DARUNNAJAH.COM – JAKARTA, Strobist Photography merupakan tehnik fotografi dengan menggunakan flash OFF CAMERA yaitu flash tidak terpasang atau nempel pada kamera. Dengan menempatkan flashoff camera akan mendapatkan banyak sekali keuntungan dibandingkan menggunakan flash dengan cara konvensional, yaitu menggunakan di atas kamera.
“Bagaimana menghasilkan foto yang WOW dengan alat yang sederhana?”
Pada umumnya teknik Strobist sering digunakan dengan kamera SLR maupun DSLR. Penggunaan flash yang tidak terpasang langsung pada kamera memungkinkan fotografer untuk lebih kreatif dalam hal lighting (pencahayaan). Sering kali Strobist dilakukan dengan lebih dari satu flash, lebih sering dengan dua sampai tiga lampu kilat atau bahkan lebih tergantung peralatan yang dimiliki. Namun jika hanya menggunakan satu flash, sudah termasuk dalam teknik Strobist selama flash tidak terpasang pada kamera.
Penggunaan strobist dengan lampu flash eksternal merupakan salah satu alternatif terjangkau bagi yang ingin memotret model, tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk kualitas foto.
“Foto yang bagus bukan dari kualitas tapi dari kreatifitas”
Sekilas bagi yang tidak terbiasa, fotografi Strobist terlihat lebih merepotkan. Namun percayalah, hasil yang didapat dijamin akan lebih memuaskan dan menarik selama tekniknya benar. Peralatan umum dan utama untuk Strobist tentu saja adalah kamera DSLR/SLR maupun kamera yang memiliki Hot Shoe.
Mungkin peralatan yang paling mahal dalam teknik pemotretan strobist adalah flash eksternal, saat ini rata-rata flash eksternal berkisar di 500 ribuan hingga 1 juta rupiah untuk merk pihak ketiga. Tapi jangan salah, meski hanya merk yang kurang ‘bergengsi’ tapi hasilnya bisa disetarakan dengan flash merk terkenal.
Jika budget terbatas dan untuk sementara hanya bisa menebus satu buah lampu flash eksternal beserta aksesoris lainnya, kita sudah bisa mendapatkan foto portrait model dengan kualitas baik. Yang perlu diperhatikan hanyalah pengaturan posisi dan situasi pemotretan.
Akan lebih baik jika Anda menggunakan dua flash atau lebih. Untuk mensinkronkan Shutter kamera dengan flash-flash terpisah tersebut Anda bisa menggunakan Trigger, baik itu berkabel maupun tanpa kabel. Namun pada praktiknya, tempat yang memungkinkan ini sulit dijumpai. Solusinya, meminta teman untuk memegangkan flash. Kalaupun sendirian, mau tidak mau menggunakan lighstand. Nah, untuk amannya, lebih baik memiliki setidaknya satu lighstand buat hasil yang maksimal.
Namun saat ini lebih ‘nge-trend’ penggunaan Transmitter Trigger tanpa kabel karena penggunaan yang lebih mudah dan leluasa. Sedangkan Penampang flash disebut Receiver Trigger, dipasang sebagai pengganti Hot Shoe. Untuk lebih maksimal Anda bisa menggunakan peralatan tambahan seperti Umbrella Reflector, Snoot, Honeycomb dan Softbox (mini maupun besar) agar menghasilkan cahaya lebih halus dibandingkan flash tanpa ‘rombakan’.
Adapun untuk melakukan tehnik strobist ini tidak perlu bingung tujuh keliling. Seperti biasa cukup menguasai metering, eksposur, serta sinkronisasi flash. Namun ada perbedaan sedikit, yakni pada intensitas pancaran cahaya yang lebih lebih terang serta luas jika dibanding penggunaan built-in flash maupun flash eksternal di Hot Shoe. Selain itu juga harus mengetahui batas maksimum angka Shutter Speed saat menggunakan flash untuk Strobist.
TIPS MEMOTRET STROBIST
Peletakan Posisi Flash
Alangkah baiknya menggunakan light stand untuk kemudahannya. Jika ada dua flash posisikan satu flash di depan objek secara menyamping dengan posisi jangan terlalu dekat, dan satunya lagi bisa ditempatkan di belakang objek.
Menyamping atau tidaknya tergantung selera dan tujuan pemotretan. Posisi menyamping biasanya agar flash bisa menerangi objek bagian samping. Sedangkan peletakan di posisi belakang bertujuan untuk menerangi bagian belakang objek. Sebagai contoh, pada pemotretan modeling Strobist sering kali terlihat rambut sang model menyala. Itu adalah efek dari peletakan flash dibagian belakang.
Dengan tehnik Strobist kita bisa melakukan kontrol Ambient Exposure atau cahaya yang ada dilingkungan. Kontrol ini bisa dilakukan dengan pengaturan Shutter Speed. Sebagai contoh penggunaan angka Shutter Speed rendah bisa memungkinkan cahaya pada latar belakang lebih terang. Dan jika sebaliknya dengan Shutter Speed tinggi lingkungan akan gelap.
Kontrol atas Ambient Exposure juga bisa dilakukan dengan penggunaan Aperture. Semakin besar (angka f kecil) kemungkinan cahaya yang masuk lebih banyak, dan semakin kecil (angka f besar) cahaya yang masuk lebih sedikit.
Pakai teknik Strobist dimana pun, baik itu di dalam ruangan maupun luar ruangan. Bahkan kebanyakan orang menggunakan teknik Strobist di luar ruangan, siang atau malam hari.
Dengan teknik Strobist Anda juga bisa memungkinkan mendapatkan foto langit lebih berwarna dengan objek juga terlihat. Namun tanpa adanya flash, maka penggunaan Aperture kecil akan membuat objek dibawah gelap meski warna langit muncul. Karena keterbatasan sensor untuk memunculkan foto HDR, maka penggunaan teknik Strobist memungkinkan Anda mendapat foto lebih berwarna dan objek dibawah tetap terlihat jelas.
Tetap ingat bahwa kekuatan cahaya sangat dipengaruhi oleh jarak flash ke objek. Jika merasa terlalu kuat, Anda bisa memundurkan posisinya.
Teknik Strobist sebenarnya dibuat untuk mengatasi masalah saat anda kesulitan membawa pencahayaan studio ke luar ruangan. Dan, yang lebih baiknya, teknik ini bisa digunakan dimanapun, dalam maupun luar ruangan. (WARDAN/Bim-Bim).