang pasti akan mendapatkan kedamaian dalam menjalani kehidupanya. Damai dalam konteks internal (dari sisi dirinya sendiri) dan dalam konteks eksternal (dalam hubungan bermasyarakat).

Islam adalah agama yang menyukai kedamaian, kecuali jika hak Allah, dan hak azai manusia dihina dan di dzholimi, maka Islam dalam ajarannya menganjurkan untuk melakukan tindakan yang proporsional dan sesuai dengan perlakuan tersebut.

Makna sentausa, hanya akan dicapai jika ada keselamatan dan kedamaian, ini juga merupakan arti dalam Islam yang berkaitan dengan 2 makna di atas. yang berkaitan dengan pelaksanaan Islam secara internal (diri sendiri) maupun eksternal (lingkungan, masyarakat, dll).

Makna berserah diri, adalah ketika seseorang menyerahkan seluruh jalan hidupnya (tunduk patuh) sesuai dengan aturan-aturan (syariat) dalam Islam. Pendekatan untuk memahami hal ini bisa kita pahami melalui uraian singkat berikut.

  1.  A. CIRI KHAS AGAMA ISLAM

 1.    Islam adalah Agama Tauhid

Yang dimaksud At-Tauhid disini adalah Ifradullah bil Ibadah (Meng-esa-kan Allah dalam Beribadah). Artinya: “Padahal mereka hanya diperintahkan untuk mengikhlaskan menyembah kepada Allah semata…” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Artinya: “Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS. Al-An’am: 162)

Inilah Islam yang hakiki, Islam yang selalu mengajak manusia secara umum kepada At-tauhid (meng-esa-kan Allah), tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, menyerahkan seluruh hidup dan mati hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Artinya: “Wahai manusia! Sembahlah Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 21)

Ayat ini merupakan ayat pertama dalam Al-Qur’an yang berisi perintah untuk menyembah hanya kepada Allah semata.

Artinya: “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.” (QS. An-Nisa’: 36)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah menjelaskan di kitab Al-ubudiyyah; definisi ibadah adalah suatu nama yang mencakup hal-hal yang dicintai dan diridhoi oleh Allah baik berupa perkataan atau perbuatan baik amalan lahir maupun batin.

Sedangkan arti Islam sendiri, menurut Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah dalam kitab Al-Ushul Ats-tsalatsah;

Islam adalah, menyerahkan diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk dan patuh kepada perintah-Nya, serta berlepas diri dari kesyirikan dan para pelakunya. Islam adalah agama yang dibangun di atas Tauhid.

Contoh Ibadah:

a)    Do’a

“….Aku kabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila dia berdo’a kepada-Ku….” (QS. Al-Baqarah: 186)

b)   Berqurban

…maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah..
(QS. Al-kautsar: 2)

c)    Meminta pertolongan di kala susah (Istighasah)

“(ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu…” (QS. Al-Anfal : 9)

Namun yang perlu diperhatikan di sini adalah cara melakukan Istighasah itu sendiri. Istighasah bukan dengan bersama-sama berkumpul di lapangan lalu berdo’a bersama, bukan seperti itu. Karena yg demikian itu tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat Radhiyallahu ‘anhum ajma’in.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pada saat menasihati Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma yang waktu itu masih kecil, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan:

“…Jagalah Allah, Allah akan menjagamu! Jagalah Allah maka Allah akan ada di hadapanmu! Apabila engkau memohon, mohonlah kepada Allah! Dan apabila Engkau meminta pertolongan, mintalah hanya kepada Allah semata….” (HR. Tirmidzi)

Dari sini kita dapat memahami bahwa dakwah Tauhid adalah sesuatu yang mendesak, sesuatu yang penting, sesuatu yang harus didakwahkan sebelum membahas (berdakwah) masalah Fiqih, sebelum membahas masalah Politik, sebelum membahas masalah Jihad.

Lihatlah Rasul ketika menasihati seorang sahabat yang masih kecil saat itu, langsung dengan dakwah Tauhid, tidak pantas kita yang mengaku sebagai umat Muhammad Shallallahu alaihi wasallam untuk berpaling atau mengesampingkan dakwah Tauhid dalam berdakwah.

Tauhid adalah tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah (semata-mata) kepada-Ku.” (QS. Ad-Dzariat: 56)

Tauhid adalah tujuan utama Allah mengutus Nabi dan Rasul kepada Manusia.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dan sungguh, kami telah mengutus rasul untuk setiap umat untuk menyeru “Sembahlah Allah dan Jauhilah Thaghut.” (QS. An-Nahl: 36)
Tauhid adalah inti dakwah para Nabi dan Rasul.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman: “Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia berkata, ”Wahai kaumku! Sembahlah Allah dan tidak ada sesembahan bagimu selain Dia.” (QS. Al-A’raf: 59)

“Dan kepada kaum ‘Ad (kami utus) Hud, saudara mereka. Dia berkata,”Wahai kaumku, Sembahlah Allah! Dan tidak ada sesembahan bagimu selain Dia…” (QS. Al-A’raf: 65)

“Dan kepada kaum Tsamud (kami utus) saudara mereka Shalih. Dia berkata,”Wahai kaumku, Sembahlah Allah! Dan tidak ada sesembahan (yang haq) bagimu selain Dia…” (QS. Al-A’raf: 73)

“Wahai kedua penghuni penjara! Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Mahaesa, Mahaperkasa? Apa yang kamu sembah selain Dia, hanyalah nama-nama yang kamu buat-buat, baik oleh kamu maupun oleh nenek moyangmu. Allah tidak menurunkan sesuatu keterangan pun tentang hal itu. Tidak ada hukum kecuali hukum Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia, Inilah Agama yang Lurus…” (Qs. Yusuf: 39-40)

Maksud “Hukum Allah” di sini adalah tidak ada penyembahan yang haq kecuali kepada Allah. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata:

“Perumpamaan orang yang bijak dalam berdakwah itu, fokus dakwahnya adalah mengokohkan pondasi dalam bangunan agamanya. Sedangkan orang yang jahil (bodoh), mereka membangun bangunan yang sangat tinggi tanpa terlebih dahulu untuk menguatkan pondasinya, yang pada akhirnya runtuh mengenai kepalanya”

Keutamaan Tauhid

a)  Salah satu penyebab diampuninya dosa.

b) Tauhid adalah jalan satu-satunya mendapat kesenangan di dunia dan kemuliaan di akhirat serta mendapat petunjuk dari Allah.

c)  Allah akan menjadikan kita khalifah di muka bumi ini. (QS. An-Nur: 55)

2.  Islam adalah Agama yang Sempurna

“…Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai Agamamu…” (QS. Al-Ma’idah: 3)

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata “ayat ini merupakan nikmat Allah yang terbesar bagi ummat ini, yang mana Allah telah menyempurnakan Agama Islam bagi mereka, maka mereka (umat Islam) tidak membutuhkan Nabi, agama lain. Oleh karena itu, Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam kepada jin dan manusia. Tidak ada yang halal kecuali yang telah dihalalkan oleh Rasulullah, dan tidak ada yg haram kecuali yg telah diharamkan oleh Rasulullah. Maka, apa-apa yg tidak menjadi agama pada saat itu, hingga kapanpun tidak akan pernah menjadi Agama.

Alangkah mulianya Islam karena Islam juga menjaga atas lima hal:

1)  Islam menjaga agama ini atas segala bentuk penyimpangan.

2)  Islam menjaga jiwa manusia.

3)  Islam menjaga kehormatan manusia, khususnya wanita muslimah (QS. An-Nur: 4).

4)  Islam menjaga nasab keturunan manusia (An-Nur: 2).

5)  Islam menjaga harta manusia.

6)  Ittabi’u wa laTabtadi’u Faqod Kuufitum (ikutilah Rasulullah dan jangan membuat perkara-perkara yang baru dalam Agama ini karena kalian telah tercukupi).

 3. Islam adalah Agama Pertengahan

“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) “umat pertengahan…” (QS. Al-Baqarah: 143)

Sebagai contoh Islam agama pertengahan adalah Masalah Nabi.
di agama Nasrani, mereka terlalu “ekstrim” dalam mengkultuskan Nabi Isa alaihissalam. Sampai mereka mengatakan Isa itu adalah Tuhan dari tuhan yang tiga. Tapi di dalam Islam, kita berada pada pertengahan, kita mengakui bahwa Nabi Muhammad adalah Rasulullah (Rasul Allah), namun Rasulullah adalah seorang manusia biasa, bukan Tuhan. Allah berfirman:

“Katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu….” (QS. Al-Kahfi: 110)

Seorang Rasul diutus kepada kaumnya adalah untuk dita’ati, bukan untuk dipertuhankan. inilah sikap pertengahan kaum muslimin. Demikian pula Islam pertengahan antara kaum Yahudi dan Nasrani dalam masalah Fiqih (Thoharoh). Orang yahudi, ketika isteri mereka sedang haid, mereka tidak mau duduk bersama atau makan bersama-sama dengan isteri-isteri mereka. Adapun orang Nasrani, mereka berlebihan dengan Isteri mereka, dengan tetap menggaulinya meskipun isteri mereka sedang haid.

Adapun Islam memerintahkan untuk tidak menyetubuhi isteri-isterinya ketika haid, namun masih tetap membolehkan untuk duduk-duduk, mengobrol, atau makan bersama. Islam tidak “ekstrim” juga tidak “meremehkan” tentang ajaran agama khususnya masalah Fiqih.  Namun pertengahan Islam haruslah dengan dalil, bukan pertengahan sesuai akal, perasaan atau hawa nafsu.

Orang Yahudi secara ilmu, mereka mengetahui tapi “tidak mau” mengamalkan. Sedangkan orang Nasrani, mereka bersemangat untuk mengamalkan, tapi “tidak berilmu”. Sedangkan Islam, mengajarkan untuk mengamalkan sesuatu dengan ilmu, artinya melandasi setiap perkara agama yang harus diamalkan dengan adanya ilmu terlebih dahulu. Hal ini (memiliki Ilmu) dapat terwujud bila, seorang mukmin bersemangat untuk mencarinya.

“Barangsiapa yang dikehendaki Allah suatu kebaikan, maka Allah akan memberi kepahaman dalam (ilmu) agamanya” (HR. Muslim).

4. Islam adalah Agama Kasih Sayang

Allah berfirman:

“dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam” (QS. Al-Anbiya’: 107)

Islam mengajarkan kita untuk saling mengasihi antara seorang mukmin dengan mukmin lainnya.

“Barangsiapa yg tidak mengasihi manusia, maka Allah tidak akan mengasihinya” (Muttafaq alaih).

Ini sekaligus menjadi bantahan yang “telak” bagi para teroris yang mengatasnamakan teror dan bom bunuh diri dengan sebutan “ajaran Islam”. Bagaimanakah mereka bisa menyebut “teror” dengan ajaran Islam, padahal mereka berkiblat atau mengambil Ilmu dari seorang ahli Ekonomi (Osama Bin Laden), bukan seorang ahli Ilmu? Itu yang semestinya dipahami rakyat untuk tidak mudah mengidentikkan “teror” dengan Islam. Islam juga menyuruh kita untuk berbuat adil dengan siapa saja, meskipun kepada kaum kafir.

“Sesungguhnya Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil” (QS. Al-Mumtahanah: 08)

Namun yang perlu dipahami di sini adalah kita boleh berlaku adil dan berbuat baik kepada kaum kafir, asalkan masih sesuai batasan-batasan Islam agar kita tidak sampai “menggadaikan” aqidah kita dengan berdalih dengan keadilan.

 5. Islam adalah Agama yang Mudah

Allah berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayyamumlah dengan debu yang suci. Allah tidak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnaan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur” (QS. Al-Ma’idah: 6)

B. KEWAJIBAN-KEWAJIBAN SEORANG MUSLIM YANG HARUS DITUNAIKAN

 1. Berilmu/Mengilmui (Seorang Muslim diwajibkan Untuk Menuntut Ilmu)

Berilmu adalah kewajiban pertama kita sebelum melakukan segala sesuatu. Kita bisa membayangkan bagaimana kerusakan yang akan ditimbulkan oleh seorang yang tidak bisa mengendarai mobil yang nekad untuk mengendarainya, maka jiwanya dan jiwa orang-orang yang ada dalam kendaraan tersebut bisa terancam dan dalam perkara agama, maka  kerusakan yang ditimbulkan bukan sekedar mobil yang lecet, badan yang luka atau tewasnya satu-dua orang.

Kerusakan yang ditimbulkan akibat perbuatan yang tidak dilandasi oleh ilmu agama, bahkan dapat mengakibatkan kebinasaan ummat manusia. Tidakkah kita melihat bagaimana Allah Ta’ala menghancurkan ummat-ummat terdahulu karena perbuatan syirik yang mereka lakukan, sedangkan kesyirikan adalah kebodohan yang paling besar.

Imam Bukhori Rahimahullah membuat suatu bab dalam kitab shahihnya yaitu “Bab Ilmu Sebelum Perkataan dan Perbuatan“. Beliau berdalil dengan firman Alloh Ta’ala, “Maka ketahuilah bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan mohon ampunlah atas dosa-dosamu.” [Muhammad: 19].

Allah memulai ayat ini dengan perintah untuk berilmu terlebih dahulu sebelum kita mengatakan kalimat tauhid dan memohon ampun pada Alloh Ta’ala. Hal ini dapat dipahami bahwasannya perkataan dan amal shalih kita yang tidak sesuai dengan syari’at Islam tidak mungkin diterima oleh Alloh ta’ala. Dan seseorang tidak mungkin mengetahui apakah amal perbuatannya sesuai dengan syariat atau tidak kecuali dengan ilmu.

Adapun dalil diwajibkannya seorang muslim untuk menuntut ilmu adalah sebagaimana sabda Rasulullah dalam banyak hadits yang shohih, “Menuntut Ilmu itu wajib bagi setiap muslim” [HR. Ibnu Majah, Abu Ya’la, dan Thobroni].

Sebab-sebab diwajibkannya seorang muslim untuk menuntut Ilmu adalah:

Dengan ilmu tersebut diharapkan kebaikan-kebaikan akan datang sebagaimana sabda Rasulullah, “Barangsiapa dikehendaki oleh Allah kebaikan baginya, maka Allah akan mengaruniakan kepahaman agama baginya.”

Karena syarat diterimanya ibadah itu ada dua (Ikhlas dan Mutaba’ah/mencontoh Rasulullah) maka seorang muslim wajib menuntut ilmu. Bagaimana mungkin seorang muslim bisa mencontoh Rasulullah dalam beribadah sedangkan ia tidak memiliki Ilmu. Padahal Rasulullah telah bersabda, “Aku tinggalkan bagi kalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh dengan keduanya yaitu Kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnahku, keduanya tidak akan berpisah sampai ke telaga Haud.”

Allah melarang seseorang  itu mengerjakan sesuatu yang tidak mengetahui ilmunya. Sebagaimana Firman Allah, “Dan janganlah kalian mengerjakan apa-apa yang tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan dimintai pertanggungjawabannya.” [Al Isra’: 36]

2. Beramal/Mengamalkan (Amal Sebagai Konsekuensi dari Ilmu)

Ketika kita telah mengetahui pentingnya ilmu, maka sebagai buah dan konsekwensi dari ilmu tersebut adalah beramal. Kita bisa bayangkan jika ada seorang yang sudah menguasai teori berlalu-lintas, menguasai teori dan trik-trik mengendarai kendaraan agar cepat dan selamat namun dia tidak mau mengendarai kendaraan tersebut.

Apakah teori tersebut bermanfaat bagi dirinya? Begitupula ilmu agama yang telah kita pelajari tanpa kita amalkan maka tidak akan bermanfaat bagi kita karena Allah akan menghisab tentang apa yang kita amalkan disamping apa yang kita ketahui. Barangsiapa yang beramal tanpa ilmu maka ia telah menyerupai kaum Nasrani dan barangsiapa yang berilmu tanpa mengamalkannya maka ia telah menyerupai kaum Yahudi.

Kiranya cukup bagi kita peringatan yang disampaikan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang orang yang tidak mengamalkan ilmunya.

“Didatangkan seseorang pada hari kiamat kemudian dia dilemparkan ke neraka sehingga terurai ususnya dan dia berputar sebagaimana kedelai berputar pada penggilingan. Kemudian berkumpullah para penghuni neraka disekelilingnya dan berkata“Wahai fulan, apa yang menimpamu? Bukankah kamu dulu menyuruh kami untuk berbuat baik dan mencegah kami dari kemungkaran?” Kemudian orang tersebut berkata, “Dahulu aku menyuruh berbuat kebaikan tapi aku tidak melakukannya dan aku mencegah perbuatan munkar namun namun aku melakukannya [HR. Bukhori dan Muslim dari Usamah din Zaid]

Dan seorang muslim/muslimah yang taat kepada Allah senantiasa berdo’a di dalam shalatnya agar dijauhkan dari kedua sifat tersebut. Do’a itu tercantum dalam surat Al-Fatihah ayat terakhir yaitu ayat ketujuh.

3. Berdakwah/Mendakwahkan (Dakwah Ilallah Untuk Memperbaiki

Kewajiban kita setelah berilmu dan beramal adalah mendakwahi manusia agar kembali ke jalan Allah Ta’ala. Dengan ilmu dan amal shalih kita menyempurnakan diri kita sedangkan dengan dakwah terwujudlah perbaikan di tengah-tengah ummat. Dengan ketiga hal ini, selamatlah seseorang dari kerugian sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah Ta’ala.

Dakwah ilallah harus dilandasi keikhlasaan hanya mengharapkan wajah Allah Ta’ala, bukan untuk kepentingan pribadi, golongan, partai apalagi berdakwah hanya sekedar untuk sukses meraih kursi pemerintahan wal’iyadzubillah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Serulah kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabbmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” [An Nahl: 125]

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin Rahimahul-lah menyebutkan bahwa ilmu dan bashirah yang dibutuhkan dalam dakwah adalah pengetahuan tentang hukum syar’i, pengetahuan tentang cara berdakwah dan pengetahuan tentang keadaan obyek dakwah.

Marilah kita lihat bagaimana metode Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam memerintahkan para shahabatnya untuk menjadikan tauhid sebagai prioritas utama dalam dakwah ketika mengutus Mu’adz bin Jabal ke Yaman beliau bersabda“Maka hendaklah hal pertama yang kamu sampaikan pada mereka adalah syahadat Laa ilaha Illallah (dalam riwayat lain, supaya mereka mentauhidkan Allah).” [HR. Bukhori dan Muslim]

 4. Bersabar (Sabar, Kunci Akhir Kebahagiaan)

Setelah kita mengetahui tiga kunci kebahagiaan berupa kewajiban berilmu, beramal dan berdakwah, maka kunci terakhir adalah kesabaran dalam menjalankan ketiga hal tadi. Allah Ta’ala menggambarkan kesabaran utusan-Nya dalam firman-Nya:

“Dan sesungguhnya telah didustakan rsul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat mengubah kalimat-kalimat Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu.” [Al An’aam: 34]

 Sabar ada 3 keadaan:

a)  Sabar dalam menjalankan keta’atan pada Allah Ta’ala,

b)  Sabar dalam menjauhi hal-hal yang diharamkan oleh Allah, dan

c)  Sabar terhadap takdir Allah yang terasa menyakitkan.

 C. HAL-HAL YANG DILARANG DALAM AGAMA ISLAM

  1. Mengkhususkan untuk salah seorang ahli waris.
  2. Menangisi orang mati dengan keras, meratapinya, menampar pipi, merobek pakaiannya, dan berpakaian hitam,
  3. Mengumumkan kabar kematian di tempat adzan, surat kabar, atau media apapun karena itu bid’ah dan merupakan kesia-siaan dan termasuk perilaku orang non-muslim.
  4. Datangnya para kyai ke rumah orang yang meninggal untuk membaca Al-Quran.
  5. Tidak boleh membuat makanan dan berkumpul mengadakan ta’ziah karena sama saja meratapi mayat.
  6. Tidak boleh membaca Al-Quran, berzikir, atau membaca maulid Nabi di atas kuburan karna Rasulullah dan para sahabat tidak melakukannya.
  7. Membuat gundukan tanah, membentangkan batu dan lain-lain di atas tanah, tidak boleh mencat dan membuat tulisan di atas kuburan, hukumnya haram.

 D. HAL-HAL YANG DIANJURKAN DALAM AGAMA ISLAM

  1. Mengerjakan shalat lima waktu.
  2. Berpuasa di bulan Ramadhan.
  3. Menghormati orang tua.
  4. Menyayangi sesama.
  5. Saling menghargai sesama umat beragama.
  6. Bersikap santun.
  7. Bertutur kata yang halus.
  8. Selalu berpikir positif.

 E.  HAK DAN KEWAJIBAN SESAMA MUSLIM

  1. Mengucapkan salam kepada muslim yang kita temui.
  2. Memenuhi undangan pesta atau jamuan.
  3. Menasihati saudara yang meminta nasihat.
  4. Mengunjungi orang sakit.
  5. Menghadiri dan menshalatkan jenazah.

DAFTAR PUSTAKA

(WARDAN/Annisa)

Pendaftaran Siswa Baru Pesantren Darunnajah