Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Sepenggal Kisah Alumni Darunnajah Cipining di Pakistan

Masjid Shah Faishal Pakistan
Masjid Shah Faishal Pakistan

Sepenggal Kisah Alumni Darunnajah Cipining di Pakistan- Rasanya baru kemarin aku mendengar motivasi tentang kuliah diluar negri dari pak Kyai dan asatidz pada pembekalan orientasi kampus. Di sana banyak dibahas hal positif dan keuntungan bilamana kita bisa berhasil meneruskan belajar di negeri orang. Aku melihatnya bahwa tidak semua orang antusias untuk mau meneruskan kuliahnya di luar negeri .

Jalan hidup setiap orang yang ditempuh memang tidaklah sama, mungkin ada yang memiliki mimpi besar yang sama untuk meneruskanya diluar negri namun kendala perihal izin atau biaya menjadi penghambatnya, atau ada juga yang diberikan izin dan biaya yang berkecukupan namun hatinya memilih untuk meneruskan kuliah didalam negeri dengan fakultas masing-masing yang telah di idam-idamkanya.

Tapi semua hasil dari orientasi mahasiswa yang diadakan asatidz ku di pondok kala itu, membuat keyakinan ku untuk hijrah belajar ke negri orang makin mantap . Walau rasa minder menggelayut  hebat dalam hati, karena aku adalah salah satu santri yang tidak terlalu baik dalam hal akademik, tapi semuanya aku serahkan pada Allah sang penentu jalan hidup

Masjid Shah Faishal Pakistan
Masjid Shah Faishal Pakistan

Seperti biasa, setiap hari kamis malam jumat kami para santri berkumpul ke Jami’ (Masjid)  untuk tahlil, yasin dan muhasabah bersama. Menurut ku hal terindah malam Jumat adalah muhasabah yang dipimpin oleh para asatidz kami ini. Melihat semua santri berpakaian serba putih, sambil melafadzkan asma’ Allah, bermuhasabah, tadarus Al Quran dan lain sebagainya. Membuatku selalu merindukan moment ini ditiap malam Jumat nya.

Kala itu, semuanya berdoa , bermunajat pada Allah akan hajat-hajat mereka , serta bermuhasabah. Dosa kepada orangtua, guru , dan terpenting dosa-dosa kita selama ini. Tangis haru setiap minggu nya ini , layaknya vitamin semangat untuk kami para santri . Untuk menjalani aktivitas seminggu kedepan.

Entah ini malam jum`at keberapa aku ikut muhasabah bersama santri lainya, malam kala itu sangat spesial , karna ibu Kyai kami ikut menemani dan sama-sama ikut muhasabah bersama kami. Selesainya kegiatan tersebut yang paling kami tunggu adalah selipan cerita dari beliau . Entah cerita tentang hadirnya Syeikh ke pondok Darunnajah Ulujami, kegiatan gontor, atau membahas tentang keputrian dll. Namun kali ini ibu membawa kabar bahwa anak perempuanya yg ke 3 (Usth. Muna) telah sampai di Pakistan untuk meneruskan jenjang kuliahnya, tepatnya di IIUI (International Islamic University Islamabad)

Kampus Banat International Islamic University of Islamabad (IIUI) Pakistan
Kampus Banat di International Islamic University of Islamabad (IIUI) Pakistan

Selepas mendengar cerita ibu tentang Usth. Muna di Pakistan, batin ku bergumam. “Allahumma Shali’ A’la Muhammad, Bismillahirrahmanirrahiim, dimulai dari sini aku harus berusaha berangkat ke sana”

Selepas genap setahun aku ikut belajar mengajar di pesantren ku , biasa orang menyebutnya mengabdi. Aku memutuskan untuk mengabdikan diriku kepada keluarga di  rumah, dan pastinya mempersiapkan diri untuk keberangkatan yang entah kapan kepastianya. Aku telah mengirim berkas ke panitia penerimaan mahasiswa baru di Islamabad 5 bulan setelah aku lulus (wisuda). Dan kini hampir setahun aku menunggu keberangkatan yang belum ada kepastianya sama sekali .

Aku mengisi kegiatan dirumah dengan mengajar di Mts dekat rumah, melanjutkan kuliah ku di daerah Parung Bogor, dan mengasah bahasa Arab dan Inggris dengan mengikuti les di daerah Depok. Alhamdulillah, 6 bulan berlalu dengan kegiatan di rumah. Allah izinkan aku berangkat ke Negri Bapak Ali Jinnah itu. Menunggu kurang lebih setahun penuh keberangkatan rasanya tidak adil untuk ku. Tapi semuanya menjadi pengalaman yang sangat berharga. Didalamnya terdapat banyak pelajaran hidup. Secara tidak langsung Allah mengasah kesabaranku dulu, Allah juga menginginkan aku memperbaiki diri sebelum berangkat, Allah juga mau aku berbakti secara langsung dirumah kepada bapak dan ibu . Sebentar menjadi contoh (teladan) sebagai kakak perempuan dirumah.

Setelah mendapat informasi dari pihak Kedutaan Pakistan bahwa visa study ku keluar, yang menjadi permasalahan selanjutnya adalah biaya. Ketika itu baru saja ketiga adik perempuanku naik tingkat sekolah kejenjang yg lebih tinggi. Adik setelah ku, Alhamdulillah diterima lewat jalur SBMPTN di UIN Jakarta, kemudian yang ke tiga naik ke kelas 5 MI dan yang terakhir si kecil sudah mendaftar untuk sekolah PAUD didalam komplek rumah . Semuanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Aku tahu keuangan rumah bagaimana, aku adalah saksi bagaimana bapak dan mama selalu berusaha keras untuk mencukupi kebutuhan wajib dirumah. Hutang sana-sini untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari . Rasa bahagia bercampur kebingungan menjadi satu tumpah ruah dalam hati . Bahagia karna Allah telah menginzinkan ku untuk bisa berangkat melanjutkan study dan bingung akan biaya yang harus terpenuhi darimana datangnya.

Diam-diam tanpa aku dan mama tau, bapak sudah mempersiapkan segala biaya pendidikan ku untuk meneruskan kuliah di sana. Beliau juga banyak menasihati ku sebelum berangkat ke Pakistan. Pula Alhamdulillah, aku mendapat bantuan dana, koper dan beberapa jaket musim dingin dari Bapak Jafar Hafsah dan istri, beliau adalah atasan bapak yang dulu pernah bekerja di Kementrian Pertanian (pensiun), pula aku mendapat bantuan dana dari tante-om dan pakde-budhe ku yang semuanya tidak terfikirkan olehku akan bisa mencukupkan keberangkatan ku ke sini. Semoga mereka semua mendapat balasan kebaikan dunia dan akhirat yang lebih banyak , berkah dan thayyibah dari Allah swt. Aamiin Ya Robbal Alamiin.

Inilah yang disebut Idza shadaqal azmu wadhoha assabiil (kalau sudah punya tekad yang kuat pasti ada saja jalanya) , kalau Allah sudah ridho akan suatu hal,dan kita juga memiliki niat (tekad) yang kuat maka Allah memudahkan jalanya .

Sabtu, 14 Januari  2017 sekitar pukul 11 malam, aku dan ketiga mahasiswa baru lainya tiba di negeri Pakistan. Sebelumnya kami sudah saling bertemu saat pengambilan visa study di Jakarta. Yang pertama adalah Abang Taufiq Maulana dari Bengkulu, beliau akan meneruskan S2, kemudian Abang Habib dari Kebumen, beliau meneruskan S1 di fakultas yang sama dengan ku yaitu Islamic Studies dan yang terakhir adalah Abang Haisyam dari Bandung yang akan meneruskan S2 nya di IIUI.

Malam itu kami dijemput di bandara Benazzir Buttho di daerah Rawalpindhi oleh kakak-kakak panitia penerima mahasiswa baru. Mereka semua sudah menunggu pesawat kami dari 2 jam yang lalu.

Malam itu aku disugguhkan pemandangan Rawalpindhi-Islamabad (jaraknya kira-kira seperti dari Depok-Ragunan), jalan begitu ramai dengan mobil truk-truk besar berwarna warni cantik dengan banyak hiasan dan lukisan. Katanya, orang Pakistan memang menyukai pernak pernik dan warna-warni yang penuh seni. Tidak sedikit juga aku lihat banyak rumah penduduk yang di hiasi oleh lampu kelap-kelip kala malam. Begitu cantiknya. Malam itu.. rasanya aku masih belum percaya bahwa aku sudah sampai disini, di Pakistan ini.

Pakistan Monument
Pakistan Monument

Malam, sekitar pukul 01.00 Aku sampai di Islamabad, tepatnya di I-10/2 street 6 yang katanya itu adalah rumah kediaman Ust. Eris dan Usth. Ebira . Beliau berdua adalah mahasiswa IIU yang telah berkeluarga. Dan ternyata Usth. Ebira adalah putri dari  kyai pesantren Rafah Bogor. Aku diungsikan malam itu di rumah Usth. Ebir karena female hostel  tidak mengizinkan mahasiswi yang terlambat datang lebih dari jam 10 malam untuk masuk ke hostel. Maka dari itu satu malam aku diistirahatkan di kediaman Ust. Eris.

Keesokan paginya,  aku diajak berkeliling mencari sarapan pagi di daerah I-10/2, kakak-kakak mengajakku membeli makanan khas Pakistan, yaitu Paratha (sejenis roti, mirip dengan roti Maryam) dan lauknya Chicken Karahi (ayam yang dimasak dengan bumbu Pakistan) yang dijual hanya pada pagi hari saja. Aku juga disuguhkan Chai, yaitu minuman khas Pakistan terbuat dari susu asli yang dicampur dengan teh dan beberapa rempah. Betapa nikmatnya ..

Setelah itu aku dan kakak-kakak yang lainnya mengantarkan ku ke hostel, berangkatlah kami diantar mobil Ust. Eris. Ketika hendak masuk hostel ternyata aunty (sebutan penjaga hostel banat) sedang mood memeriksa card hostel mahasiswi yang hendak masuk. Sedangkan aku, adalah anak baru dengan koper dan tas dipundak. Alhasil aku dilarang masuk hostel. Tapi kakak- kakak yang lain memaksakan aku untuk masuk. Lucunya, kak Dea pura-pura melobby aunty nya. Kemudian ka Almas menarikku dan koper serta tas ku kekamar. Jantungku hampir copot karna aunty mengejarku dan menarik-narik tasku agar keluar. Alhamduillah, akhirnya aunty memperbolehkan aku masuk. Dan aku disuruh berjanji untuk secepatnya mendaftar hostel dan kampus .

potret hostel A kamar 68, kamar ku kini
Potret Hostel A Kamar 68, Kamar Ku Kini

Puncak musim dingin menyambut kehadiran ku di Islamabad, 6 hingga -1 derajat celcius menyapa bersaut-sautan hingga kiranya tak bisa kupungkiri bahwa fisik ku belum siap menerima musim dingin kala itu. Perubahan wajah, kulit hingga urine ku banyak berubah. Mimisan tiap hari rasanya sudah biasa.

 

Kedatangan ku bulan Januari ini, adalah masa adaptasi diri dengan lingkungan sekitar, dengan lingkungan hostel , teman-teman PPMI Pakistan,  dan waktu yang tepat untuk memenuhi kebutuhan sebelum masuk kuliah. Aku belum bisa masuk kuliah, karena Januari sedang masa final exam untuk IIU. Pembukaan pendaftaran baru dibuka ketika semua final exam sudah selesai. Akhirnya aku baru bisa masuk kelas sekitar bulan Februari awal. Itupun ternyata aku harus menempuh kelas bahasa Arabic Mutawasit dan Mutaqaddim sekitar 8 bulan.

Bersama Teman-Teman Pakistan di Kelas Bahasa
Bersama Teman-Teman Pakistan di Kelas Bahasa

Sambil menunggu masuk kelas kala itu, aku banyak mengisi hari-hari dengan mengikuti banyak kegiatan aktif PPMI dan IKPM. Ada kajian mahasiswa tentang fakultasnya masing-masing ,  kumpul oraganisasi Islamabad Menulis, tidak tertinggal trip bersama kaka kaka IKPM dan PPMI, juga jalan-jalan sliweran mengelilingi kota Islamabad.

Alhamdulllilah sejak bulan September awal aku sudah masuk kelas semester 1 fakultas Ushuluddin (Islamic Studies). Dan bulan ini sedang diadakanya MID TERM awal. Mohon doanya agar bisa mendapat hasil sesuai yang diharapkan dan ilmunya bermanfaat untuk diri ini sendiri pula orang lain.

Akhir kata, bermimpilah setinggi mungkin. Bangun doa dimulai dari keinginan itu menguasai hati mu. Dan pastinya usahakan segalanya. Allah akan melihat sebesar apa keinginan kita untuk meraih mimpi tersebut  Insha Allah semuanya tercapai atas izin Nya..

(Wardan/husni.yousuf)

Kegiatan PPMI/IKPM 2017-2018

Hiking Gunung Miranjani
Hiking Gunung Miranjani

 

Sarasehan Bersama Bapak Ibu Dari DPR-RI yang Sedang Berkunjung ke Islamabad
Sarasehan Bersama Bapak Ibu Dari DPR-RI yang Sedang Berkunjung ke Islamabad
mengisi kajian Pada bulan Ramadhan
Mengisi Kajian Pada Bulan Ramadhan
Hari Ied Fitri Mubarak di Mushalla KBRI
Hari Ied Fitri Mubarak di Mushalla KBRI
Seminar Izzatul Islam fil A’lam Bersama Dosen Dari Mesir
Seminar Izzatul Islam fil A’lam Bersama Dosen Dari Mesir
Memperingati Hari Kartini Bersama Mahasiswi Asing
Memperingati Hari Kartini Bersama Mahasiswi Asing

Pendaftaran Santri Baru