Bertempat di aula kampus 1, para Guru, Wali Kelas dan Kepala Madrasah/Sekolah di seluruh unit pendidikan Pondok Pesantren Darunnajah 2 Cipining Bogor kembali mengikuti In House Training (IHT). Hadir juga dalam annual agenda tersebut, Pengawas Pesantren; Ustadz Drs. Abdul Rasyid Shaleh, Ustadz Atijan Yani, S.Pd.I., dan Ustadz Isa Abdillah, S.E., Pembina Pesantren (wakil Pengasuh); Ustadz Ridha Makky, M.Pd.I., Ustadz Musthofa Zahir, Lc., M.Ag., dan Ustadz Nasihun Sugik, S.E., M.M., dan Direktur TMI, Ustadz Katena Putu Gandhi, S.Pd.I. Tidak kurang dari 335 guru sebagai peserta, hadir aktif selama dua hari, Sabtu-Ahad, 6-7 agustus 2022.
Departemen Tarbiyatul Mu’allimin/at al Islamiyah (TMI) melalui Penjamin Mutu Pendidikan (PMP); Ustadz Musthafa Kamal, M.Ag., Ustadz Ahmad Rosikhin Wasyraf, M.M.Pd., dan Ustadz Muhlisin Ibnu Muhtarom, S.H.I., M.Pd., menghadirkan 3 nara sumber berkopenten terkait Parenting, Bimbingan Konseling, Revitalisasi TMI dan Peningkatan Kafa’ah Lughawiyah (Language Skill). Adapun panitia pelaksana teknis diketuai oleh Ustadz Fath Bilqist dan Ustadz Muhammad Amin Rais, keduanya guru baru dalam masa khidmah, dan dibantu oleh guru-guru muda yang terhimpun dalam Divisi Kurikulum.
Materi Parenting dan Bimbingan Konseling Islami disampaikan secara menarik, luas dan lugas oleh Ibu Hj. Dr. Imas Kania Rahman. Sekretaris Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Agama Islam Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor ini, memaparkan pencerahannya dalam 3 sesi di hari pertama, dari pagi hingga sore hari. Bu Imas, selain sebagai dosen juga praktisi Bimbingan Konseling Islami, maka uraian yang disampaikannya dirasa aplikatif, membumi, perlu dan penting. Tidak berlebihan, jika ada seorang guru peserta IHT, yang sangat bergembira berkesempatan hadir dan banyak belajar dari nara sumber handal profesional, dengan mengungkapkan di status whatsapp-nya, “Alhamdulillah, hari ini dapat ilmunya ‘daging’ semua!”.
Pada hari kedua, peserta menyimak pemaparan dari dua nara sumber. Pertama, adalah Ustadz Junaedi Riyanto, S.Sy. sebagai delegasi Pondok Pesantren Darunnajah 1 Jakarta, menyampaikan materi Revitalisasi TMI yang notabene pada tahun ajaran 2022-2023 ini menjadi semacam ‘trending topic’ dalam pelbagai forum perbincangan dan pembicaraan di lingkungan Darunnajah. Alumni KMI Gontor dan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIDA) Jakarta yang sejak 2008 berkhidmah di Darunnajah pusat ini, dengan full fighting spirit menjelaskan program-program penguatan ke-TMI-an, antara lain: darsul idhafi/darsul masai, khidmah wajib bagi alumni baru, muraaja’ah ‘aammah sebagai subtitusi ujian mid semester, hingga program Takmili bagi santri kelas 6 TMI yang belum lulus dalam Ujian Nihai.
Di awal presentasi, Wakil Kepala MTs Darunnajah Jakarta tersebut memulai dengan membacakan quote-quote penuh inspirasi dari KH. Mahrus Amin (almarhum) dan tokoh Darunnajah lainnya. Dengan ditampilkannya powerpoint presentasi berjudul Unholding The Hidden Curriculum, serta retorika nara sumber yang nampaknya memang sudah terbiasa Muhadhoroh, maka suasana sesi ini tak ubahnya menyimak orasi perjuangan. Jika ditanya, apa keunikan pola pendidikan Mu’allimin?, antara lain terdapat dalam desain kurikulum akademik, metode pembelajaran, order of thinking (bloom’s taxonomy), pendidikan karakter dan kepemimpinan, pendidikan entrepreneurship, dan pendidikan holistic berbasis minat dan bakat.
Adapun nara sumber kedua, terkait penguatan dan motivasi peningkatan ketrampilan Bahasa Arab disampaikan oleh Ustadz Ahmad Syarifuddin, Lc. Guru Pondok Pesantren Rafah Bogor dan Al Bajah Cirebon yang berkesempatan mengenyam SD Al Faruq Baida, Libya dan SLTP-SLTA Sekolah Utsman Maher Cairo, Mesir hingga kuliah Bahasa Arab di Universita Al Azhar Mesir tersebut, banyak menjelaskan urgensi Bahasa Arab, ketrampilan Bahasa Arab yang terbagi dalam Maharah Dirayah dan Maharah Riwayah, Maharah Riwayah yang meliputi: Maharah Sima’ (Listening), Maharah Kalam (Speaking), Maharah Qira’ah (Reading), dan Maharah Kitabah (Writing).
Ia yang belum lama tinggal di Indonesia, juga memberikan tip dan kiat praktis dalam tarqiyah kafa’ah lughah, misalnya: membaca satu paragraf dari buku, lalu buku tersebut ditutup, kemudian ditulis kembali apa-apa yang dibaca dari paragraf buku tadi, buka lagi paragraf buku, bandingkan tulisan kita dengan tulisan yang termaktub dalam paragraf tersebut. Ustadz Syarifuddin juga memotivasi agar guru tidak takut salah dalam praktek berbahasa Arab karena alkhaththaa’u huwa khairul mu’allim, dan proses pengajaran bahasa adalah proses perendaman bukan proses penyuntikan (‘amaliyah ghamrin laa ‘amaliyah huqnin).
Bagaimana antusiasme dewan guru mengikuti IHT ini?, sangat menggembirakan, terlihat dari banyaknya yang ingin bertanya hingga sebagiannya tidak kebagian waktu kesempatan. Beberapa guru juga melanjutkan diskusi dan sharing bersama nara sumber di luar forum IHT. Alhamdulillah. (Wardan/ Mr.MiM).