Darunnajah – (17/11) Hari pertama bertugas di HFCS kami dijadwalkan utk bertemu dg Mr. Hings (head teacher) dan staff yg pernah mengikuti DN-HFCS teacher exchange program, dan observasi 3 kelas.
Di HFCS Seluruh guru dan staff administrasi harus hadir maksimal pukul 8.20 atau 10 menit sebelum siswa datang. Mereka mempersiapkan bahan ajar, menset kelas, lcd dan komputer. Dua siswa junior terlihat memberikan kertas informasi dan berjaga di pintu masuk siswa. Pukul 8.30 kelas pertama dimulai-lorong gedung sepi-hanya ada beberapa guru jaga yang bertugas untuk mengawasi siswa yang datang terlambat.
Total 3 kegiatan yang sudah berlangsung selama ini:
- Kelas pertama kami mengobservasi kelas bahasa jerman Mr. Godfrey (kelas 1 smp).
* Sebelum kelas dimulai beliau mencantumkan di papan tulis:
– Objektif pembelajaran
– Topik materi yg akan diajarkan
– PR
* Membagi whiteboard menjadi dua bagian: untuk LCD dan menulis catatan
* Mengajarkan kelas dengan menggunakan LCD dan lembar tugas
* Langkah pengajaran sama dengan yg di Darunnajah: pendahuluan/menghubungkan pelajaran yg lalu dengan yang akan dipelajari (sedikit evaluasi), pemberian materi baru, evaluasi, kesimpulan,penutup
* Pemberian materi dari mudah ke sulit.
* Guru selalu memberikan motivasi-motivasi seperti “come on you can do that”. Jika jawaban siswa salah direspon “mmh..you’re close to it. Give me more answer”.
* Setiap kali siswa menjawab atau bertanya harus mengangkat tangan terlebih dahulu (tidak ribut)
* Saat mengerjakan tugas atau menulis, siswa diharapkan untuk diam. “Are you learning or speaking?”
* Di kelas tersebut ada siswa yang memerlukan kebutuhan tambahan/additional needs (autis, lambat dalam belajar, hyper) ditemani dengan 1 guru support yg selalu mendampingi. Dalam pendidikan disebut sebagai sekolah inklusi.
2. Kelas B. Inggris mr. Keefe (kelas 3 smp)
* Situasi lebih serius. semakin tinggi kelas semakin serius dan ketat disiplin (angkat tangan, no late comers, no talking).
* B. Inggris di HFCS lebih menekankan dengan pemahaman dan analisa opini. Para siswa wajib membaca satu novel klasik (di kelas ini ttg “mices and men”) dan membagi beberapa lesson plan.
* Hari ini lesson plan ke-3 (memberikan opini dan menganalisa opini) dengan memberikan lembar tugas individu tentang “mices and men”
* Tidak ada jawaban yg paling benar (1 fix answer). Selama siswa dapat memberikan alasan yang sesuai dengan isi novel, semua opini benar.
* Menghubungkan isi novel dengan nilai kehidupan dan situasi sekarang.
3. Kelas Matematika Mr. Smith (kelas 1 smp)
* Fun Class: gurunya bersemangat, lucu, ekspresif, dan kreatif sehingga kelas hidup dan aktif
* Opini setiap siswa sangat dihargai
* Matematika bukan hafalan tapi pemahaman, problem solving skill dan kreativitas:
a. Siswa diajak memahami suatu konsep dengan menghubungkan konsep tersebut (misalkan prosentase) dengan kehidupan sehari-hari (diskon dalam belanja)
b. Mendorong siswa untuk mencari cara menghitung jumlah uang yang harus dibayar jika ada diskon (ditambah atau dikurangi dari harga yg tertera)
c. Metode atau cara apapun jika pemahamannya benar dan menghasilkan jumlah yang sama maka dianggap benar!
Setelah kelas kami berdiskusi dengan Eileen dan Dieter tentang progres santri, hasil observasi, dan beberapa hal berkenaan dengan metode pembelajaran, buku cetak siswa, “buku pengawasan” dan “detention time” untuk siswa yang bertindak negatif di kelas, program pembinaan guru baru (training teacher), dan program “teachers development” salah satunya yg menarik bahwa setiap guru harus mempunyai target “individual development” setiap semester.
(ZA)