Nasionalisme memang harus ditumbuhkan di dada setiap generasi muda dan setiap manusia Indonesia. Rasa inilah yang juga telah menjangkiti sanubari para santri Darunnajah Cipining di HUT RI ke-64. Gelora yang mampu meluluhlantakkan penjajahan seiring dengan gema perjuangan meraih kemerdekaan, masih tetap terwarisi meski musuh tidak lagi muncul sebagai para penjajah. Namun semangat meraih kemerdekaan tetap menjadi harapan seluruh bangsa ini.
Tiga hari menjelang perayaan HUT RI, santri kelas XI MA Darunnajah Cipining putra dan putri yang telah ditunjuk sebagai koordinator kegiatan mengawali kegiatannya dengan menyelenggarakan aneka macam perlombaan. “Perlombaan ini sebagai bentuk penyambutan kemerdekaan bangsa ini” kata Khaidir Ali sang ketua panitia.
Sementara itu, Cita Ardiana, ketua panitia dari santriwati mengatakan bahwa HUT RI harus disambut dengan meriah, salah satunya dengan perlombaan. Menurutnya, dengan menyambut HUT ini, rasa nasionalisme santri dapat tumbuh.
Memasuki tanggal 17 Agustus, kegiatan dikonsentrasikan pada karnaval menuju kampong bCipining dan upacara bendera. Tepat pada pukul 07.00 WIB, semua kelompok telah siap berbaris dan melakukan peran masing-masing. Karena dalam karnaval tersebut, panitia menyeting dengan penggambaran para pejuang dalam merebut kemerdekaan dari para penjajah.
Sepanjang devail barisan, berbagai aksi teatrikal terus berlangsung. Salah satunya adalah aksi para kompeni yang sedang menyiksa para pejuang tiada ampun. Dengan leher terikat tali, sepanjang jalan mereka digambarkan sebagai para tawanan perang. Di sisi lain, pakaian beraneka ragam yang menggambarkan berbagai macam corak dan ragam profesi juga turut menyemarakkan karnaval pagi itu. Dari petani, mubaligh, dokter, tentara, pesilat, bahkan kompeni pun ada.
“Tema ini sengaja kami berikan agar para santri dapat mengeksplorasi bentuk perjuangan yang pernah dipersembahkan oleh para pejuang dalam membeli mahalnya kemerdekaan. Semakin bercorak penampilan mereka, berarti semakin dalam pula bentuk apresiasi yang mereka lakukan kepada para pahlawan” ungkap Chairul Rahmat sebagai penanggung jawab barisan.
Dari barisan santriwati, kesan perjuangan yang dibungkus dengan bhineka tunggal ika menjadi tontonan yang tidak terlewatkan. Dari setiap kelompok karnaval, pada barisan pertama dipamerkan aneka baju daerah dan jenis pakaian lain yang telah didesain khusus oleh masing-masing kelompok.
Begitupun dalam barisan ini, tema kemerdekaan sangat kental sebagai ikon karnaval. Dengan yel-tel khusus perjuangan, barisan santriwati juga diselipi tetrikal yang menggambarkan kejamnya penjajahan yang dilawan dengan gigihnya perjuangan meraih kemenangan.
“Pesan yang ingin kami sampaikan dari karnaval ini adalah semangat mengisi kemerdekaan dengan semangat yang sama seperti yang dimiliki para pejuang kita. Dan meskipun beraneka ragam, Indonesia tetap satu yang harus terjaga persatuan dan kesatuannya” jelas Gita Marsela.
Menjelang pukul 10.00 WIB, para santri siap mengibarkan bendera merah putih. Dengan mengambil lokasi di lapangan basket bagi santri putra dan lapangan badminton untuk santriwati, upacara pengibaran bendera dapat dilakukan secara khidmat. Masih dalam rangkaian upacara, salah satu petugas juga membacakan teks proklamasi.
Selanjutnya, pidato singkat oleh instruktur upacara menjadi moment penggeloraan rasa perjuangan dan nasionalisme santri. Bahwa kemerdekaan adalah hasil perjuangan yang seharusnya menjadi inspirasi bagi generasi muda dalam meraih kemerdekaan baru dari segala bentuk penjajahan.
Usai upacara, berbagai kegiatan perlombaan kembali digelar. Dalam perlombaan kali ini telah sampai pada tahap final yang agenda pemberian hadianya dilaksanakan pada malam harinya.(Billah)