Sebanyak 35 (tigapuluh lima) siswa/i SD Islam Darunnajah sore ini Selasa, 22 Agustus 2017 mengikuti acara International Day of United Nations Peacekeepers di Menara Thamrin Jl. Menara Thamrin kav. 3 Jakarta Pusat.
SD Islam Darunnajah bersama tiga sekolah swasta lainnya mendapatkan undangan dari kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam rangka hari perdamaian dunia.
Dalam kesempatan itu Rifda Putri Mayesi siswi kelas 6mendapatkan penghargaan dari PBB karena telah mengirimkan lukisan dengan tema perdamaian dan masuk dalam kategori lukisan terbaik.
Hidup berdampingan dalam keragaman dan perbedaan dengan rukun ditengah masyarakat adalah realita yang ada. Di pesantren para siswa dan santri sudah menerapkan arti kerukunan dan perdamaian, dimana para santri yang berasal dari berbagai daerah di indonesia dengan perbedaan suku, bahasa, dan adat istiadat dapat hidup bersama, terang ibu Eny Anggraini saat dimintai komentar oleh staf PBB.
Berteman dengan tidak membeda-bedakan, bermain bersama, saling membantu, bahkan bertukar menu saat makan siang di sekolah itulah arti perdamaian.
Dalam kehidupan sehari-hari, saya mempunyai banyak teman di sekolah ada yang berasal dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali dan lain sebagainya dapat hidup dengan damai, ucap Azka saat memberikan pidato singkat tentang persahabatan dan perdamaian di depan para undangan di kantor PBB Jakarta.
Selanjutnya Mr.AKP Bagin Efrata Barus salah satu komandan Pasukan PBB Indonesia yang pernah bertugas di Drafur bercerita tentang pengalamannya bertugas sebagai pasukan perdamaian selama satu tahun di luar negeri.
Menjadi pasukan PBB adalah kebanggan karena mewakili negara. Disana pasukan perdamaian mempunyai tiga tugas diantaranya adalah patroli keamanan, pengawalan kepada para pejabat, dan juga misi kemanusiaan.
Di Drafur ada tiga musim yaitu musim panas, musim dingin, dan musim hujan. Siang hari cuaca bisa mencapai 35 drajat celcius dan bila musim dingin bisa turun sampai 1 drajat celcius.
Masyarakat di sana hidup dalam kamp pengungsian yang serba terbatas. Kadang saya memberikan makanan dan obat-obatan pada masyarakat di sana walaupun sebenarnya itu tidak boleh dalam peraturan pasukan PBB karena tidak boleh memihak pada salah satu kelompok yang sedang bertikai.
Namun sebagai orang Indonesia yang terkenal dalam keramahan dan suka menolong orang lain saya juga terbawa kebiasaan itu, kadang rasa iba dan kasihan menuntun saya untuk memberikan bantuan semampunya. Kalau bertemu anak-anak permen menjadi salah satu buah tangan yang saya berikan ke mereka, ucap Om Barus panggilan akrab AKP Bagin Barus di akhir ceritany.
Hadir pula pada acara ini staf UNICEF dari Indonesia, Afrika, dan Jepang yang menjadi juri lomba melukis dengan tema perdamaian dan persahabatan.
Di akhir acara diadakan ramah tamah dan makan serta foto bersama per sekolah dengan Om Barus serta beberapa staf kantor PBB.