Ibadah Haji dan Qurban: Meningkatkan Kesalehan Spiritual dan Sosial

Hari raya Idul Adha identik dengan dua ibadah utama dalam Islam, yaitu ibadah haji dan kurban.

Jutaan umat Muslim dari seluruh penjuru dunia berbondong-bondong memenuhi panggilan Allah SWT untuk melaksanakan ibadah haji, mengunjungi Baitullah di Makkah Al-Mukarramah.

Di sisi lain, umat Muslim yang tidak menunaikan ibadah haji juga melaksanakan ibadah kurban dengan menyembelih hewan ternak seperti kambing, sapi, atau unta, yang dagingnya didistribusikan kepada mereka yang membutuhkan.

Tulisan ini membahas tentang bagaimana ibadah haji dapat meningkatkan kesalehan spiritual, pentingnya ibadah kurban untuk meningkatkan kesalehan sosial, persiapan lahir batin untuk ibadah haji, amalan sunnah saat haji, meraih haji mabrur, memaknai haji dan kurban dalam konteks modern, kriteria hewan kurban, pembagian daging kurban sesuai syariat, kesalahan yang harus dihindari saat berkurban, serta hikmah spiritual dan sosial dari haji dan kurban.

Berikut uraiannya:

Bagaimana ibadah haji dapat meningkatkan kesalehan spiritual?

Ibadah haji merupakan perjalanan spiritual yang dapat meningkatkan kesalehan dan ketakwaan seorang Muslim.

Dengan melaksanakan serangkaian ritual ibadah yang telah ditetapkan, seperti thawaf, sa’i, wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina, serta melempar jumrah, seorang Muslim berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon ampunan-Nya.

Ibadah haji juga mengajarkan nilai-nilai kesabaran, kerendahan hati, persaudaraan, dan kesetaraan di hadapan Allah SWT.

Dengan mengenakan pakaian ihram yang sederhana dan meninggalkan segala atribut duniawi, seorang Muslim menyadari bahwa di hadapan Allah SWT, semua manusia adalah sama, tidak ada perbedaan antara yang kaya dan miskin, yang berkulit putih atau hitam.

Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

Artinya, “Barangsiapa yang berhaji karena Allah, tidak berkata kotor dan tidak berbuat fasik, maka dia kembali seperti pada hari ketika dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari, no. 1521)

Dengan meningkatkan kesalehan spiritual melalui ibadah haji, seorang Muslim diharapkan dapat menjadi pribadi yang lebih baik, lebih taat kepada Allah SWT, dan lebih peduli terhadap sesama.

Foto: Mushafahah bersama Pimpinan Pesantren Darunnajah 2 Cipining di Hari Raya Idul Adha 1445 H. (2024)

Mengapa ibadah kurban penting untuk meningkatkan kesalehan sosial?

Ibadah kurban tidak hanya sebatas menyembelih hewan ternak, namun lebih dari itu, kurban mengajarkan nilai-nilai kepedulian sosial, berbagi, dan menguatkan ikatan persaudaraan sesama Muslim.

Dengan berkurban, seorang Muslim rela mengorbankan sebagian hartanya untuk dibagikan kepada mereka yang membutuhkan.

Ini merupakan wujud empati dan kepedulian terhadap sesama, terutama mereka yang kurang mampu.

Allah SWT berfirman:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنْحَرْ

Artinya, “Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).” (QS. Al-Kautsar: 2)

Rasulullah SAW juga bersabda:

مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ

Artinya, “Tidak ada suatu amalan pun yang dilakukan oleh manusia pada Hari Raya Kurban yang lebih dicintai oleh Allah daripada mengalirkan darah (hewan kurban).” (HR. Tirmidzi, no. 1493)

Dengan berkurban, seorang Muslim tidak hanya meningkatkan kesalehan individualnya, tetapi juga kesalehan sosialnya.

Kurban mengajarkan untuk peduli dan berbagi dengan sesama, serta menguatkan ukhuwah islamiyah.

Bagaimana mempersiapkan diri secara lahir dan batin untuk ibadah haji?

Mempersiapkan diri secara lahir dan batin sangatlah penting sebelum melaksanakan ibadah haji.

Persiapan lahiriah meliputi menyiapkan bekal yang cukup, mengurus dokumen dan administrasi yang diperlukan, mempelajari tata cara dan rukun haji, serta menjaga kesehatan fisik agar kuat menjalankan rangkaian ibadah haji.

Adapun persiapan batiniah tidak kalah pentingnya, yaitu dengan memperbanyak ibadah, membaca Al-Qur’an, berdoa, dan meningkatkan ketakwaan.

Niat yang ikhlas juga harus ditanamkan dalam hati, bahwa melaksanakan ibadah haji semata-mata karena Allah SWT, bukan untuk tujuan duniawi seperti gengsi atau pamer.

Allah SWT berfirman:

وَأَتِمُّوا۟ ٱلْحَجَّ وَٱلْعُمْرَةَ لِلَّهِ

Artinya, “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.” (QS. Al-Baqarah: 196)

Dengan persiapan lahir batin yang matang, insya Allah ibadah haji yang dilakukan akan lebih khusyuk, bermakna, dan mendatangkan kemabruran.

Apa saja amalan-amalan sunnah yang dianjurkan saat ibadah haji?

Selain melaksanakan rukun dan wajib haji, ada beberapa amalan sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan agar ibadah haji semakin sempurna dan bermakna, di antaranya:

1. Memperbanyak membaca talbiyah, dimulai sejak memakai pakaian ihram hingga melempar jumrah Aqabah pada Hari Raya Idul Adha.

2. Shalat sunnah Ihram sebanyak dua rakaat setelah berniat haji.

3. Memperbanyak membaca dzikir, doa, dan istighfar selama melaksanakan haji.

4. Melaksanakan shalat Dhuha, Tahajud, dan Witir selama di Makkah.

5. Memperbanyak melakukan thawaf sunnah di Masjidil Haram.

Amalan-amalan sunnah tersebut dapat meningkatkan kualitas ibadah haji kita dan menambah pahala serta keberkahan dalam perjalanan spiritual yang agung ini.

Bagaimana meraih haji mabrur dan apa keutamaannya?

Haji mabrur adalah haji yang diterima oleh Allah SWT, dilaksanakan dengan ikhlas, sesuai dengan tuntunan syariat, dan membawa dampak positif dalam perubahan perilaku setelah kembali ke tanah air.

Untuk meraih haji mabrur, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Mempersiapkan diri secara lahir dan batin sebelum berangkat haji.

2. Melaksanakan semua rukun dan wajib haji dengan sempurna.

3. Memperbanyak amalan sunnah dan ibadah tambahan selama haji.

4. Menjaga diri dari perbuatan dosa, sia-sia, dan perselisihan.

5. Menghindari perilaku riya’ dan sum’ah dalam beribadah.

Rasulullah SAW bersabda tentang keutamaan haji mabrur:

الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ

Artinya, “Haji yang mabrur, tidak ada balasan baginya kecuali surga.” (HR. Bukhari, no. 1773)

Dengan meraih haji mabrur, seorang Muslim akan mendapatkan pahala yang besar dan dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah SWT, serta mendapatkan balasan surga di akhirat kelak.

Bagaimana memaknai ibadah haji dan kurban dalam konteks kehidupan modern?

Meskipun ibadah haji dan kurban merupakan ritual yang sudah dilakukan sejak zaman Nabi Ibrahim AS, namun keduanya masih sangat relevan untuk dimaknai dalam konteks kehidupan modern saat ini.

Ibadah haji mengajarkan nilai-nilai persatuan, kesetaraan, kesederhanaan, dan kesabaran, yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan kehidupan modern yang sering diwarnai dengan individualisme, materialisme, dan sikap tidak sabar.

Sementara itu, ibadah kurban mengajarkan nilai kepedulian, empati, dan kerelaan berbagi, yang juga sangat penting untuk diterapkan dalam masyarakat modern yang masih diwarnai kesenjangan sosial dan ekonomi.

Dengan memaknai ibadah haji dan kurban secara kontekstual, umat Islam diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang membawa nilai-nilai positif dalam kehidupan bermasyarakat, serta dapat menjadi teladan dalam mewujudkan kehidupan yang lebih adil, sejahtera, dan bermartabat.

Bagaimana menentukan hewan kurban yang memenuhi syarat?

Dalam memilih hewan kurban, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar kurban yang dilakukan sah dan diterima oleh Allah SWT. Kriteria tersebut antara lain:

1. Hewan kurban harus dari jenis unta, sapi, kerbau, kambing, atau domba.

2. Hewan kurban harus sehat, tidak cacat, dan tidak memiliki kekurangan yang mengurangi kualitas dagingnya.

3. Hewan kurban harus mencapai usia yang telah ditentukan, yaitu minimal 5 tahun untuk unta, 2 tahun untuk sapi atau kerbau, dan 1 tahun untuk kambing atau domba.

4. Hewan kurban sebaiknya gemuk dan bagus, meskipun kurban dari hewan yang kurus tetap sah selama memenuhi kriteria lainnya.

Allah SWT berfirman:

وَمِنَ ٱلْأَنْعَٰمِ حَمُولَةً وَفَرْشًۭا ۚ كُلُوا۟ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّۭ مُّبِينٌۭ

Artinya, “Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. Makanlah dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-An’am: 142)

Dengan memilih hewan kurban yang memenuhi syarat, insya Allah kurban yang kita lakukan akan lebih berkah dan bermanfaat bagi yang menerimanya.

Bagaimana pembagian daging kurban yang sesuai syariat Islam?

Setelah hewan kurban disembelih, daging kurban harus dibagikan sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Pembagian daging kurban yang disunnahkan adalah sebagai berikut:

1. Sepertiga bagian untuk dikonsumsi sendiri oleh yang berkurban dan keluarganya.

2. Sepertiga bagian untuk disedekahkan kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan.

3. Sepertiga bagian untuk dibagikan kepada kerabat, tetangga, dan teman.

Rasulullah SAW bersabda:

كُلْ مِنْ أُضْحِيَتِكَ، وَأَطْعِمْ، وَادَّخِرْ

Artinya, “Makanlah sebagian dari kurbanmu, berilah makan (kepada orang lain), dan simpanlah sebagiannya.” (HR. Bukhari, no. 5569)

Dalam membagikan daging kurban, kita juga harus memperhatikan aspek keadilan dan pemerataan, sehingga daging kurban tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang saja, tetapi juga dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang lebih luas.

Apa saja kesalahan umum yang harus dihindari saat berkurban?

Agar ibadah kurban kita lebih sempurna dan terhindar dari hal-hal yang dapat mengurangi pahala, ada beberapa kesalahan umum yang harus dihindari, antara lain:

1. Memilih hewan kurban yang tidak memenuhi kriteria atau syarat yang telah ditentukan.

2. Menyembelih hewan kurban sebelum shalat Idul Adha atau setelah hari Tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijjah).

3. Menyembelih hewan kurban tidak dengan cara yang sesuai syariat Islam, misalnya dengan menyiksa hewan tersebut.

4. Mengambil bagian terbaik dari daging kurban untuk diri sendiri dan memberikan bagian yang kurang baik untuk orang lain.

5. Menjual daging atau kulit hewan kurban, karena kurban adalah ibadah yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan untuk mencari keuntungan duniawi.

Allah SWT berfirman:

لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقْوَىٰ مِنكُمْ

Artinya, “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS. Al-Hajj: 37)

Dengan menghindari kesalahan-kesalahan tersebut dan melaksanakan ibadah kurban sesuai syariat, insya Allah kurban kita akan lebih ikhlas dan mendatangkan pahala yang berlimpah.

Apa saja hikmah spiritual dan sosial dari ibadah haji dan kurban?

Ibadah haji dan kurban mengandung banyak hikmah dan pelajaran berharga, baik secara spiritual maupun sosial, di antaranya:

1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

2. Menumbuhkan sikap rendah hati, sabar, dan tawakkal dalam menghadapi berbagai ujian dan tantangan selama melaksanakan ibadah.

3. Mempererat ukhuwah islamiyah dan memperkuat persatuan umat Muslim dari berbagai penjuru dunia.

4. Melatih kepedulian sosial dan empati terhadap sesama, terutama kepada mereka yang kurang mampu.

5. Mengajarkan nilai kesetaraan dan menghilangkan sekat-sekat perbedaan status sosial, ekonomi, dan budaya di antara umat manusia di hadapan Allah SWT.

Dengan merenungkan dan mengamalkan hikmah dari ibadah haji dan kurban, diharapkan kualitas kehidupan spiritual dan sosial kita akan semakin meningkat, sehingga kita bisa menjadi hamba Allah yang lebih bertakwa dan bermanfaat bagi sesama.

Kesimpulan

Ibadah haji dan kurban merupakan dua ibadah yang sangat istimewa dalam Islam. Keduanya tidak hanya sarat dengan makna spiritual, tetapi juga mengandung dimensi sosial yang sangat penting.

Dengan memahami tata cara, hikmah, dan pelajaran berharga dari ibadah haji dan kurban, diharapkan kita dapat meningkatkan kualitas keimanan dan amal saleh kita, serta menjadi pribadi Muslim yang lebih peduli dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Mari kita jadikan momentum Idul Adha ini sebagai momen untuk muhasabah diri, meningkatkan ketakwaan, dan menebar kebaikan bagi sesama. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk menjadi hamba-hamba-Nya yang selalu berada di jalan yang diridhoi-Nya.

Penutup

Demikianlah pembahasan tentang ibadah haji dan kurban dalam meningkatkan kesalehan spiritual dan sosial. Semoga apa yang telah diuraikan dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan kita dalam memahami dan menjalankan kedua ibadah yang penuh makna ini.

Marilah kita terus belajar dan menggali hikmah dari setiap ibadah yang kita lakukan, agar kita dapat semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjadi Muslim yang lebih baik lagi dari hari ke hari.

Semoga kita semua termasuk dalam golongan hamba-hamba Allah yang beriman, bertakwa, dan selalu mengharapkan keridhaan-Nya dalam setiap amal ibadah yang kita lakukan. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Mari Beramal Saleh dan Berbagi Kebahagiaan!

Selain memahami hikmah dan pelajaran berharga dari ibadah haji dan kurban, marilah kita juga menindaklanjutinya dengan beramal saleh dan berbagi kebahagiaan dengan sesama.

Bagi yang berkurban, pastikan bahwa daging kurban yang kita bagikan benar-benar sampai kepada mereka yang membutuhkan. Bagi yang tidak berkurban pun bisa berpartisipasi dengan menyumbangkan sebagian harta kita untuk membantu fakir miskin dan orang-orang yang kurang mampu.

Dengan berbagi, kita tidak hanya mendapatkan pahala dan keridhaan Allah SWT, tetapi juga dapat merasakan kebahagiaan yang hakiki dan mempererat tali silaturahmi dengan sesama.

Selamat Hari Raya Idul Adha, semoga kita semua diberikan kemudahan dan keberkahan dalam menjalankan ibadah haji maupun kurban. Mari jadikan momen ini sebagai momentum untuk meningkatkan ketakwaan dan menebarkan manfaat bagi sesama!

Pendaftaran Santri Baru