Search
Close this search box.
blank

Apa Cita -Citamu…??? yukk, Mari kita Lihat di Sini…

Apa Cita -Citamu…??? yukk, Mari kita Lihat di Sini…

blank

Dulu, aku bercita-cita menjadi Pemain Sepak Bola. Bermain menggunakan sepatu berteknologi tinggi dengan jutaan penonton yang memenuhi stadion terbesar.

Membela negara tercinta dan memenangkan Piala Dunia, lalu mendapatkan gelar pemain terbaik dan termahal sepanjang masa. Mengakulah!!! Kau juga bercita-cita demikian, bukan?

Apa Cita-citamu?
Pemain Sepak Bola

Paling tidak, kau bercita-cita menjadi Pilot, Pembalap, Dokter, Polisi, Tentara, Astronout, Penyanyi, Koki dan Pengusaha, atau yang lebih mulia dari pada itu semua , kau bercita-cita menjadi Guru.

Apa Cita-citamu?
Berbagai Macam-macam Profesi

Mungkin, itu hanyalah cita-cita masa kecil kita. Kita bercita-cita seperti itu karena kita menganggap semua itu adalah suatu hal yang hebat dan keren. Aku misalnya, aku menganggap Pemain Sepak Bola adalah orang yang keren.

Ia bermain cantik menggiring bola dan menjadi pusat perhatian di stadion, kampung, kota atau bahkan dunia. Ketika ia mencetak gol, semua orang terpesona, bersorak-sorak kegilaan.

Ketika ia terjatuh cidera, semuanya pun ikut mengiba. Itu adalah hal yang keren, bukan? Oleh karena itu, dulu aku bercita-cita menjadi Pemain Sepak Bola.

Aku yakin, kau juga merasa demikian. Kau merasa bahwa Tentara gagah bersenjata, Dokter yang bisa menyembuhkan segala penyakit, Pembalap dengan motor canggih dan Koki dengan resep makanan yang lezat adalah sebuah cita-cita yang hebat.

Apa Cita-citamu?
cita-cita yang di impikan oleh anak-anak

Pertanyaannya, berapa persen kemungkinan kita untuk mewujudkan cita-cita masa kecil kita?. Jika kau bertanya padaku, maka jawabannya adalah 0%. Aku positif tidak akan mungkin menjadi Pemain Sepak Bola. Aku yakin, sebagian dari kita juga bernasib sama sepertiku, menertawakan cita-cita masa kecil kita.

Kita sebagai manusia ditakdirkan untuk terus melakukan sebuah pengembangan, kita mengembangkan diri kita secara terus menerus, tidak akan merasa puas dan terus melakukannya.

Menurutku, kita mengembangkan diri kita sesuai dengan apa yang kita inginkan. Oleh karena itu, ini adalah sebuah visibilitas yang beralasan. Sebagian dari kita mengembangkan dirinya untuk gelar, jabatan atau uang. Sebagian lagi mungkin untuk sesuatu yang lebih mulia, untuk menolong sesama.

Untuk melakukan sebuah pengembangan, kita membutuhkan wadah. Wadah yang bisa menempa pengembangan diri kita. Dan tantangan adalah wadah yang tepat. Tantangan selalu menghadirkan sebuah kesulitan dan juga penderitaan.

Apa Cita-citamu?
tantangan untuk mengembangkan kemampuan

Kedua hal itulah yang akan memaksa kita untuk melakukan sebuah pengembangan. Tapi, tantangan tidak akan pernah menjadi wadah tanpa didasari oleh mimpi dan cita-cita.

Kita harus menimbulkan rasa ingin mewujudkan mimpi dan cita-cita, karena itulah yang akan menghadirkan tantangan yang menghadang setiap langah perwujudan kita.

Setelah kau yakin bahwa cita-cita masa kecilmu dulu tidak terwujud. Apa yang kau cita-citakan sekarang?.

Semua kita membutuhkan cita-cita, karna cita-cita akan menghadirkan semua aspek yang kita butuhkan untuk melakukan pengembangan diri kita. Kita bisa memulainya dari melihat bakat dan potensi kita, mengukur kemampuan kita terlebih dahulu.

Setelah itu, kita bisa menentukan cita-cita kita. Karena menurutku, cita-cita tidak akan terwujud tanpa kemampuan yang sesuai dengan apa yang kita cita-citakan.

Jangan pernah berhenti untuk bercita-cita. Jika kau merasa cita-citamu telah terwujud, jangan berhenti! Apalagi merasa puas. Teruslah bercita-cita karena itulah yang membuat kita terus berkembang dan tidak menjadi orang terbelakang.

Apa Cita-citamu?
jangan berhenti untuk bercita-cita

Janganlah berhenti, biarlah Sang Waktu yang menghentikannya. Karena Allah SWT menciptakan waktu untuk menakari kadar kemampuan yang kita punya. Maka, ketika Sang Waktu berkata pada kita “cukup”, disitulah batas kemampuan kita.

Menurut Sang Waktu, kita telah banyak melakukan berbagai pengembangan yang membuat kemampuan kita berada di batas maksimal, sehingga cita-cita kita banyak yang sudah tercapai. Setelah itu, kita bisa menggunakan  semua yang kita punya untuk sesuatu yang bermanfaat untuk pengembangan masa depan.

Apa Cita-citamu?
apa cita-citamu?

Apa cita-citamu?, kuharap kau bercita-cita sebanyak pasir dipantai, setinggi angkasa dan sedalam samudra. Agar kau terus mengembangkan dirimu lalu menjadi manusia yang paling berguna bagi dunia. Wallahu A’lam bish Showwab.

( Radar_02 )

Pendaftaran Siswa Baru Pesantren Darunnajah