Didalam mengajar, Toriqoh (metode) ini yang harus betul-betul diperhatikan dan difikirkan.
Saya merasakan banyak metode ketika saya belajar dibeberapa sekolah. Seperti ketika saya kecil, saya sekolah di Madrasah.
Itu berbeda caranya, banyak hafalan, seperti halnya menghafal sambil bernyanyi. Dengan berbagai macam metode yang digunakan maka semakin banyak materi yang berhasil disampaikan.
Mengajar bahasa itu bukan dengan cara diterjemahkan! Tetapi langsung tunjukkan dan sebutkan nama bendanya!
Guru bahasa harus punya kamus. Perintahkan para santri untuk keliling asrama, dan menuliskan kosa kata baru yang belum mereka ketahui sebelumnya.
Setelah itu, ajarkan mereka agar berani bertanya kepada para guru. Dan ketika mereka berjalan maka manfaatkan untuk berbicara bahasa.
Jangan biarkan anak-anak ngobrol ketika guru sedang menjelaskan di kelas. Anak yang ngobrol dikelas, pasti tidak bisa mendengarkan apa yang sedang gurunya bicarakan.
Jangan anak ngobrol dibiarkan saja. Guru harus memberhentikan anak ketika mereka sedang ngobrol dan tidak memperhatikan guru.
Metode mengahafal pelajaran juga perlu diperhatikan. Gunakan metode yang sesuai, jangan salah metode.
Salah satu caranya yaitu dengan cara:
Jika santri menemukan kosa kata baru dan belum pernah mereka dengar sebelumnya atau dinggap asing, maka kalimat tersebutlah yang wajib diulang-ulang.
Maka pilihlah Kalimatan fa kalimatan (kata perkata) untuk dihafal.
Jangan malah kalimat yang sudah familiar yang diulang-ulang. Itu akan membuang banyak waktu.
Tingkatan berikutnya adalah Jumlatan fa jumlatan (kalimat perkalimat), jika sudah maka silahkan dilajutkan dengan cara satron fa satrin (bait perbait), atau ayatan fa ayatan (ayat perayat).
Jangan sampai anak disuruh mengikuti dari awal sampai akhir, hal tersebut akan menyulitkan anak untuk menghafal.
Dan jangan sampai salah menerjemahkan sebuah ayat, maka harus berhati-hati.
Semua materi yang diajarkan memiliki metode yang berbeda-beda. Seperti pelajaran IPS, bagaimana caranya anak bisa menghafal singkatan-singkatan yang ada dipelajaran, maka dibuat unik.
Juga ketika mengajar Matematika. Ketika mengajar pelajaran ini, maka yang perlu diperbanyak adalah evaluasi atau mengoreksi.
Begitu juga guru pengajar bahasa, harus memperbanyak soal dan dikoreksi. Guru mengajar tidak pernah ada koreksian, maka dijamin dia tidak akan pernah maju.
Menjadi seorang guru itu banyak untungnya. Seperti halnya, kita mengajar anak mempraktekkan kita dapat pahala. Orang lain meniru cara mengajar kita, kita juga dapat pahala.
Maka saya berharap, didalam acara IHT (In House Training) ini, guru-guru bisa bertukar informasi dan pengalaman.
Jangan hanya mendengar narasumber berbicara, tetapi juga harus aktif bertanya, agar saling menguntungkan. Sekali lagi, ikuti IHT ini dengan serius. (WARDAN/Mbafer)