Search
Close this search box.

Menghidupkan Ketulusan

blank

blankSikap dan tindakan tulus dan ikhlas, tidak selalu mendapat tanggapan yang sama. Tulus bisa saja disambut dengan  cerca hingga hinaan. Tapi roh dari sikap tulus itu adalah keikhlasan dan kerendahan hati. Sikap tulus tidak diungkapkan dalam rangkaian kata, ia muncul dari dalam jiwa yang paling dalam yang ketika tertanam berarti menerima apapun buah konsekuensi yang terjadi dari sikap tulus tersebut.

Sederhananya, apapun hasil dari tindakan tulus dan ikhlas, sepahit apapun, rela diterima dengan tulus dan ikhlas pula. Dia tidak memandang imbalan. Tulus adalah tulus itu sendiri. Tanpa mengharapkan balasan.

Sering seseorang menyatakan tulus tapi dia sendiri tidak tulus dengan apa yang terjadi kemudian. Saya misalnya, menyatakan tulus menjadi seorang santri, tapi ketika saya menjalani ini semua terbesit dalam hati rasa ragu dengan keputusan ini. Atau saya menyatakan tulus mengemban amanah, tapi kemudian waktu saya merasa tidak mampu menjalankan amanah itu. Misal lagi, saya menyatakan tulus cinta kepada lawan jenis tapi di kemudian hari ada maslah hingga perpisahan lalu saya mencaci maki diri sendiri.

Orang kerap berkata: “Oh dia itu sangat tulus” atau “Dia memang orang tulus” tapi orang yang berkata itu ternyata tidak tahu apa arti dari tulus itu sendiri. Sejauh apa tulus? sedalam apa tulus? yang sering kita tahu tentang tulus hanya sesaat ketika kita dalam posisi terbantu.

Jika kedua gambaran tersebut terjadi, maka tulus itu akan mati.

Sikap tulus patutnya kita contoh dari sosok seorang ibu. Dia tulus melahirkan, merawat hingga membesarkan dan mendidik kita. Sejahat apapun kita, di hati terdalam tidak ada hati yang tidak tulus dari seorang ibu. Atau sebaliknya, sejahat apapun sang ibu kepada anaknya, di hatinya tetap ada ketulusan walaupun hanya sedikit. Tulus seorang ibu kepada anaknya adalah tulus yang kekal, abadi.

Alangkah indahnya ketulusan seorang ibu tadi terjadi pada kita terhadap saudara,guru, kerabat, sahabat, pacar, istri, bahkan orang lain. Saya sebagai orang biasa sangat bahkan teramat sangat mendambakan untuk menghidupkan ketulusan dalam setiap sikap, keputusan serta tindakan. Tapi bisakah?

Post by, Farid Syauqi bagian Pers dan Jurnalistik OSDN masa bhakti 2011-2012

Pendaftaran Siswa Baru Pesantren Darunnajah