Search
Close this search box.
blank

Organisasi Seni Beladiri Darunnjah Cipining (SBDC) Adakan Ujian Kenaikan Tingkat (UKT)

Organisasi Seni Beladiri Darunnjah Cipining (SBDC) Adakan Ujian Kenaikan Tingkat (UKT)

blank

Kegiatan ini dilakukan bertepatan dengan tidak aktifnya kegiatan KBM santri saat pelaksanaan Ujian Nasional MA yang dilaksanakan dari tanggal 20 s.d. 24 April 2009. Kegiatan yang diikuti oleh seluruh santri dari kelas VII dan VII MTS serta kelas X MA ini semakin ramai dengan ikutnya santri non asrama. Selama ini santri non asrama belum mengadakan ekstrakurikuler silat yang wajib diikuti oleh mereka. Namun saat ini mereka mulai mengikuti kegiatan yang banyak difavoritkan santri karena dalam kegiatan silat ini beberapa santri telah menyumbangkan emas untuk pesantren, kecamatan, bahkan Jawa Barat.

Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) kali ini diketuai oleh Aan Hasmuni dan Fahmi Arifudin Nazar, keduanya adalah santri kelas XI MA Aliyah Darunnajah. Dengan berseragam merah-merah serta bersabuk kuning yang bercagak untuk para pelatih dan seragam hitam-hitam untuk peserta, kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Kepala Biro Pengasuhan Santri, Ustadz Ahmad Rosichin, S.Pd.I. di lapangan basket Darunnajah Cipining, Ahad pagi, 19 April 2009.

Dalam sambutannya, Ustadz Rosichin mengatakan perlunya keseriusan dan kesungguhan, baik panitia dan peserta UKT dalam melaksanakan setiap agenda kegiatan yang berlangsung selama 5 hari. Selain itu, kepala biro juga mengharapkan sportifitas dan obyektifitas saat UKT berlangsung sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan tertib.

Mewakili pembimbing SBDC, Ustadz Septa Candra yang menyambut dalam kesempatan itu turut berharap agar UKT ini dapat dilaksanakan sesuai agenda dan dan semoga UKT menjadi motivasi bagi santri dalam berlatih silat. Silat menurutnya merupakan ajang untuk menjadi santri sehat dan kuat.

Usai pembukaan, seluruh peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok dibimbing oleh 3 s.d 4 pembimbing yang berperan sekaligus sebagai tim penilai. Tim penilai terdiri dari santri kelas XI MA (5 TMI).

Agenda awal untuk hari tersebut adalah pemadatan guna mempersiapkan materi yang akan diujikan mulai hari Seninnya. Pemadatan meliputi penguasaan jurus-jurus dan pengetahuan tentang keorganisasian Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).

Memasuki hari pertama dan kedua ujian (Senin dan Selasa), materi yang diujikan adalah penilaian fisik peserta. Penilain ini wajib meskipun beberapa peserta terdapat juga yang sedang melaksanakan ibadah puasa. Nilai fisik dilihat dari kekuatan fisik dengan cara berlari, push-up kucing, sit-up, dan lain-lain. Dalam sesi ini peserta dilatih untuk memiliki badan kuat sebagai dasar dari ilmu beladiri itu sendiri.

Hari Rabu, penilaian dikonsentarsikan pada penilaian ujian jurus. Prosesnya adalah beberapa peserta menjalani ujian jurus dengan mata tertutup agar tidak melihat peserta lain. Mereka hanya mendengarkan instruksi dari tim penilai untuk melakukan gerakan dari jurus-jurus yang diperintahkan. Tekadang dalam sesi ini banyak peserta yang saling bertabrakan dikarenakan salah dalam mempraktikkan intruksi.

Untuk beberapa kelompok yang terdiri dari kelas tinggi, penilaian jurus dilakukan setelah pemantapan. Hal ini dikarenakan banyaknya jurus yang telah diajarkan. Setelah mereka siap, baru penilaian dilakukan seperti kelompok-kelompok yang lain.

Hal yang berbeda pada UKT kali ini adalah pengurangan fighting. Jika sebelumnya fighting dilakukan oleh setiap peserta, tahun ini hanya dilakukan oleh beberapa model sebagai sampel. Untuk penilaian fighting diambil dari nilai kekuatan mental dan teknik peserta dalam mempraktikan suatu jurus.

Sebagai kegiatan inti dari UKT yang berupa pengambilan sabuk kenaikan tingkatpada hari Kamisnya, peserta harus berlari sejauh 8 km menuju arah Kadaka Bunar. Namun sebelumnya mereka telah melakukan pemanasan dengan berlari juga sejauh 5 km ke arah lapangan Lebak wangi.

Sebelum mengambil sabuk, peserta yang berlari selepas sholat Dzuhur dikumpulkan sesuai dengan tingkatnya. Kemudian masing-masing harus mengambil sabuk dengan menyeberang sungai yang berada di bawah jembatan Kadaka. Setelah mereka mendapatkan sabuknya, mereka pun berhak mengenakannya untuk dibawa pulang ke pesantren.
Kegiatan yang banyak mengambil tempat di lokasi jembatan Kadaka tersebut banyak mengundang perhatian masyarakat. Dan setelah semua peserta berhasil mendapatkan masing-masing sabuknya, mereka dibariskan kembali untuk beralari ke pesantren.

Jum’at (24/4/2009) selepas Sholat Jum’at agenda dilanjutkan dengan fighting massal yang menampilkan ujicoba dalam pertandingan melawan musuh. Dalam kesempatan ini beberapa santri mempertontonkan kebolehannya menaklukkan musuh. Biasanya mereka memiliki jurus andalan yang dapat mematikan lawan main, seperti teknik menjatuhkan musuh dan lain-lain. Kegiatan ini dilakukan hingga menjelang sholat Ashar.

Selepas Ashar, acara penutupan kegiatan UKT tahun ini pun dilangsungkan. Acara dihadiri oleh peserta dan panitia UKT serta dewan guru. Dalam sambutannya, kepala biro pengasuhaan menutup dengan penutupan secara resmi kegiatan UKT ini.

Selanjutnya dalam kesempatan ini juga, panitia menganugerahi medali atas nama Iqbal Fathurrahman santri kelas VII MTs asal Bekasi sebagi peserta terbaik UKT 2009. Medali diserahkan oleh ketua panitia, Fahmi Arifudin. Kemudian dalam laporannya, Fahmi menyatakan bahwa beberapa peserta UKT belum dinyatakan lulus karena telah melanggar tata tertib, diantaranya adalah menaiki angkutan umum ketika harus berlari untuk mengambil sabuk dan absennya beberapa session dalam ujian.

Namun pihak panitia masih membuka kesempatan kepada peserta yang belum lulus tersebut untuk mengulang. Waktu yang disediakan adalah berbarengan dengan kelas IX MTs yang saat itu tidak mengikuti UKT dikarenakan sedang pemadatan materi UN.

Dalam kesempatan yang berbeda, pembimbing SBDC, Ustadz Fathul Mu’min, S.Pd.I. mengharapkan agar panitia UKT nantinya dapat mengikutsertakan seluruh santri dalam kegiatan ini, karena dinilainya UKT saat ini masih diikuti sebanyak 60% santri terutama dari santri non asrama.

Pembimbing yang juga kepala SMP Darunnajah ini berobsesi ingin memunculkan atlet yang dapat tembus ke tingkat propinsi bahkan nasional seperti sebelum-sebelumnya. Untuk itu, menurut informasinya, seorang alumnus yang bernama Arsyad Umar (angkatan tahun 2003) yang telah menjadi atlet nasional berkeinginan terjun kembali membina santri Darunnajah sebagai generasi penerusnya. Arsyad melihat, Darunnajah Cipining yang juga almamamaternya memiliki SDM yang cukup baik hanya pembinaan yang belum intensif. Semoga kembalinya dia ke Darunnajah Cipining dapat memacu para santri untuk dapat berlatih dan berprestasi semakin baik.

Pendaftaran Siswa Baru Pesantren Darunnajah