Santri hari ini bukanlah santri yang kerjaannya sarungan dan mengaji kitab kuning saja tetapi lebih dari itu. Hal ini diwujudkan dengan terlaksakannya apel tahunan Khutbatul Arsy dimana santri mempersiapkan segala kebutuhan untuk menyukseskan acara tersebut, tak tanggung-tanggung dimulai dari santri senior kelas 6 TMI yang menjadi panitia acara kemudian santri kelas 5 TMI yang mengkonsep serta mengatur penampilan-penampilan, dan santri kelas 1-4 TMI sebagai anggota. Capek, kesal, pusing, susah, senang menjadi acuan bagaimana lebih baik lagi dari tahun sebelumnya.
Dalam kegiatan apel tahunan yang telah dilaksakan ada sebuah pertanyaan yang menggelitik dari seorang utusan Darunnajah Pusat bagi pimpinan Pesantren Annur Darunnajah 8, sebagai berikut :
“Ustadz Dedi, siapa pejabat yang mau datang pagi ini.” Ujarnya ketika baru turun dari mobil.
Dengan muka yang kebingungan, sambil tersenyum beliau berkata : “ lah pejabatnya kan antum stadz. Utusan tersebut pun kaget sambal berkata : “ Ustadz nih bisa aja, lah kemaren kita disana mengundang gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.”.
Beliau menjawab : “ Kita disini tidak mengundang pejabat, karna kita-kita ini pejabatnya,” beliau menjelaskan bahwa apel tahunan ini bukan tontonan semata, tetapi apel ini merupakan apel kesiagaan sebagai alat mengukur diri, dan sebetulnya apel tahunan ini adalah acara internal. Dimana santri dan guru berkolaborasi untuk menyiapkan setiap kegiatan pondok. Karena setiap kegiatan dipesantren dilakukan oleh santri dan kembalinya untuk santri.
Apel tahunan khutbatul arsy adalah pekan perkenalan bagi santri-santri baru, agar mengenal lebih dalam lagi apa itu pesantren dan apa saja yang ada dipesantren sementara bagi santri lama inilah kesempatan mereka memberi ilmu yang mereka dapat selama mondok dengan memperlihatkan seluruh aktifitas pesantren kepada santri baru, dan selain itu bukan hanya mengenalkan pesantren, tetapi mengenalkan budaya asli setempat, dan mengangkatnya sebagai tanda bukti kepedulian pondok terhadap lingkungan dan budaya bangsa.
“Awal yang baik adalah setengah dari perjalan”
K.H Hadiyanto Arief S.H., M.Bs