Proses masuknya Islam ke Nusantara, terdapat beberapa teori. Teori Mekkah oleh Prof. Dr. Buya Hamka, Teori Persia oleh Prof. Dr. Abubakar Atjeh, Teori Cina oleh Prof. Slamet Mujana, Teori Maritim oleh NA. Baloch dan Teori Gujarat oleh Orientalis Belanda Snouck Hurgronje[1]. Terkait mana yang lebih mendekati kebenaran, bukan di sini pembahasannya”.
Sejarah mencatat bahwa misi dakwah Islam secara khusus pernah dikirim ke Tanah Jawa atas perintah Sultan Muhammad I yang saat itu menjadi penguasa Turki Utsmani (1394-1421 M). Sultan Muhammad I dilahirkan pada 781 H/1379 M dan wafat pada 824 H/1421 M. Sultan Muhammad I dikenal juga dengan nama Muhammad Jalabi. Ia diangkat menjadi penguasa Daulah Utsmaniyah sepeninggal ayahnya, Bazayid I. Pada saat memerintah, ia telah ikut terjun dalam 24 pertempuran dan di tubuhnya ada 40 bekas luka[2].
Pada saat Majapahit telah mengalami keruntuhan setelah jaya akibat perang saudara, yang terkenal dengan sebutan Perang Paregreg, para saudagar Gujarat menyampaikan perkembangan keadaan di Nusantara, khususnya Jawa, kepada Sultan Muhammad I. Kemudian dikirimlah tim dakwah berjumlah 9 tokoh dari berbagai negeri di wilayah Kesultanan Turki Utsmani.
Tidak ada seorang pun di antara 9 tokoh ini yang berasal dari pribumi Jawa. Sultan Muhammad I memberangkatkan tim dakwah ke Tanah Jawa yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim. Tim dakwah yang berjumlah 9 tokoh inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan Walisanga angkatan pertama. Secara lengkap anggotanya sebagai berikut:
- Maulana Malik Ibrahim (Turki), ahli irigasi dan tata negara. Tinggal di Gresik dan wafat tahun 1419 M.
- Maulana Ishaq (Samarkand, sekarang Uzbekistan), ahli pengobatan. Maulana Ishaq berdakwah di Jawa Timur. Ketika menjelang wafat, ia hijrah ke Pasai dan akhirnya meninggal di sana.
- Maulana Ahmad Jumadil Kubra (Mesir).
- Maulana Muhammad Al-Maghribi (Maroko).
- Maulana Malik lsra’il (Turki), ahli mengatur negara.
- Maulana Muhammad Ali Akbar (Persia, sekarang Iran), ahli pengobatan.
- Maulana Hasanuddin (Palestina).
- Maulana Aliyuddin (Palestina).
- Syekh Subakir (Persia, sekarang Iran), ahli ruqyah; mengatasi daerah angker yang dihuni Jin Jahat[3]
Kerajaan Islam Demak Bintara adalah kerajaan Islam pertama dan terbesar di seluruh tanah Jawa. Sebuah kerajaan yang juga disebut dengan Daulah Islamiyah itu, meskipun berusia tidak sampai seabad, namun memiliki pengaruh besar bagi perkembangan umat Islam Indonesia. Dilanjutkan oleh Kerajaan Pajang, Kerajaan Mataram Baru, sampai Kerajaan Kartasura, dan pengaruh proses Islamisasi daerah lainnya, hingga kini umat Islam Indonesia menjadi mayoritas.
Masa pemerintahan Kerajaan Islam Demak Bintara berlangsung selama sekitar 68 tahun, yaitu antara tahun 1478-1549 M. Dalam masa puncak kejayaannya itu, dipimpin oleh empat penguasa lslam, yaitu Raden Fattah (1478-1518) selama 30 tahun, Patih Yunus atau Patih Unus (1518-1521) hanya selama 3 tahun, Sultan Trenggono (1521-1546) selama 25 tahun, dan Sunan Prawoto (1546-1549) selama 42 tahun18.
Pembagian wilayah dakwah ditetapkan menjadi tiga bagian, yaitu Jawa bagian barat, tengah, dan timur;
- Syekh Maulana Malik Ibrahim mengemban amanah dakwah bersama Maulana Ishaq dan Maulana Ahmad Jumadil Kubra di Jawa bagian timur.
- Maulana Muhammad Al-Maghribi dan Maulana Syekh Subakir memulai dakwah di bagian tengah Jawa.
- Maulana Malik Isra’il, Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin, dan Maulana Aliyuddin memulai dakwah di Jawa bagian barat.
Foot Note:
[1] Api Sejarah. Ahmad Mansur Suryanegara. hlm. 99-102
[2] Lihat: Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Prof. Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi, hlm. 77
[3] Lihat: Misteri Syekh Siti Jenar. Prof. Dr. Hasanu Simon, hlm. 52.
[WARDAN/DR]