Search
Close this search box.

Hikmah Dibalik Musibah Gempa

blank

Tulisan berikut ini adalah transkrip dari ceramah yang disampaikan oleh KH. Jamhari Abdul Jalal, Lc di Pondok Pesantren Darunnajah Cipining Bogor Jawa Barat. Dengan tema Hikmah Dibalik Musibah Gempa

Kalau kita buka surat al-Isra’ ayat 16,

وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا

Apabila kami (Allah) menghendaki untuk menghancurkan sebuah negeri, kami perintahkan kepada orang-orang yang berfoya-foya untuk beriman (taat kepada Allah dan Rasul-Nya/menjalankan amal shaleh), namun mereka berbuat fasik, tidak mau beriman, tidak mau melakukan perbuatan-perbuatan baik, tidak mau melakukan shalat/ibadah, atau amal shaleh, maka Aku tetapkan mereka itu, kemudian Aku hancurkan kampung itu dengan hancur lebur.

Gempa yang terjadi di Sumatra Barat pada jam 17, kalau 17 ini dilihat di dalam al-Quran surat yang ke-17. Surat ke-17 adalah surat al-Isra’. Lebih 16 menit, kalau 16 menit itu kita lihat ayat yang ke-16, bunyinya Allah hancurkan lantaran apa? Orang-orang sudah tidak lagi mengindahkan perintah Allah, orang-orang sudah tidak suka dengan kebaikan, orang-orang sudah tidak suka dengan pengajian, lebih memilih dangdutan daripada pengajian, lebih memilih hiburan-hiburan daripada pengajian-pengajian. Kalau sudah seperti ini kondisi di kampung-kampung, yang terjadi adalah akan Aku (Allah) hancur leburkan mereka. Ternyata seperti itu. Apa yang terjadi di Sumatera Barat sebenarnya merupakan peringatan bagi kita agar kita tidak seenaknya mengikuti hawa nafsu, tidak suka terhadap hal-hal yang baik, tidak suka ibadah, hanya suka yang menghibur, yang menyenangkan. Yang seperti ini rawan sekali, diintip bencana terus, kapan akan terjadi kehancuran? Kalau di antara kita di lingkungan kita telah banyak orang yang tidak lagi menjalankan ibadah, tidak beriman, lebih percaya terhadap hal-hal yang sifatnya kasat mata, yang bisa dilihat dengan mata, daripada yang dilihat dengan hati, lebih suka memperhatikan hal-hal yang nyata daripada hal-hal yang gaib seperti perintah-perintah Allah Swt. dan Rasul-Nya, seperti peringatan-peringatan Allah Swt. dan Rasul-Nya, apabila sudah seperti ini, maka Allah akan menghancurkan kita. Ini bukan baru sekarang terjadi. Ini sudah terjadi sejak zaman para Nabi dulu. Bagaimana kaum Nabi Nuh as.? Bagaimana kaum Nabi Luth as.? Bagaimana kaum Nabi Ibrahim as.? Sejak zaman dahulu orang-orang yang tidak lagi mengindahkan perintah Allah Swt. dan Rasul-Nya untuk menjalankan kebaikan-kebaikan, Allah akan menghancurkan mereka. Gempa itu terjadi pada jam 17 lebih 16 menit. Ternyata dalam kondisi hiruk pikuk seperti itu ada gempa susulan. Terjadinya masih pada jam 17, tetapi menitnya sudah tidak lagi 16, tapi 58 menit. Dilihat lagi oleh orang, ada ayat apa di sana? Lagi-lagi, Allahu akbar, astaghfirullahal ‘adzim, ada peringatan lagi. Suratnya masih surat al-Isra’, tapi ayatnya ayat 58,

وَإِنْ مِنْ قَرْيَةٍ إِلَّا نَحْنُ مُهْلِكُوهَا قَبْلَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ أَوْ مُعَذِّبُوهَا عَذَابًا شَدِيدًا كَانَ ذَلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا

Ada lagi ayat lain. Yang ke-58 ini isinya bahwa desa yang akan dihancurkan oleh Allah Swt. sebelum hari Kiamat itu akan diberikan azab yang sangat pedih. Bagaimana bukan azab yang pedih? Seorang bapak kehilangan anak dan istrinya, seorang istri kehilangan suami dan anak-anaknya, seorang anak bapak dan ibunya sudah tidak ada lagi, tergencet tidak ada yang bisa menolong, tertindih reruntuhan tembok-tembok, teriak, “Tolong, tolong,” sampai habis suaranya tidak ada yang menolong, apa ini bukan azab yang pedih? Tiga atau empat hari masih hidup, tetapi tidak makan dan minum, terperangkap dalam sebuah ruangan. Ayat yang kedua ini memperkuat bahwa ternyata Allah Swt. menghancurkan suatu kampung lantaran mereka tidak mengindahkan perintah Allah Swt. Kita semua ini juga tidak mustahil pada saatnya nanti akan tiba giliran kita kalau kita tidak berusaha mendekatkan diri kepada Allah Swt., kalau kita tidak mau melakukan amar makruf, kalau kita tidak mengajak saudara-saudara kita untuk berbuat yang baik, kalau kita sudah cuek terhadap orang lain yang tidak mau shalat, “Ya biar sajalah, tidak usah mencampuri urusan orang lain. Urus saja urusan sendiri.” Kalau semua orang sudah seperti ini, musibah akan rawan mendatangi kita. Dan ingatlah bahwa musibah ini bukan hanya gempa. Allah Swt. mempunyai banyak cara untuk mengazab hambanya; bisa dengan angin puting beliung, bisa dengan hujan lebat yang menyebabkan longsor, bisa dengan banjir, bisa juga dengan air laut yang meluap seperti di Jakarta. Kita yang berada di gunung seperti ini bisa saja tiba-tiba terkena longsor dan sebagainya. Kita juga kaget saat dua tahun yang lalu jalan yang di sana itu turun, longsor, tapi belum benar-benar longsor, yang berada di depan pak Basri ke sana itu yang sekarang dikasih seperti itu, itu dulu longsor, turun, ada dua puluh senti lebih, padahal tidak banjir. Kalau itu longsor terus, apalagi didukung dengan hujan yang lebat, rumah-rumah yang berada di sana itu tidak tahu kemana? Ke bawah sana semua. Kok bisa? Kalau menghendaki sesuatu, Allah tidak pernah mengalami kesulitan. Kita yang lagi tenang seperti ini digoyangkan oleh Allah sehingga berjatuhan mati semua, seperti itu juga bisa saja terjadi.

Inilah anak-anak sekalian. Tidak ada jalan lain kalau kita ingin selamat, kecuali kita jalani saja perintah Allah Swt. dan Rasul-Nya dan kita hindari apa yang dilarang. Kalau apa yang dilarang itu kita jauhi, kita akan selamat. Kita akan dilindungi oleh allah Swt. Para malaikat akan diperintahkan untuk melindungi kita. Tapi kalau hanya diri kita sendiri yang melakukan itu semua sementara lingkungan kita tidak melakukan seperti kita, kita juga akan terbawa, seperti di Sumatera Barat. Apakah di sana tidak ada orang Islam? Di sana banyak orang Islam. Apakah di sana tidak ada orang shaleh? Di sana banyak orang shaleh. Apakah di sana tidak ada orang yang beribadah? Banyak orang yang beribadah. Tapi kenapa terjadi seperti itu? Yang tidak beribadah lebih banyak, yang tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya lebih banyak. Apalagi kehidupan sekarang, orang mau kerja saja harus membayar, nyogok. Orang mau daftar kerja harus membayar. Kalau tidak membayar, tidak diterima. Ini semua adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang. Mau menjadi anggota DPR, anggota legislatif, harus mau membayar orang-orang. Banyak sekali perbuatan terlarang yang seakan-akan tidak dilarang karena sudah umum dilakukan. Dalam kondisi seperti ini kita memang harus hati-hati. Contoh, kalau di lingkungan kita orang-orang biasa memegang oli semua, sekalipun baju kita putih bersih, kita akan rentan tersenggol orang-orang yang belepotan oli tersebut. Kalau di lingkungan kita terdapat orang-orang yang belepotan dengan lumpur, misalnya, sedangkan kita berada di situ, seputih apapun celana kita, bahkan mungkin baju dan kopyah kita juga putih, maka baju dan celana kita yang putih itu tidak lama akan terkena juga, tersenggol dengan orang-orang yang belepotan lumpur tadi. Terus apa yang harus kita lakukan? Di dalam ayat suci al-Quran disebutkan,

قوا أنفسكم وأهليكم نارا

Dalam kondisi seperti ini yang harus kita lakukan adalah menjaga diri dan keluarga kita dari siksa neraka. Jaga dirimu jangan sampai melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang! Jaga juga keluargamu! Siapa keluarga itu? Bapak kita adalah keluarga kita. Ibu kita keluarga kita. Kakak kita keluarga kita. Adik kita juga keluarga kita. Bahkan adik bapak itu juga keluarga. Kakak bapak kalau ada juga keluarga. Kita kembangkan; kakak atau adik ibu itu juga keluarga. Bapak kita punya bapak, artinya kakek, itu juga keluarga. Ibu kita punya bapak punya ibu, itu juga keluarga. Setelah kita menjaga diri kita, kita jaga keluarga kita. Jangan sampai ada keluarga kita yang tidak ibadah, yang tidak beriman. Kalau di antara keluarga itu ada orang yang tidak beriman, ia bisa mempengaruhi yang beriman. Itu seperti ada orang yang memegang lumpur di sekelilingnya. Misalnya, di antara sekian banyak orang ini ada dua atau tiga orang yang memegang lumpur di tengah-tengah, bajunya, tangannya, kakinya, belepotan lumpur, maka yang bajunya bersih pun kemungkinan akan tersenggol olehnya. Apabila di dalam keluarga kita ada orang yang tidak shalat, kemungkinan akan diikuti oleh yang lain. Yang tadinya rajin shalat gara-gara melihat bapaknya tidak pernah shalat, akhirnya ikut tidak shalat. Itu akan berpengaruh kepada yang lain. Bukan hanya itu yang kita takutkan. Tetapi tentunya azab juga akan diturunkan oleh Allah Swt. Allah Swt. akan mengazab apabila di situ banyak orang melakukan dosa. Allah Swt. akan menurunkan balasan. Di dalam keluarga kita juga kalau banyak yang melakukan dosa, artinya yang diperintahkan Allah tidak dilakukan, sedangkan yang dilarang justru dilakukan, maka dalam keluarga kita nanti juga akan diazab oleh Allah Swt. Jika di dalam satu desa ada yang shaleh, namun banyak yang tidak menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah Swt. dan yang dilarang malah dijalankan, desa tersebut akhirnya juga akan dibalas dengan azab dari Allah Swt. Gempa-gempa yang baru saja terjadi ini sebenarnya merupakan peringatan dari Allah Swt.

Dilanjutkan gempa di Jambi. Gempa di Jambi terjadi pada jam 8 menit ke-52. Angka 8 ini kalau kita buka al-Quran surat yang ke-8 itu nama suratnya adalah surat al-Anfal. Kemudian menitnya 52, kalau kita buka surat al-Anfal ayat yang ke-52 ternyata bunyinya adalah,

كَدَأْبِ آَلِ فِرْعَوْنَ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَفَرُوا بِآَيَاتِ اللَّهِ فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Anak-anak pernah mendengar kisah Fir’aun? Fir’aun itu satu raja yang sangat tinggi kekuasaannya, bahkan orang-orang diperintahkan supaya mengakui Fir’aun sebagai tuhannya. Kekuasaannya luar biasa. Ia kaya dan mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas. Mana ada sekarang presiden yang memiliki kekuasaan tidak terbatas? Di Amerika saja kekuasaannya dibatasi, tidak bisa seenaknya. Ini Fir’aun. Namun demikian, apa yang terjadi pada Fir’aun? Fir’aun akhirnya mati tenggelam. Bala tentaranya yang hebat-hebat yang bisa membunuh orang dalam sekejab mata akhirnya ditenggelamkan di dalam lautan. Kita jangan pernah merasa bahwa kita ini hebat, punya posisi, punya kedudukan yang tinggi, sebagai pimpinan, sebagai direktur, sebagai presiden, sebagai menteri, sebagai bupati, sebagai lurah, sebagai ketua RT/RW, sebagai kepala rumah tangga, misalnya, mempunyai kedudukan. Fir’aun kurang apa? Hancur. Jangan merasa kita mempunyai segalanya. Kita mempunyai harta benda. Kita mempunyai apa saja yang orang lain tidak punya. Mobil yang terbaru pun punya. Kemudian kita bangga dan berbuat seenaknya. Oleh Allah diperintahkan shalat, tidak mau shalat. Oleh Allah diperintahkan untuk zakat, tidak mau zakat, apalagi shadaqah dan lain sebagainya. Apabila kita tidak mau berbuat baik, maka kita akan dihancurkan. Kurang apa si Qarun? Qarun lebih kaya daripada konglomerat yang ada di dunia. Dia juga hancur ditelan tanah. Kita jangan merasa hebat karena mempunyai posisi yang tinggi. Mungin anak-anak belum ke tingkat itu, tapi merasa “Bapak saya adalah lurah di kampung ini.”, “Bapak saya adalah ketua RW.”, “Bapak saya adalah camat.”, “Bapak saya adalah bupati.” Jangan pernah kita merasa hebat seperti itu. Fir’aun kurang apa? Allah tidak takut karena semua itu yang menciptakan adalah Allah Swt. Apa yang dimiliki sebenarnya adalah milik Allah, maka ia pun dihancurkan oleh Allah Swt. Untuk menghancurkan kita sama sekali tidak sulit bagi Allah Swt. Pada zaman Nabi Nuh as. orang-orang tersenyum sinis pada Nabi Nuh as., musim kemarau disuruh membuat kapal. Lagi pula tidak ada laut, tidak ada sungai, membuat kapal untuk apa? Akhirnya di antara mereka ada juga yang taat karena Nuh merupakan Nabi yang harus ditaati. Kemudian Allah menurunkan hujan sehingga terjadi banjir besar. Orang-orang yang taat naik ke dalam perahu. Mereka selamat. Sedangkan orang-orang yang katanya sebagai pemimpin besar, orang kaya, dan orang pintar, hanyut semuanya, mati semuanya.

Jadi, anak-anak sekalian, kita harus selalu berjuang untuk menyebarkan kebenaran, berjuang untuk mengajak orang-orang berbuat baik, berjuang terus agar orang-orang melakukan ibadah. Kalau orang-orang di desa-desa ini sudah melakukan perbuatan baik, beriman, beribadah, dan beramal shaleh, maka Allah menjanjikan kepada mereka bahwa Allah akan menurunkan keberkahan-keberkahan di dalam hidup mereka.

Firman Allah Swt.,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

Jika sekiranya orang-orang di kampung ini beriman dan bertakwa, maka akan Aku bukakan untuk mereka keberkahan-keberkahan dari langit dan dari bumi. Bagaimana akan mendapatkan keberkahan, bagaimana akan mendapatkan kemudahan di dalam hidup ini, sedangkan perintah shalat saja tidak dilaksanakan? Apalagi tolong menolong, apalagi shadaqah, apalagi zakat, shalat saja yang hanya sekedar tenaga tidak dilaksanakan. Maka pantas kalau kemudian hidupnya tidak pernah tercukupi, hidupnya kekurangan terus, miskin terus. Anak keturunannya juga akan terus menerus miskin jika tidak mampu berubah menjadi orang yang beriman dan bertakwa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Kita, anak-anak yang sekolah ini, kita harus lebih baik daripada orang tua kita. Anak-anak harus lebih baik daripada bapak dan ibunya. Setuju? Atau cita-citanya sama saja dengan bapak dan ibunya? Terlalu kecil kalau cita-cita kamu seperti itu. Masing-masing harus lebih baik daripada bapak dan ibunya. Jangan katakan, “Ya, bapak saya kaya raya, bagaimana saya bisa menyaingi bapak saya?” Kamu masih punya waktu untuk berdoa. Kamu masih punya waktu untuk sekolah. Kamu masih punya waktu untuk terus menerus memohon kepada Allah Swt. Insya Allah dengan kita meningkatkan ibadah kita, meningkatkan iman kita, ketakwaan kita kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya, kita akan diberikan keberkahan dan rahmat oleh Allah Swt.

Anak-anak sekalian, saya ingin anak-anak mencatat, gempa di Padang itu terjadi pada jam 17 lebih 16, nanti coba kamu buka surat yang ke-17 ayat yang ke-16. Surat 17 itu surat al-Isra’ ayat 16. Gempa susulannya adalah jam 17 lebih 58. Kamu buka lagi. Kamu pahami artinya. Peringatan semuanya. Kemudian gempa berikutnya pada hari berikutnya di Jambi pada jam 8 pagi. Gempa itu terjadi saat hujan lebat. Gempa 7,0, kalau tidak salah. Goyang, mau bertahan di rumah takut kejatuhan tembok, takut kejatuhan atap. Keluar dari rumah, hujan lebat. Mau kemana? Keluar. Hujan lebat, dingin jam 8? Sudah tidak sempat berpikir cari payung. Rumahnya sudah gonjang-ganjing. Anak kecil teriak pun ditinggal saja, “Masa bodoh.” Kalau punya anak kecil juga karena kondisi seperti itu tidak sempat dibawa. Bisa jadi orang yang sedang hamil, melahirkan tidak terasa. Takut. Orang yang sedang menyusui anak kecil bisa jadi dilepas, ditinggal lari. Bisa saja terinjak. Tapi mau keluar, hujan lebat. Allahu akbar. Apa itu bukan azab syadid (siksa yang sangat pedih)? Ya, itu termasuk azaban syadidan (siksa yang sangat pedih). Ini merupakan pelajaran bagi kita. “Ya Allah, lindungilah kami orang-orang Bogor barat ini khususnya. Jangan sampai menjadi sasaran berikutnya.” Maka marilah kita coba sampaikan kepada orang lain yang kamu bisa sampaikan. Sampaikan pada keluargamu, “Kata pak kyai, ‘Gempa yang ada di Padang kemarin adalah peringatan dari Allah, karena selama ini masyarakat sudah tidak mengindahkan lagi masalah keimanan, masalah ibadah, masalah amal shaleh, sehingga Allah menurunkan azab-Nya seperti itu.’ Dan yang lebih mengerikan lagi, ini semakin bertambah hari semakin bertambah banyak, katanya. Jadi musibah-musibah ini bukan semakin bertambah hari kemudian semakin berkurang. Tidak. Frekuensinya semakin tinggi. Kalau kita tidak cepat-cepat menyelamatkan diri kembali kepada Allah Swt., menjalani perintah-perintah Allah, bisa saja sekalipun kita di sini mungkin kebetulan lagi ke sana, lagi bermalam di hotel dan sebagainya. Memang enak bermalam di hotel, tetapi kalau sudah gempa seperti itu, tergencet apanya yang enak?

Inilah anak-anak sekalian. Jadi peristiwa-peristiwa seperti itu mengingatkan kita agar kita kembali kepada Allah Swt. Tadi saya ingatkan, masing-masing mengingatkan teman-temannya supaya ikut pengajian agar tahu bagaimana kita hidup ini, apa yang harus dilakukan. Maka mari kita kembali kepada ajaran agama kita.

Baiklah sekian saja, mudah-mudahan Allah Swt. senantiasa memberikan petunjuk kepada kita ke jalan yang lurus. Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang diselamatkan oleh Allah Swt.

Tulisan ini adalah transkrip dari ceramah yang disampaikan oleh KH. Jamhari Abdul Jalal, Lc di Pondok Pesantren Darunnajah Cipining Bogor Jawa Barat. Dengan tema Hikmah Dibalik Musibah Gempa

Pendaftaran Siswa Baru Pesantren Darunnajah