Zaman sekarang ini tangtangan aqidah makin bertambah berat. Terutama soal keyakinan terhadap alquran yang menjadi sumber kebenaran mutlak bagi kaum muslimin. Nyatanya, orang orang yang berusah meruntuhkan keyakinan orang Islam terhadap Al-Quran tidak pernah berhenti sejak mula Al-Quran diturunkan hingga hari ini.
Sebenarnya ini semua adalah kerja peradaban. Secara konsep peradaban islam tidak ada bandingnya. Akan tetapi masalah utamanya adalah umat islam yang sudah sedemikaian jauh dari ruh alquran dan sunnah. Dan apa yang diinginkan oleh wiliam ewart Gladstone kini terjadi.
William Ewart Gladstone pernah secara terang terangan berkata kepada media inggris ‘selama kaum muslim memiliki alquran, kita tidak akan bisa menundukannya. Kita harus mengambil itu semua dari mereka. Menjauhkannya dari mereka alquran tersebut, atau membuat umat islam kehilangan rasa cintanya terhadap kitab sucinya tersebut.
Dan ucapan Gladstone itu kini terjadi di tengah umat. Umat Islam sibuk menjadikan al-quran sebagai aksesoris saja . seperti aksesoris untuk hiasan rumahnya. Ayat alquran ditulis dalam kaligrafi bertintakan emas, dibeli dengan harga yang sangat mahal, tetapi sang empunya tidak tahu sama sekali maknanya, apalagi mengamalkannya. Alquran juga dijadikan sebagai hiasan seremonial pembukaan sekolah, namun sekolah itu nantinya kan mengajarkan hal hal yang bertentangan dengan nilai nili yang ada pada alquran tersebut. Al-quran dijadikan aksesosris peresmian sebuah Gedung pertemuan, tapi Gedung itu nantinya diajdikan tenpat menggelar music maksiat.
Al-quran begitu fasih dilantunkan oleh seorang biduanita’yang sering tampil telanjang. Padahal alquran melarang perempuan untuk membuka auratnya. Inilah realita umat kita di dunia islam sekarang ini. Sementara ada sebagian ulama(kita katakana sebagian bukan berarti semua, disebut sebagai oknum) mereka malah sibuk menjadikan ayat-ayat Al-quran untuk mengecam dan mengkafirkan saudara sendiri. Al-quran dijadikanya alat untuk memukul saudaranya sendiri.
Sedangkan sebagian yang lain, hanya sibuk membaca ayat ayat tertentu saja untuk penglaris, untuk dapt jodoh dan tujuan duaniawi lainnya. Sementara sebagian lainnya ada yang hanya membaca ayat-ayat tasawul saja. Siang dan malam itu yang menjadi perhatiannya. Sebagian ada yang hanya sibuk bagaimana bisa juara melantunkan al-quran dengan indah. Senaif itu tujuan mebaca quran.
Karenanya kita tidak akan hera. Ketika ada sedikit saja usaha agar alquran dapat diterapkan secara nyata di masyarakat, misalnya mewajibkan berhijab bagi Muslimah, namun yang terjadi malah penolakan. Mirisnya yang justru menentang pertama kalinya adalah orang orang yang nagkunya islam dan ngerti agama. Berbagai alasan dia kemukakan, tidak toleransilah, ayat nya multi tafsir, jilbab tidak wajib, dan berbagai alasan lain yang dikemukakan. Padahal peraturan itu hanya diwajibkan bagi penduduk yang beragama islam.
Lalu ketika ada sekelompok anak muda yang membuat gerakan anti minuman keras, aneh sekali ada suara sinis dari kalangan tokoh islam. Hal ini sudah di batas kewajaran. Di negara maju saja, minuman keras itu tidak dijual di minimarket umum, yang mau beli harus dilihat dulu id card nya, sudah berumur apa belum? Sedangkan di negara islam yang kitab sucinya mengahramkan itu malah dijual secara bebas diamana mana.
Namun dari semua itu kita mendapat sisi baiknya yaitu munculnya banyak Ma’had Tahfidz dimana anak kecil telah banyak yang hafal satu, dua , tiga Juz Quran.
Tentu itu adalah fenomena yang patut kita syukuri. Namun kita tidak dapat hanya berhenti disitu. Al-quran harus dikembalikan lagi kepada umat. Al-quran sebagai pedoman hidup, sebagai petunjuk, dan sebagai nasihat dari Allah SWT, harus dikembalikan lagi seperti ketika alquran bersarang di dada rakyat aceh tatkala ayat-ayat jihad dibaca yang menggerakan syaraf-syaraf mereka untuk membela nusa dan bangsa, dan membela agama allah. Alquran dikembalikan kembali tatkala ia bersemayam di jiwa KH.Hasyim Asyari, yang sedikitpun tak mau berdiri dan rukuk menghadap matahari dengan alasan apapun. Karena Al-quran melarang menyembah siapapun selain Allah SWT.
Alquran dikembalikan lagi kedalam akal dan fikiran umat seperti saat Al-quran menyinari akal dan fikiran KH. Ahmad Dahlan yang tidak rela melihat ketimpangan social di tengah umat. Karena Al-quran mengajarkan kita keadilan social.
Mukjizat Al-quran yang dirasakan umat akan membuat umat islam terangkat derajatnya di atas umat lain, jika alquran diimami seluruhnya, tidak pilih-pilih, lalu dipahami, dihayati, dan diamalkan dengan konsekuen dan istiqamah.
Seperti para sahabat yang mengatakan ‘kami tidak akan berpindah pada ayat berikutya, sebelum kami memahami dan mengamalkan ayat yang kami baca.’
(Santri Tv/Rafi)