Bulan Rajab sering datang begitu saja tanpa disadari. Tidak seramai Ramadan, tidak semeriah Idulfitri. Padahal, dalam tradisi para ulama, Rajab justru dianggap sebagai awal dari masa persiapan menuju Ramadan.
Rajab termasuk salah satu bulan haram yang dimuliakan dalam Islam. Artinya, bulan ini bukan bulan biasa. Kesalahan dan maksiat memiliki dampak yang lebih berat, sementara amal kebaikan bernilai lebih besar. Karena itu, Rajab menjadi waktu yang tepat untuk mulai membenahi diri, bukan menunggu Ramadan tiba.
Sayangnya, banyak orang justru melewati Rajab tanpa perubahan apa pun. Fokus baru muncul ketika Ramadan sudah di depan mata. Padahal, perubahan yang mendadak sering kali tidak bertahan lama. Di sinilah peran Rajab menjadi penting: sebagai masa pemanasan spiritual.
Persiapan di bulan Rajab tidak harus dengan amalan khusus yang tidak berdasar. Para ulama menekankan bahwa ibadah di bulan ini dilakukan sebagaimana bulan-bulan lainnya, tetapi dengan kesadaran yang lebih tinggi. Memperbaiki shalat lima waktu, mulai membiasakan puasa sunnah, memperbanyak istighfar, serta menjaga lisan dan perilaku adalah bentuk persiapan yang nyata dan aman secara dalil.
Rajab juga menjadi waktu yang tepat untuk mengevaluasi diri. Kebiasaan buruk yang masih sering dilakukan, ibadah yang masih bolong, hingga niat beribadah yang belum lurus bisa mulai dibenahi sejak sekarang. Dengan begitu, ketika Ramadan datang, seseorang tidak memulai dari nol, tetapi melanjutkan kebiasaan baik yang sudah dibangun.
Para ulama terdahulu bahkan dikenal mulai mempersiapkan Ramadan sejak Rajab, bukan dengan ritual khusus, tetapi dengan kesungguhan menjaga kualitas ibadah dan hati. Mereka memahami bahwa Ramadan bukan sekadar momentum sesaat, melainkan puncak dari proses panjang memperbaiki diri.
Singkatnya, Rajab bukan bulan untuk euforia, tetapi bulan untuk kesadaran. Siapa yang memanfaatkan Rajab dengan baik, biasanya akan lebih siap menyambut Ramadan. Dan siapa yang melewatkannya begitu saja, sering kali akan merasa Ramadan berlalu terlalu cepat tanpa perubahan berarti.
Karena ibadah terbaik bukan yang datang tiba-tiba, tetapi yang dipersiapkan dengan perlahan dan istiqamah.




